Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

30 Oktober 2018

Fixed Income Notes 30 Oktober 2018

Perubahan harga yang terjadi berkisar antara 3 bps hingga 75 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 1 bps hingga 10 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi hingga sebesar 20 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasilnya hingga mencapai 7 bps. Sementara itu harga dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami kenaikan yang berkisar antara 3 bps hingga 40 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 10 bps. Adapun untuk tenor panjang, pergerakan harga yang terjadi berkisar antara 5 bps hingga 75 bps yang berdampak terhadap penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 10 bps. Pada Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan harga yang terjadi relatif terbatas, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan kurang dari 5 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 8,385%. Sedangkan untuk seri acuan dengan tenor tenor 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan masing - masing sebesar 20 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 3 bps masing - masing di level 8,609%; 8,798% dan 9,020%.

Pergerakan harga Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh penurunan tingkat imbal hasil surat utang global di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham mendorong investor untuk menempatkan dananya pada instrumen investasi yang lebih aman. Selain itu, relatif stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah yang bergerak di kisaran 15100 hingga 15200 per Dollar Amerika mendorong investor asing untuk kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara di pasar sekunder. Hanya saja kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin kembali tidak didukung oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar yang masih cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder jelang beberapa agenda ekonomi yang akan disampaikan pada pekan ini. Adapun dari penawaran Obligasi Negara Ritel seri ORI015, pemerintah meraup dana senilai Rp23,37 triliun dari pemesanan yang dilakukan oleh 41306 investor dengan rata - rata pemesanan senilai Rp565,99 juta. Dengan penerbitan Obligasi Negara Ritel tersebut, pada tahun 2018 pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara bagi investor ritel senilai Rp41,06 triliun yang terdiri atas penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR010 senilai Rp8,43 triliun, penerbitan Saving Bond Ritel seri SBR003 dan SBR004 yang masing - masing sebesar Rp1,92 triliun dan 7,32 triliun dan terakhir adalah penerbitan ORI015. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, perubahan harga yang terjadi relatif terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan berlanjutnya peningkatan persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Angka CDS 5 tahun pada perdagangan kemarin naik ke level 160,80 bps. Perubahan harga yang terjadi rata - rata kurang dari 5 bps sehingga perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin didapati kurang dari 1 bps. Imbal hasil dari INDO23 dan INDO43 tidak banyak mengalami perubahan dan ditutup masing - masing di level 4,351% dan 5,428%. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp3,53 triliun dari 28 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp727,68 miliar. Obligasi Negara seri FR0065 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp498,66 miliar dari 30 kali transaksi di harga rata - rata 90,74% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp440,43 miliar dari 47 kali transaksi di harga rata - rata 98,47%. Adapun dari perdagangan Sukuk Negara, volume perdagangan terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS016, senilai Rp98,96 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 97,72% yang diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp70,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,81%.

Sedangkan volume perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,03 triliun dari 35 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap II Tahun 2018 (TBIG03CN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp281,0 miliar dari 14 kali transkasi di harga rata - rata 99,96% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri A (SIEXCL02ACN1) senilai Rp159,0 miliar dari 25 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. 

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah terbatas di level 15222,50 per Dollar Amerika, melemah sebesar 6,0 pts 0,04% dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Sempat dibuka menguat di awal perdagangan di level 15213,00 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin bergerak pada kisaran 15212,00 hingga 15230,00 per Dollar Amerika. Mata uang regional bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan mata uang Peso Philippina (PHP) mempimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,15%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) dan Yuan China (CNY) menjadi mata uang regional dengan pelemahan terbesar terhadap Dollar Amerika yaitu masing - masing sebesar 0,21% dan diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,17%.

Imbal hasil surat utang global bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi setelah pada akhir pekan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan. Imbal hasil US Treasury untuk tenor 10 tahun ditutup turun terbatas di level 3,096% sementara untuk tenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 3,34% di tengah kembali terkoreksinya indeks harga saham di negara tersebut. Adapun imbal hasil surat utang Jerman dan Inggris masing - masing ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,371% dan 1,402%. Surat utang regional yang ditutup dengan penurnan pada perdagangan kemarin diantaranya adalah surat utang Jepang yang ditutup di level 0,103% dan juga surat utang Singapura yang ditutup turun di level 2,467%.

Secara teknikal, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin belum merubah arah indikator pergerakan harga yang masih berada pada area konsolidasi. Berdasarkan indikatro tersebut, pergerakan harga kemungkinan masih akan bergerak terbatas dengan kecenderungan arah yang mendatar (sideways). 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang negara masih akan bergerak dalam rentang harga yang terbatas serta atah perubahan harga yang bervariasi. Arah peregrakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh arah pergerakan nilai tukar Rupiah ditengah penguatan Dollar Amerika jelang rencana pemerintah Amerika untuk kembali mengenakan tarif tambahan terhadap produk dari China. Adapun pada hari ini  pemerintah berencana untuk melakukan lelang penjualan Sukuk Negara dengan target penerbitan senilai Rp4,0 triliun. 

Rekomendasi : Dengan masih terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik, yaitu : *ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0063, FR0070, FR0077 dan FR0042.

Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 01052019 (new issuance), SPN-S 01082019 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS017 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa tanggal 30 Oktober 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group