Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

29 Maret 2019

Fixed Income Notes 29 Maret 2019

Perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, tanggal 28 Maret 2019 bergerak dengan mengalami penurunan di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat perkembangan sentimen Brexit dan tingginya persepsi risiko di Turki

Pada perdagangan kemarin hari Kamis, tanggal 28 Maret 2019, rata-rata perubahan harga Surat Utang Negara sebesar 26 bps yang mendorong kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 9,5 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan semua serinya mengalami koreksi harga yang berkisar antara 26 bps hingga 51 bps mengakibatkan adanya kenaikan tingkat imbal hasil hingga 6,9 bps. Adapun kenaikan tingkat imbal hasil terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun sebesar 7 bps di level 7,118% yang didorong oleh menurunnya harga sebesar 31 bps. Selanjutnya, untuk seri acuan ddengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 5,1 bps dilevel 8,151% yang diakibatkan oleh turunnya harga sebesar 51 bps. Adapun untuk seri acuan bertenor 15 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 4,6 bps dilevel 8,085% dan 3,6 bps dilevel 7,637% yang berdampak setelah terjadinya penurunan harga sebesar 40 bps dan 26 bps. 

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan hari Kamis tanggal 28 Maret 2019 bergerak dengan mengalami penurunan ditengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dimana kondisi Dollar Amerika menguat terhadap sebagian besar mata uang regional. Hal ini membuat para investor menjadi lebih pesimis dan cenderung beralih ke aset yang lebih aman (safe haven asset) di negara-negara maju. Selain itu, sentimen negatif juga datang dari isu Brexit dan naiknya persepsi risiko di Turki. Para investor global masih menantikan isu Brexit selanjutnya, dimana saat ini Uni Eropa juga masih menunggu atas pemungutan suara terkait Brexit yang terjadi di parlemen Inggris.  Tidak adanya dukungan Brexit di parlemen menambah peluang Inggris untuk tetap di bagian Uni Eropa setidaknya hingga 12 April mendatang. Selanjutnya, peningkatan risiko terjadi di Turki dimana angka CDS (Credit Default Swap) di turki meningkat sebesar 50,65% sebulan terakhir ini. Turki memiliki pengaruh yang besar dalam indeks obligasi pasar negara berkembang, sehingga akibat dari kenaikan persepsi risiko tersebut, akan berdampak pula pada pasar uang di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Perubahan harga pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika mengalami penurunan ditengah tingkat imbal hasil US Treasury yang mengalami penguatan. Adapun untuk seri INDO24 mengalami penurunan harga sebesar 4,1 bps yang berdampak kepada kenaikan imbal hasil sebesar 0,8 bps di level 3,483%. Selanjutnya untuk seri INDO29 dan INDO44 mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 25,8 bps dan 34,1 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps di level 3,868% dan 2 bps di level 4,785%. Adapun untuk seri INDO49 mengalami koreksi harga sebesar 26,3 bps sehingga berdampak kepada kenaikan imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 4,665%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan   hari Kamis, tanggal 28 Maret 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp22,60 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,41 triliun dari 45 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp3,84 triliun dari 96 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Surat Pembendaharaan Negara—Syariah seri SPNS08052019 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp800,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS014 dan PBS013 masing-masing sebesar Rp700,00 miliar untuk 22 kali transaksi dan Rp637 miliar dari 11 kali transaksi.

Volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,03 triliun dari 35 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp205,00 miliar dari 6 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1) senilai Rp159,00 miliar dari 6 kali transaksi. Selanjutnya, untuk obligasi dengan volume Rp156,00 miliar dari 4 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap V Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN5). 

 

Pada perdagangan kemarin hari Kamis tanggal 28 Maret 2019, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami koreksi sebesar 48 pts (0,34%) di level 14243,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan di sepanjang sesi perdagangan rupiah melemah dan bergerak pada kisaran 14215,00 hingga 14258,00 per Dollar Amerika. Adapun nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang melemah terhadap mata uang Dollar Amerika. Mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,40% kemudian diikuti dengan pelemahan nilai tukar mata uang Rupiah Indonesia (IDR) yang mengalami koreksi sebesar 0,34%. Selanjutnya, mata uang yang mengalami pelemahan yaitu mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,27% terhadap Dollar Amerika. Namun, terdapat beberapa mata uang regional yang menguat terhadap Dollar Amerika, yaitu mata uang Yen Jepang (JPY), mata uang Baht Thailand (THB), dan mata uang Dollar Taiwan (TWD) yang mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,16%, 0,02%, dan 0,01% terhadap Dollar Amerika. 

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sehingga berada pada level 2,39%. Hal ini seiring dengan yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang juga mengalami kenaikan dan berada pada level 2,82%. Kenaikan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup juga dengan mengalami kenaikan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 34 bps di level 7669,17 begitu juga untuk indeks DJIA mengalami penguatan sebesar 36 bps sehingga berada pada level 25717,46. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan dilevel 0,988% dan 1,527%. Sedankan, untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun, keduanya mengalami kenaikan masing-masing di level –0,067% dan 0,55%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan yang didorong oleh perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Para pelaku pasar memandang pesimis terhadap sentimen yang terjadi di perekonomian global, sehingga hal ini akan berdampak kepada pelemahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Rekomendasi

Dengan harga Surat Utang Negara yang masih berpeluang untuk mengalami penurunan, terutama pada Surat Utang Negara dengan jangka menengah dan panjang maka kami menyarankan kepada investor untuk mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Beberapa seri Surat Utang Negara yang perlu dicermati adalah berikut ini: FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0071, FR0068.

Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 2 April 2019 dengan seri SPN-S03102019 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening), PBS015 (reopening).

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group