Kembali jatuhnya harga minyak WTI -2.1% kelevel $50.70 menyusul adanya keraguan akan dipotongnya produksi minyak setelah OPEC mengumumkan kenaikan output menjadi 34.19 juta bpd di bulan November dari sebelumnya 33.82 juta bpd dibulan Oktober serta Rusia melaporkan kenaikan rata-rata produksi dibulan November menjadi 11.12 juta bpd (rekor produksi tertinggi 30 tahun terakhir) dimana OPEC dan Rusia saja jika digabungkan sudah memenuhi hampir 50% permintaan dunia yang sebesar 95 juta bpd, akibat naiknya saham sektor keuangan dan telekomunikasi, DJIA kembali naik +35.54 poin (+0.18%) kelevel tertinggi baru ditengah moderatnya perdagangan Selasa tercermin dalam volume perdagangan berjumlah 7.1 miliar saham (lebih kecil dibandingkan rata-rata 20 hari perdagangan terakhir berjumlah 7.9 miliar saham).
Dari dalam negeri, berlanjutnya net sell investor asing dimana hari ke-2 diminggu ke-15 mencapai Rp -21.93 triliun membuat net buy asing turun -54.96% dari level tertingginya menjadi Rp 17.97 triliun.
Kombinasi jatuhnya harga Oil -2.1%, Coal -2.12% (Newcastle) dan -6.89% (Rotterdam), Nickel -0.26% dan Tin -0.24% ditengah kenaikan EIDO +0.5%, DJIA +0.18% dan CPO +1.53% menjadi faktor IHSG diperkirakan akan menguat terbatas di hari Rabu. Investor diminta hati-hati akan adanya aksi jual lanjutan atas saham berbasis Coal.