Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

26 September 2018

Fixed Income Notes 26 September 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 25 September bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang didorong oleh faktor berlanjutnya pelemahan terhadap nilai tukar Rupiah.
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 hingga 8 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami perubahan berkisar natara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil dari tenor menengah terlihat mengalami kenaikan yang berkisar antara 3 hingga 7 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 20 hingga 25 bps. Sedangkan untuk tenor panjang, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 hingga 8 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 75 bps. 
  • Pergerakan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Sentral Amerika (FOMC Meeting). Selain itu, kenaikan imbal hasil juga di dipengaruhi pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan merespon pernyataan Gubernur Bank Sentral Eropa yang menyatakan adanya potensi kenaikan laju inflasi di kawasan Uni Eropa. Namun demikian, hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang diadakan oleh pemerintah mampu menahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara agar tidak mengalami kenaikan yang lebih besar. Pada lelang tersebut, pemerintah meraup dana senilai Rp20 triliun dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp51,53 triliun, mengalami peningkatan dari penawaran lelang sebelumnya yang sebesar Rp36,88 triliun. Pada lelang kemarin pemerintah juga menerbitkan Obligasi Negara seri baru, yaitu FR0077 dan FR0078 yang akan menjadi seri acuan di tahun 2019. 
  • Secara keseluruhan, perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan yang terjadi pada perdagangan kemarin adalah adanya kenaikan sebesar 7 bps untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun di level 8,174% dan kenaikan sebesar 4 bps untuk tenor 10 tahun di level 8,199%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 20 tahu tingkat imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 2 bps 2 bps di level 8,639%. Sedangkan untuk tenor 15 tahun, imbal hasilnya justru mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 8,368%. 
  • Imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan meskipun perubahan yang terjadi relatif terbatas di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury. Imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 5,075% setelah mengalami koreksi harga terbatas, yaitu sebesar 10 bps. Adapun tingkat imbal hasil dari INDO23 dan INDO28 realtif tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya, masing - masing di level 4,102% dan 4,472%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp6,94 triliun dari 33 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dimana volume perdagangan untuk seri acuan senilai Rp3,2 triliun. Volume perdagangan yang tidak begitu besar tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara serta jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dan akan diikuti oleh Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Obligasi Negara seri FR0065 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,10 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata - rata 85,15% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,00  triliun dari 99 kali transaksi di harga rata - rata 89,15%. Dari perdagangan Sukuk Negara, volume perdagangan terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS012, yaitu senilai Rp62,08 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100.79% dan diikuti oleh perdagangan PBS005 senilai Rp48,70 miliar dari satu kali transaksi di harga 99,65%.
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,28 triliun dari 50 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Volume perdagangan terbesar didapati pada Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1), senilai Rp295,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%  dan diikuti oleh perdagangan Obligasi II Intiland Development Tahun 2016 Seri A (DILD02A) senilai Rp180 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,40%. 
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 51,50% (0,35%) di level 14917,50 per Dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14875,00 hingga 14917,50 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah memimpin pelemahan mata uang regional di tengah penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang dunia jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Mata uang regional yang mengikuti pelemahan nilai tukar  Rupiah adalah Yuan China (CNY) sebesar 0,28% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,21%. Adapun mata uang Dollar Taiwan (TWD) mengalami penguatan sebesar 0,14%. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin juga bergerak dengan mengalami kenaikan yang dipimpin oleh kenaikan imbal hasil surat utang di kawasan Uni Eropa. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup dengan kenaikan di level 0,543% di tengah ekspektasi kenaikan laju inflasi di kawasan Uni Eropa. Kenaikan imbal hasil juga didapati pada surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup pada level 1,631%. Sementara itu imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 3,098% setelah sempat menyentuh level 3,113%, mendekati level tertingginya di tahun 2018 yang sebesar 3,128%. Surat utang golab yang terlihat mengalami penurunan meskipun terbatas adalah surat utang Thailand di level 2,839% dan China di level 3,680%. 
  • Harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga meskipun dalam dua hari perdagangan terakhir cenderung mengalami penurunan harga di pasar sekunder. Hal tersebut dalam jangka pendek masih akan membuka peluang terjadinya kenaikan harga di pasar sekunder. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah tren kenaikan imbal hasil surat utang global. Investor akan mencermati agenda penting pada pekan ini yaitu Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dan  Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, dimana investor menantikan kebijakan moneter yang akan diambil oleh kedua bank sentral tersebut, baik dalam jangka pendek hingga di periode mendatang. 
  • Rekomendasi : Ditengah kondisi pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi, investor dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk melakukan aksi ambil untung secara bertahap memanfaatkan momentum tren kenaikan harga di pasar sekunder. Cermati pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika jelang berakhrinya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah, dengan pilihan serinya adalah sebagai berikut : ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0031, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063 dan R0070. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp20,0 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03181226 (New Issuance), SPN12190606 (Reopening), FR0077 (New Issuance), FR0078 (New Issuance), FR0065 (Reopening) dan FR0075 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 25 September 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group