Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

16 Mei 2017

Fixed Income Notes 16 Mei 2017

  • Kenaikan neraca perdagangan serta penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 15 Mei 2017. 
  • Penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 7 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 4 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor menengah dan panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 4 - 6 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 20 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 3 - 5 bps yang didorong olah adanya kenaikan harga yang berkisar antara 10 - 30 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 7 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 10 - 60 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh data neraca perdagangan yang dikeluarkan pada hari Senin. Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa posisi neraca perdagangan Indonesia pada bulan April 2017 tercatat sebesar US$1,238 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi bulan Maret 2017 yang sebesar US$1,234 miliar maupun posisi bulan April 2016. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi ekspor nonmigas, antara lain berasal dari peningkatan ekspor yang terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$211,8 juta atau 149,58%, tembaga sebesar US$22,3 juta atau 22,42%, perhiasan atau permata sebesar US$12,9 juta setara dengan 2,38%, dan timah sebesar US$10,8 atau 9,23% dibanding bulan Maret 2017. 
  • Pelaku pasar merespon positif terhadap data neraca perdagangan tersebut, karena dengan posisi neraca perdagangan tersebut akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian rencana Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan ditambah pertumbuhan inflasi Amerika tidak sesuai yang diharapkan pelaku pasar sehingga menyebabkan pelaku pasar melakukan aksi wait and see. 
  • Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil kemarin juga telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun turun sebesar 5 bps di level 6,724% dan tenor 10 tahun turun sebesar 7 bps di level 7,025%. Adapun untuk tenor 15 tahun turun sebesar 7 bps di level 7,529% dan untuk tenor 20 tahun turun sebesar 8 bps di level 7,778%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya kembali ditutup dengan mengalami arah bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-20 dan INDO-27 ditutup dengan kenaikan sebesar 1 bps masing - masing di level 2,523% dan 3,865% setelah mengalami penurunan harga sebesar 2 bps dan 4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-37 dan INDO-47 ditutup turun sebesar 2 bps di level 4,842% dan 4,806% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 25 bps dan 20 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp13,05 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,42 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,87 triliun dari 55 kali transaksi di harga rata - rata 108,76% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,61 triliun dari 107 kali transaksi di harga rata - rata 99,86%.
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp546,30 miliar dari 15 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 (BNLI01SBCN2) dan Obligasi Indosat VIII Tahun 2012 Seri B (ISAT08B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, dimana keduanya ditransaksikan dengan volume transaksi senilai Rp274 miliar dari 9 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 101,14% untuk BNLI01SBCN2 dan volume transaksi senilai Rp54 miliar dari 14 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 102,40% untuk ISAT08B. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup mengalami penguatan sebesar 27 pts yaitu di level 13303,00 per dollar Amerika setelah bergerak menguat dari awal perdagangan pada kisaran 13298,00 hingga 13328,00 per dollar Amerika. Menguatnya nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang juga bergerak menguat terhadap dollar Amerika. Mata uang Baht Thailand (THB) memimpin penguatan mata uang regional, diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Dollar Singapura (SGD) sementara itu hanya mata uang Yen Jepang (JPY) yang mengalami pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika. 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan dengan masih didukung oleh kenaikan neraca perdagangan serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Kenaikan neraca perdagangan di bulan April 2017 masih akan menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara di pasar sekunder jelang pelaksanaan lelang Surat Berharga Syariah Negara. 
  • Hanya saja, kenaikan harga Surat Utang Negara masih akan dibatasi oleh faktor eksternal dimana imbal hasil dari US Treasury yang mengalami kenaikan sebagai respon atas kenaikan harga komoditas minyak. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,34% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,33%. Pelaku pasar juga mencermati data manufakturing Amerika Serikat yang tidak sesuai ekspektasi. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan, masing - masing di level 0,42% dan 1,14% di tengah ketidakpastian rencana Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan mendorong investor untuk masuk pada aset yang lebih aman. 
  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area konsolidasi, sedangkan masih berada pada tren penurunan harga pada beberapa seri, sehingga masih akan membuka peluang terjadinya penurunan harga dalam jangka pendek. Sehingga kami sarankan untuk melakukan aksi hold ataupun buy on weakness. 
  • Rekomendasi, Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan strategi trading dengan pilihan pada seri FR0066, FR0038, ORI013, FR0069, FR0036, FR0048, FR0032 dan FR0031.
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 0112017 (New Issuance), PBS011 (reopening), PBS012 (reopening), PBS013 (reopening), dan PBS014 (reopening) pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2017. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mengafirmasi peringkat "idA-" terhadap PT Bank Lampung.
  • PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk mendapatkan peringkat "idA" dari PT Pemeringkat Efek Indonesia

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group