Isi minute meeting The Fed yang akan unwinding alias memotong neraca The Fed USD 4.5 triliun tahun ini menyusul kuatnya pertumbuhan data ADP Employment sebesar 263,000 tenaga kerja baru, tertinggi sejak Desember 2014 dan lebih tinggi dari ekspektasi ekonom 187,000 tenaga kerja, workers in March, dan semakin ragunya pelaku pasar Presiden Amerika Donald Trump dapat "mendelivery" pemotongan pajak dalam waktu dekat menyusul semakin dalam perbedaan di dalam pemerintahan menjadi faktor DJIA yang diawal sempat naik +198 poin berbalik arah turun tajam dan ditutup turun -41.09 poin (-0.2%), pembalikan arah tertajam sejak Februari 2016, di hari Rabu.
Setelah IHSG Rabu ditutup menguat +0.45% disertai Net Buy Asing Rp316.37 miliar sehingga Net Buy Asing hingga hari ke-3 di Minggu ke-15 mencapai Rp+9.70 triliun, rencana The Fed memotong USD 4.5 triliun tahun ini dari neracanya, mahalnya PER Trailing dan Estimasi IHSG disertai kejatuhan EIDO -1.13%, DJIA -0.2% serta Oil -0.61%, dihimbau kepada investor untuk berhati-hati jika IHSG mengalami pembalikan arah tiba-tiba kedepannya.
Salah satu contoh emiten transportasi yang hampir sejak awal listing 15 April 2014 tidak pernah memberikan keuntungan kepada investornya yakni PT Eka Sari Lorena (LRNA), harga sahamnya turun -79.22% di tengah semakin memburuknya kinerja perseroan karena sepanjang tahun 2016 membukukan pendapatan usaha Rp126.77 miliar di periode atau turun -22.24% dari pendapatan usaha tahun 2015 sebesar Rp163.03 miliar. Laba bruto LRNA sepanjang 2016 turun -68.43% menjadi Rp12.79 miliar dari laba bruto Rp40.51 miliar. Sedangkan RUGI sebelum pajak tercatat naik +1206.45% menjadi Rp28.35 miliar dari rugi sebelum pajak Rp2.17 miliar tahun sebelumnya dan rugi tahun berjalan perseroan tahun 2016 menjadi Rp28.48 miliar atau naik sangat tajam 1626% dari rugi tahun berjalan Rp1.65 miliar tahun sebelumnya.
