Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

31 Oktober 2018

Fixed Income Notes 31 Oktober 2018

  • Pada perdagangan di hari Selasa, 30 Oktober 2018, harga Surat Utang Negara masih bergerak terbatas dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah beragamnya sentimen yang ada di pasar Surat Utang Negara.
  • Perubahan harga yang terjadi berkisar antara 3 bps hingga 50 bps dimana harga Surat Utang Negara dengan tenor di bawah 10 tahun yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan sementara itu pada tenor di atas 10 tahun terlihat dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan, berkisar antara 3 bps hingga 10 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga mencapai 9 bps. Adapun untuk tenor menengah, perubahan harga yang terjadi juga cenderung mengalami penurunan, berkisar antara 5 bps hingga 17 bps yang erdampak terhadap perubahan imbal hasilnya yang berkisar antara 1 bps hingga 4 bps. Sedangkan untuk tenor panjang, perubahan harga yang terjadi berkisar antara 3 bps hingga 50 bps dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga sehingga mendorong terjadiya penurunan imbal hasil yang mencapai 6 bps. Terbatasnya perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin berdampak terhadap terbatasnya perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dimana penurunan tingkat imbal hasil yang terjadi hanya mencapai 2 bps. Imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 8,361% sedangkan untuk tenor 10 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan sebesar 1 bps masing - masing di level 8,582% dan 8,792%. Sementara itu untuk tenor 15 tahun imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan di level 8,792%.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung terbatas pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor berlanjutnya kenaikan persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS) di tengah kondisi pasar keuangan global yang masih bergejolak terutama di pasar sahamnya. Kondisi tersebut mendorong investor untuk berhati - hati dalam melakukan transaksi di pasar sekunder yang tercermin pada volume perdagangan yang tidak begitu besar. Aksi beli oleh sebagian investor telah mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekudner terutama pada tenor - tenor panjang. Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi masih terbatas, yang dipengaruhi oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah yang cenderung mengalami pelemahan di awal hingga pertengahan sesi perdagangan. Adapun dari pelaksanaan lelang pejualan Sukuk Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp5,62 triliun dari total penawarn yang masuk senilai Rp11,20 triliun. Jumlah penawaran tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan penawaran lelang sebelumnya yang senilai Rp13,89 triliun. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harga yang terjadi justru mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya persepsi risiko serta kenaikan imbal hasil US Treasury. Perubahan harga yang terjadi juga relatif terbatas kurang dari 20 bps, dimana harga INDO43 mengalami penurunan sebesar 10 bps yang berdampak terhadap kenaikan imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 5,437%. Sementara itu harga dari INDO23 mengalami penurunan sebesar 5 bps yang menyebabkan kenaikan imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 4,369%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan ekmarin masih terbatas meskipun mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp7,17 triliun dari 44 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan. Dari nilai tersebut, sebesar Rp2,33 triliun adalah volume perdagangan Surat Berharga Negara seri acuan. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,23 triliun dari 23 kali transaksi di harga rata - rata 90,10% yang diikuti oleh perdagangan seri FR0077 senilai Rp994,94 miliar dari 48 kali transaksi di harga rata - rata 98,33%. Dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp350,58 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 97,98% yang diiktui oleh perdagangan seri PBS019 senilai Rp208,39 miliar dari 14 kali transaksi di harga rata - rata 98,09%. 
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,79 triliun dari 58 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp420,0 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Waskita Karya Tahap III Tahun 2017 Seri B (WSKT02BCN3) senilai Rp160,0 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 97,02%.
  • Nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah terbatas sebesar 1,0 pts (0,01%) pada level 15223,50 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan di kisaran 15222,50 hingga 15241,30 per Dollar Amerika. Adapun mata uang regional pada perdagangan kemarin beregrak dengan arah yang bervariasi dengan mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan terhadap mata uang Dollar Amerika, yaitu sebesar 0,43% yang diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB) dan Rupee India (INR) masing - masing sebesar 0,30%. Sedangkan mata uang Won Korea Selatan (KRW) mengalami penguatan sebesar 0,19%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin cenderung mengalami kenaikan seiring dengan perbaikan yang terjadi di pasar saham, mendorong investor untuk melakukan penjualan terhadap aset yang lebih aman (safe haven asset). Imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan dimana untuk tenor 10 tahun di level 3,13% dan tenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 3,371% sebagai respon atas tingkat kepercayaan konsumen di Amerika yang mengalami kenaikan. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris terlihat mengalami kenaikan yang terbatas, masing - masing di level 0,376% dan 1,403%. Imbal hasil surat utang regional yang mengalami penurunan selain Surat Utang Negara dalah surat utang Malaysia yang ditutup turun di level 4,173%.
  • Indikator teknikal masih menunjukkan pergerakan harga Surat Utang Negara yang berada pada area konsolidasi. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap terbatasnya perubahan harga serta arah perubahan harga yang masih akan bervariasi. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan rentang perubahan harga yang masih akan terbatas ditengah naiknya tingkat imbal hasil surat utang global serta nilai tukar mata uang Dollar Amerika yang mengalami penguatan terhadap mata uang utama dunia didukung oleh data ekonomi Amerika yang lebih baik dari perkiraan. Kondisi penguatan Dollar Amerika akan berpengaruh terhadap pergerakan mata uang Rupiah pada perdagangan hari ini yang akan berdampak pula terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara.
  • Rekomendasi : Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seiring dengan tingkat imbal hasilnya yang masih cukup menarik di tengah harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak mendatar (sideways). Pelaku pasar dapat melakukan strategi trading jangka pendek dengan memanfaatkan momentum perubahan harga yang relatif terbatas. Beberapa seri yang dapat dicermati adalah sebagai berikut : *ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0063, FR0070, FR0077 dan FR0042.*
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp5,62 triliun dari Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 01052019 (new issuance), SPN-S 01082019 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS017 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa tanggal 30 Oktober 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group