Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

28 Februari 2018

Fixed Income Notes 28 Februari 2018

  • Kombinasi faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta pergerakan imbal hasil surat utang global yang kembali mengalami kenaikan mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 27      Februari 2018.
  • Koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin kembali mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara dimana kenaikan yang terjadi berkisar antara 1 - 7 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 2,2 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 - 6 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 1 - 20 bps. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 7 bps yang didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 35 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 5 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 45 bps. 
  • Aksi wait and see oleh investor jelang pidato oleh Jerome Powell di tengah pelemahan nilai tukar rupiah serta harga surat utang global yang juga mengalami koreksi menjadi faktor yang mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Selasa sehingga berakibat terhadap terjadinya kenaikan imbal hasilnya. Adapun, koreksi harga yang terjadi didukung oleh volume perdagangan, dimana pada perdagangan di hari Selasa kemarin volume perdagangan yang dilaporkan justru mengalami penurunan. Hal tersebut mengidikasikan bahwa pelaku pasar tidak cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder jelang pidato Jerome Powell serta rilisnya data inflasi yang akan disampaikan oleh Badan Pusat Statitistik pada esok hari yang diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan data inflasi bulan Januari 2018. 
  • Jelang lelang perdagangan Surat Utang Negara, menyebabkan arah pergerakan harga Surat Utang Negara di hari Selasa kemarin cenderung mengalami kenaikan  dipangaruhi oleh faktor eksternal serta nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan. Dengan demikian, koreksi harga yang terjadi telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 7 bps di level 5,893% dan untuk tenor 10 tahun imbal hasilnya naik sebesar 4,5 bps di level 6,486%. Adapun untuk tenor 15 tahun imbal hasilnya naik sebesar 1,5 bps di level 6,974% dan tenor 20 tahun imbal hasilnya ditutup naik sebesar 2 bps di level 7,285%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya ditutup cukup bervariasi dimana untuk tenor pendek terlihat mengalami kenaikan imbal hasil sementara itu pada tenor panjang ditutup dengan penurunan imbal hasil meskipun dengan perubahan imbal hasil yang relatif terbatas. Imbal hasil dari INDO-23 ditutup naik kurang dari 1 bps di level 3,682%. Adapun untuk imbal hasil dari INDO-28 dan INDO-48 ditutup turun kurang dari 1 bps masing - masing di level 4,068% dan 4,633%. Adapun imbal hasil dari INDO-38 yang ditutup turun sebesar 1 bps di level 4,713% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 15 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp17,85 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp9,45 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp6,31 triliun dari 105 kali transaksi di harga rata - rata 98,98% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp1,80 triliun dari 56 kali transaski di harga rata - rata 107,49%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp472,46 miliar dari 29 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Lautan Luas Tahap II Tahun 2017 Seri B (LTLS02BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp85 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,71% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Chandra Asri Petrochemical Tahap I Tahun 2017 Seri C (TPIA01CCN1) senilai Rp70 miliar dari 4 kali transaksi di harga 100,01%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup dengan pelemahan, sebesar 19,00 pts (013%) pada level 13679,00 per dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13647,00 hingga 13688,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika di tengah menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Peso Philippina (PHP) dan diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) dan Dollar Taiwan (TWD). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan jelang rilisnya data inflasi pada esok hari. Adapun dari perdagangan surat utang global, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami naik di level 2,901% setelah pidato Jerome Powell yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga akan tetap dilaksanakan untuk menjaga inflasi Amerika serta kenaikan suku bunga yang diperkirakan akan mengalami kenaikan lebih dari yang diperkirakan mendorong imbal hasil US Treasury mengalami kenaikan. Sementara itu imbal hasil dari surat utag Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama pada perdagangan di akhir pekan juga terlihat mengalami kenaikan dimana masing - masing ditutup naik pada level 0,674% dan 1,553%. Semakin tingginya tekanan jual pada pasar surat utang global kami perkirakan akan berdampak negatif terhadap perdagangan Surat Utang Negara pada hari ini didukung oleh faktor teknikal yang mengindikasikan berlanjutnya penurunan harga di pasar sekunder. 
  • Indikator teknikal menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara berada pada tren penurunan harga yang terlihat pada Sebagian besar Surat Utang Negara dengan tenor pendek. Hal tersebut kami perkirakan akan membuka peluang terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading pada Surat Utang Negara bertenor pendek dan menengah bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, dimana pilihan seri yang kami sarankan diantaranya adalah seri ORI013, FR0069, FR0053, FR0061, dan FR0071. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang kami menyarankan pembelian bertahap memanfaatkan momentum koreksi harga guna mendapatkan Surat Utang Negara yang manawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik seperti seri FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp23,10 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN 03180528 (New Issuance), SPN 12190114 (Reopening), FR0063 (Reopening), FR0065 (Reopening) dan FR0075 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 27 Februari 2018. 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group