Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

28 November 2018

Fixed Income Notes 28 November 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 27 November 2018 masih menunjukkan kenaikan meskipun nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. 
  • Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 2bps hingga 85 bps telah mendorong penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara hingga sebesar 9 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2,3 bps. Pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek, perubahan harga yang terjadi berkisar antara 2 bps hingga 5 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5 bps. Sedangkan harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 15 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 3 bps. Adapun untuk tenor panjang, kenaikan harga yang terjadi berkisar antara 2 bps hingga 85 bps sehigga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 9 bps. Pada Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan harga yang cukup besar terjadi pada tenor 15 tahun dan 20 tahun, masing - masing sebesar 40 bps dan 30 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 5 bps dan 3 bps di level 8,087% dan 8,254%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun pada perdagangan kemarin tidak banyak mengalami perubahan harga, sehingga tingkat imbal hasilnya relatif tidak mengalami perubahan masing - masing di level 7,799% dan 7,843%. 
  • Kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh berlanjutnya aksi pembelian oleh investor seiring dengan terbatasnya pasokan Surat Berharga Negara hingga akhir tahun 2018 setelah pemerintah memutuskan untuk membatalkan sisa jadwal lelang penjualan Surat Berharga Negara di tahun 2018. Beberapa seri Surat Utang negara terlihat mengalami kenaikan harga yang cukup besar, terutama seri - seri diluar seri acuan yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik seperti seri FR0056, FR0059, FR0071, FR0073, FR0058, FR0068 dan FR0072. Kenaikan harga juga didukung oleh terus membaiknya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Hanya saja kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mulai terlihat terbatas untuk beberapa seri Surat Utang Negara, terutama pada Surat Utang Negara bertenor pendek dan menengah di tengah nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika.  
  • Harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin juga terlihat mengalami kenaikan. Hanya saja kenaikan harga yang terjadi cenderung terbatas yaitu hingga sebesar 8 bps yang dipengaruhi oleh faktor kenaikan imbal hasil US Treasury. Harga dari INDO23 dan INDO28 mengalami perubahan kurang dari 5 bps sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap tingkat imbal hasilnya, masing - masing di level 4,381% dan 4,839%. Adapun harga dari INDO43 terlihat mengalami kenaikan sebesar 6 bps, namun tingkat imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan dan ditutup di level 5,484%. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,19 triliun dari 25 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan mencapai Rp1,87 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 kembali menjadi Surat Utang negara dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp1,563 triliun dari 38 kali transaksi dengan harga tertinggi di level 102,55% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp1,004 triliun dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 97,58%. Sementara itu Project Based Sukuk seri PBS017 menjadi Sukuk Negara sengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp368,00 miliar dari  15 kali transaksi di harga rata - rata 87,20%  yang diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 senilai Rp75,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 99,33%.
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp986,3 miliar dari 48 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp237,40 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,06% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Protelindo Tahap I Tahun 2016 Seri A (PRTL01ACN1) senilai Rp200,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,82%. 
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 40,00 pts (0,28%) di level 14515,00 per Dollar Amerika. Setelah mengalami tren penguatan terhadap Dollar Amerika dalam beberapa hari perdagangan, pada perdagangan kemarin nilai tukar Rupiah ditutup dengan mengalami pelemahan dan bergerak pada kisaran 14485,00 hingga 14517,50 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang juga cenderung mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional, dengan mengalami pelemahan sebesar 0,48% yang diikuti oleh nilai tukar Rupiah dan Yuan China (CNY) seebsar 0,11%. Adapun mata uang regional yang mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika adalah Rupee India (INR) dan Baht Thailand (THB) masing - masing sebesar 0,05%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemrin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah beragamnya sentimen yang ada di pasar surat utang global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup di level 3,059% dan 3,319% tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya sebagai respon pelaku pasar terhadap pernyataan dari pejabat Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa Bank Sentral Amerika akan memperhatikan data indikator ekonomi sebelum kembali memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 1,379% dan 0,343% setelah koreksi yang terjadi di pasar saham mendorong investor untuk membeli aset investasi yang lebih aman. Adapun surat utang regional yang terlihat mengalami penurunan imbal hasil adalah surat utang Philippina yang ditutup di level 7,044%.
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali bergerak dengan arah perubahan yang terbatas, terutama pada tenor pendek dan menengah. Adapun beberapa seri Surat Utang Negara masih akan berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didorong oleh pembelian selektif oleh investor terhadap Surat Utang Negara yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik. Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, dimana aliran modal investor asing yang terus meningkat dan juga didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah, maka hingga akhir tahun 2018 kami perkirakan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor 10 tahun akan berada pada target moderat kami di level 7,65% dengan target pesimis di level 8,10%. 
  • Rekomendasi :Dengan harga Surat Utang negara yang masih berpeluang untuk mengalami kenaikan, terutama pada Surat Utang Negara tenor di atas 7 tahun maka kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga tersebut. Beberapa seri yang kami lihat masih cukup menarik diantaranya adalah seri *FR0043, FR0070, FR0071, FR0073, FR0054, FR0058, FR0068, FR0072 dan FR0045.* Adapun seri Surat Utang Negara yang mulai terlihat terbatas potensi kenaikan harganya adalah seri *FR0036, FR0059, FR0064, FR0078 dan FR0065.
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp4,94 triliun dari hasil penjualan Sukuk Negara Tabungan Seri ST-002.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group