Beranda

RESEARCH

Daily Highlight

27 November 2017

Early Bird 26 November 2017

Aksi beli saham rokok, otomotif dan properti menjadi faktor IHSG menguat +0.1% disertai aksi beli asing senilai Rp676.27 triliun dihari Jumat sehingga selama 1 minggu IHSG menguat +0.25% serta investor asing membukukan aksi Net Buy sebesar Rp2.17 riliun minggu lalu sehingga Net Sell Asing YTD mencapai sebesar Rp-27.25 trilun atau TURUN TAJAM Rp -56.05 trilun atau turun sangat tajam sekitar -194.6% dari level tertinggi Net Buy Asing yang sempat tercatat di bulan Mei sebesar Rp28.8 triliun. Untuk Senin ini IHSG diperkirakan IHSG akan melanjutkan penguatan seiring naiknya DJIA +0.14%, EIDO +0.4%, Oil +1.6%, Gold +1.27%, Nikel +0.88% dan Tin +0.46%.

 

PT Adhi Karya (ADHI). Walaupun ada klarifikasi atas "bocornya" Surat Menneg BUMN terkait rencana PT KAI ingin menarik diri dari pembiayaan proyek LRT, cukup beralasan. Begini penjelasannya. Diberitakan sebelumnya, pembiayaan proyek LRT sebagian besar akan dibiayai lebih dulu oleh pinjaman perbankan. Dari anggaran proyek sebesar Rp26.7 triliun, selaku kontraktor proyek, KAI dan PT Adhi Karya (ADHI) akan menanggung anggaran sebesar Rp 9 triliun. Sementara, sisanya Rp17.6 triliun berasal dari sindikasi perbankan kepada penyelenggara proyek, dalam hal ini KAI. Nah, jika anggaran bengkak, maka porsi pinjaman akan ikut membengkak. Konsekuensinya, sebagai penyelenggara proyek, KAI akan menanggung tambahan utang. Menilik LK perseroan tahun lalu, kekhawatiran tsb beralasan. Hingga akhir tahun lalu, utang perseroan mencapai Rp15.4 triliun yang terdiri dari liabitas jangka pendek sebesar Rp5.92 triliun atau naik 1.7% secara tahunan, dan liabilitas jangka panjang Rp9.5 triliun atau melonjak Rp2,01 triliun. Sementara, ekuitas perusahaan cuma tercatat sebesar Rp9.7 triliun atau naik 6.9 persen secara tahunan. Ekuitas tersebut didominasi oleh modal saham sebesar Rp5.3 triliun, naik Rp2 triliun secara tahunan. Selain itu, total ekuitas juga ditopang oleh saldo laba perusahaan yang tercatat Rp3.05 triliun. Dengan kondisi demikian, DER hingga akhir tahun lalu akan mencapai 1.59 kali. Rasio itu akan semakin membengkak setelah perseroan menarik pinjaman demi pembangunan LRT. Untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan, pemerintah berinisiatif untuk menyuntikkan tambahan modal kepada perseroan. Dalam dua tahun ini, perseroan mendapatkan PMN sebesar Rp4triliun dan tahun depan perseroan akan mendapatkan tambahan sebesar Rp3.6 triliun. Dengan asumsi modal bertambah Rp7.6 triliun, tambahan pinjaman untuk LRT sebesar Rp17.6 triliun akan membuat DER perusahaan menjadi 1.9 kali. Apabila anggaran proyek membengkak menjadi Rp31.8 triliun dan penambahan anggaran dibiayai oleh pinjaman, maka DER perusahaan menjadi 2.2 kali. Secara operasional, perseroan tahun lalu mencetak laba bersih Rp1.02 triliun atau turun dari tahun sebelumnya, yakni Rp1.4 triliun. Alternatif yang bisa diambil adalah membagi beban pinjaman kepada kontraktor LRT lainnya, yakni ADHI. Adapun, ekuitas ADHI tercatat Rp5.4 triliun hingga akhir tahun lalu dengan total utang mencapai Rp14.65 triliun. Artinya, DER perseroan sudah mencapai 2.71 kali. Jika perseroan mendapatkan tambahan utang lagi dari proyek LRT, maka DER perseroan bisa semakin membengkak dan neraca perseroan semakin terbebani.

 

 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group