Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

28 November 2016

Fixed Income Notes 28 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 25 November 2016 masih terus mengalami kenaikan di tengah kembali meningkatnya persepsi resiko serta investor asing yang masih mencatatlan penjualan bersih Surat Berharga Negara di sepanjang bulan November 2016.
 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 15 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4,4 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan berkisar antara 2 - 9 bps didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 3 - 17 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 9 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 3 - 35 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang mengalami perubahan berkisar antara 1 - 15 bps dengan adanya perubahan harga hingga 100 bps.
 
  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan masih bergerak dengan mengalami penurunan di tengah kembali meningkatnya persepsi resiko yang tercermin pada kenaikan CDS seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) di bulan Desember 2016. Meredanya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tidak cukup kuat menahan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di hari Jum'at. Dengan minimnya katalis dari dalam dan luar negeri, investor terlihat masih melanjutkan aksi jual sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara di pasar sekunder.
 
  • Secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin telah mendorong tingkat imbal hasil rata - rata Surat Utang Negara berada pada kisaran 8,268% dengan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 9 bps pada level 8,225% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 11 bps pada level 8,257%. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 8,385% dan seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 1 bps pada level 8,406%.
 
  • Dengan masih berlanjutnya tren kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada akhir pekan kemarin maka dalam sepakan imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata telah mengalami kenaikan sebesar 37,4 bps dimana kenaikan imbal hasil tenor 1 - 10 tahun mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan tenor yang lebih panjang.
 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya cenderung mengalami kenaikan di tengah sepinya perdagangan sebagai imbas atas liburnya pasar keuangan Amerika pada hari Kamis kemarin. Kenaikan imbal hasil berkisar antara 1 - 7 bps yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO-20 terlihat mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 2,901% setelah mengalami koreksi harga yang terbatas sebesar 5 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-24 mengalami kenaikan sebesar 6 bps pada level 3,96% setelah mengalami koreksi harga sebesar 40 bps dan imbal hasil dari INDO-44 mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 5,144% setelah mengalami koreksi harga sebesar 65 bps.
 
  • Di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, investor asing lebih memilih untuk menempatkan dananya pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika dibandingkan dengan dengan mata uang rupiah yang terlihat pada semakin lebarnya selisih imbal hasil dari kedua surat utang tersebut dengan tenor yang sama.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara ang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp10,09 triliun dari 29 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp5,68 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,40 triliun dari 67 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 100,35% diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0073 senilai Rp2,10 triliun dari 25 kali transaksi di harga rata - rata 102,96%.
 
  • Sementara itu volume perdagangan obligasi korporasi yang diperdagangkan pada akhir pekan kemarin senilai Rp1,05 triliun dari 48 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank UOB Indonesia Tahap I Tahun 2016 Seri B (BBIA01BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp124 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Perum Pegadaian Tahap I Tahun 2011 Seri C (PPGD01CCN1) senilai Rp84 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 33,00 pts (0,24%) pada level 13525,00 per dollar Amerika. Sempat dibuka melemah pada awal perdagangan, nilai tukar rupiah terhaap dollar Amerika bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13478,00 hingga 13582,00 per dollar Amerika dengan kecenderungan mengalami penguatan jelang berakhirnya sesi perdagangan di tengah mata uang regional yang juga terlihat cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Penguatan nilai mata uang regional dipimpin oleh Rupee India (INR) diikuti oleh mata uang rupiah dan Yen Jepang (JPY). Namun demikian, dalam sepekan, mata uang regional lebih cenderung mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika dengan pelemahan terbesar didapati pada JPY (1,83%) diikuti oleh Ringgit Malaysia (0,88%) dan rupiah sebesar 0,64%.
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak dengan mengalami pelemahan di tengah minimnya katalis dari dalam dan luar negeri yang mampu untuk mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder di tengah masih berlanjutnya aksi jual oleh investor asing.
 
  • Data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 23 November 2016 menunjukkan bahwa investor asing di sepanjang bulan November 2016 mencatatkan penjualan bersih senilai Rp18,74 triliun melanjutkan aksi jual mereka di bulan Oktober 2016 yang sebesar Rp9,34 triliun. Aksi jual oleh investor asing tersebut mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dan berakibat naiknya tingkat imbal hasil dari Surat Utang Negara.
 
  • Sementara itu dari faktor eksternal, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak bervariasi dimana imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik terbatas pada level 2,359%  dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,351% setelah kembali diperdagangkan di hari Jum'at. Pada hari Kamis, pasar keuangan Amerika libur dalam rangka pelaksanaan hari Thanksgiving. Sedangkan imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup dengan mengalami penurunan masing - maisng di level 0,229% dan 1,409% di tengah spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan memperpanjang program QE seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa yang belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
 
  • Kondisi dari faktor eksternal kami perkirakan akan lebih mempengaruhi arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder di tengah minimnya katalis dari dalam negeri.
 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara secara keseluruhan masih berada pada tren penurunan, sehingga membuka peluang untuk berlanjutnya penurunan harga pada perdagangan hari ini. Secara teknikal, tren penurunan harga Surat Utang Negara dalan jangka menengah telah terjadi sejak pertengahan bulan Agustus 2016 dan kami perkirakan masih akan berlanjut di tengah belum adanya sinyal pembalikan arah. Namun demikian, kondisi harga Surat Utang Negara yang berada dalam area jenuh jual (oversold) dengan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi, akan menarik untuk kembali diakumulasi secara bertahap.
 
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut maka kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek kami menyarankan strategi memperpendek durasi portofolio di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih berada dalam tren penurunan. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang serta bagi kelompok Industri Keuangan Non Bank (IKNB) yang belum memenuhi persyaratan kewajiban penempatan dana di Surat Berharga Negara, momentum koreksi harga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kewajiban tersebut dengan melakukan pembelian secara bertahap dengan pilihan pada seri FR0053, FR0058, FR0068 dan FR0067.
 
  • Pada sepekan kedepan terdapat lima surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp4,44 triliun.
 
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Bank UOB Indonesia Tahap I Tahun 2016 dan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank UOB Indonesia Tahap I Tahun 2016.
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group