Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

27 Maret 2019

Fixed Income Notes 27 Maret 2019

Harga Surat Utang Negara kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang diakibatkan oleh beberapa sentimen global pada perdagangan hari Selasa, tanggal 26 Maret 2019

Perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 100 bps yang mendorong  turunnya tingkat imbal hasil hingga sebesar 12 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan, keseluruhan serinya mengalami kenaikan harga yang mengakibatkan adanya rata-rata perubahan tingkat imbal hasil turun sebesar 2,8 bps, dimana pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan harga tertinggi sebesar 30 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 6,8 bps di level 7,045% dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri acuan bertenor 10 tahun dan 15 tahun yang mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 22 bps dan 9 bps sehingga berdampak pada penurunan imbal hasil sebesar 3,1 bps di level 7,587% dan 1,1 bps di level 8,010%. Adapun untuk seri acuan yang mengalami perubahan harga terendah didapati pada tenor 20 tahun sebesar 2 bps yang mengakibatkan terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 0,2 bps di level 8,094%.  

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin bergerak dengan mengalami kenaikan. Hal ini masih dipicu oleh adanya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adapun penguatan harga obligasi juga masih dipengaruhi oleh kondisi perlambatan ekonomi Amerika yang tercermin dari data manufaktur Dallas dan Chicago yang semakin tertekan. Kondisi ini membuat para pelaku pasar memungkinkan adanya aksi mencari aset yang lebih berkualitas (flight to quality). Naiknya harga Surat Utang Negara juga diiringi dengan apresiasi surat utang negara berkembang yang lain. Sementara itu, hasil lelang Surat Utang Negara pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp24,95 triliun dari total penawaran yang masuk mencapai Rp59,90 triliun. 

Kenaikan harga juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah penurunan persepsi risiko. Kenaikan harga didapati pada semua seri Surat Utang Negara berdonominasi mata uang Dollar Amerika. Harga INDO24 dan INDO29 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5,9 bps dan 45,4 bps sehingga berdampak terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,2 bps di level 3,496% dan 5,4 bps di level 3,890%. Adapun harga dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 61,2 bps dan 74,4 bps yang mendorong adanya koreksi tingkat imbal hasil sebesar 3,6 bps di level 4,810% dan 4,4 bps di level 4,704%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp21,12 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder. Surat Utang Negara seri FR0068 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,54 triliun dari 120 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp4,14 triliun dari 119 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0078 sebesar Rp3,14 triliun dari 82 kali transaksi. Adapun dari perdagangan sukuk negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS014 mengalami volume terbesar senilai Rp272,65 miliar dari 5 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS015 sebesar Rp169,87 miliar untuk 5 kali perdagangan.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp428,15 miliar dari 34 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap II Tahun 2017 Seri B (BBRI02BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp115,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,22% dan diikuti oleh  (Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) senilai Rp62,80 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,15%. Sementara itu, volume untuk Obligasi Berkelanjutan IV Astra Sedaya Finance Tahap II Tahun 2019 Seri B (ASDF04BCN2) sebesar Rp40,00 miliar dari 1 kali perdagangan dan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap I Tahun 2017 Seri B (WSKT03BCN1) sebesar Rp30,00 miliar dari 3 kali transaksi.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin menguat sebesar 14 pts (0,09%) di level 14172,00 per Dollar Amerika dimana pergerakan nilai tukar Rupiah menguat disepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14160,00 hingga 14195,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariatif terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,14% dan diikuti oleh penguatan Rupiah Indonesia (IDR) dan Won Korea Selatan (KRW) masing—masing sebesar 0,09% dan 0,06%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,35% dan diiringi dengan mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,19%. Adapun mata uang Ringgit Malaysia (MYR) dan mata uang Renminbi China keduanya melemah sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan sehingga masing—masing berada pada level 2,416% dan 2,869%. Kondisi tersebut terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang menguat dimana indeks DJIA ditutup menguat sebesar 55 bps di level 25657,73 dan indeks NASDAQ juga yang ikut mengalami penguatan sebesar 71 bps di level 7691,52. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30  tahun mengalami penguatan di level 1,008% dan 1,531% sedangkan obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami koreksi terbatas di level -0,023% dan 0,576%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika akibat optimisnya para pelaku pasar terhadap beberapa sentimen global. Selain itu, suksesnya lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin menjadi indikasi bahwa pelaku pasar masih merespon positif pada kondisi pasar saat ini.

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0069, FR0061, FR0070, FR0070, FR0056, FR0059 dan FR0071.

Pemerintah meraup dana senilai Rp24,95 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada tanggal 26 Maret 2019 untuk seri SPN03190627 (New Issuance), SPN12200313 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), FR0079 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) 

 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group