Secara technical analysis, IHSG terlihat downtrend dalam jangka pendek, di tengah tekanan net capital outflow masih berlanjut. Investor portofolio wait and see hasil kesepakatan dagang antara US-China dan pertemuan antara presiden US-Korut. Selain itu, investor portofolio wait and see indikator ekonomi US, salah satu yang terutama ialah GDP US 4Q18. Pada perdagangan 25Feb, IHSG cenderung sideways dengan supp-resist: 6.485-6,555 dan saham-saham yang direkomendasikan, seperti: TINS, INCO, ANTM, WOOD, dan ESSA.
Mayoritas bursa saham di developed economies ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu (22Feb). Dow menguat +0.70% ke 26.031, menyentuh level tertinggi sejak Dec18, dan diikuti oleh penguatan pada S&P500 (+0.64%). Begitu juga, FTSE100 dan DAX masing-masing menguat +0.16 dan 0.30%. Penguatan tersebut seiring dengan penguatan pada harga minyak mentah. Harga minyak mentah WTI berlanjut menguat 0.53% ke USD 56.71 per barel, menyusul penguatan 2-hari berturut-turut. Komitmen OPEC memangkas produksi minyak mentah menyebabkan penguatan pada harga minyak mentah yang berlanjut.
Sesuai ekspektasi, setelah menguat 2-hari, IHSG melemah -0.56% ke 6,501 di tengah bursa saham di emerging market economies mayoritas ditutup menguat. Penurunan pada IHSG didorong oleh penurunan pada sektor: basic industry (-1.66%) dan manufacturing (-0.90%). Saham-saham yang menjadi lagging movers, seperti: BMRI, CPIN, HMSP, BBNI, dan ASII. Setelah 2-hari net buy, investor portofolio asing kembali membukukan net sell IDR -115.01 miliar.