Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

26 Oktober 2018

Fixed Income Notes 26 Oktober 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 25 Oktober 2018 cenderung mengalami kenaikan seiring dengan masih berlanjutnya kenaikan persepsi risiko.
  • Perubahan tingkat imbal hasil 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps. Pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 2 bps dengan ditengah terbatasnya pergerakan harga yang bergerak hingga sebesar 5 bps. Adapun untuk tenor menengah, perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi mencapai 6 bps dengan perubahan pergerakan harga yang terjadi mencapai 30 bps. Sedangkan pada Surat Utang Negara bertenor panjang, perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi berkisar antara 1 - 6 bps dengan adanya perubahan harga yang cenderung mengalami penurunan hingga sebesar 50 bps. Pada seri acuan, kenaikan tingkat imbal hasil terbesar didapati pada seri acuyan dengan tenor 10 tahun, yaitu sebesar 5 bps di level 8,584%. Adapun seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami kenaikan sebesar 2 bps secara berturut - turut di level 8,388% dan 9,025%. Sedangkan untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps di level 8,801%.
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor berlanjutnya kenaikan persepsi risiko yang tercermin pada angka Credit Default Swap (CDS) seiring dengan gejolak yang terjadi di pasar saham global. Angka CDS 5 Tahun yang pada perdagangan kemarin ditutup naik di level 156,91 menjadi faktor penorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara di pasar sekunder. Selain itu nilai tukar Rupiah yang dibuka dengan pelemahan di level 15210,00 per Dollar Amerika turut menjadi katalis negatif di pasar Surat Utang Negara. Pelaku pasar terlihat menahan diri untuk melakukan transaksi yang tercermin pada volume perdagangan yang tidak begitu besar, yaitu senilai Rp6,92 triliun. Investor masih mencermati hasil dari pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB Meeting) dimana fokus investor adalah pada rencana penghentian stimulus moneter oleh Bank Sentral Eropa.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin juga terlihat mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil INDO23 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps di level 4,358% setelah mengalami penurunan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO28 dan INDO43 pada perdagangan kemarin masing - masing mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 4,855% dan 5,425% setelah mengalami penurunan harga sebesar 20 bps dan 35 bps. Meningkatnya persepsi risiko menjadi faktor kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaprokan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,92 triliun dari 40 seri Surat Berharga Negara yang ditransaksikan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,07 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp781,76 miliar dari 64 kali transaksi di harga rata - rata 98,35% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp722,98 miliar dari 34 kali transaksi di harga rata - rata 86,47%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp140,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,75% yang diikuti oleh Sukuk negara Ritel seri SR009 senilai Rp135,56 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 99,01%.
  • Dari 38 surat utang korporasi yang diperdagangkan, volume perdagangan surat utang korporasi pada perdagangan kemarin senilai Rp696,10 miliar. Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp175,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata  100,05% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi I Jakarta Lingkar Baratsatu Tahun 2018 Seri A (JLBS01A) senilai Rp108,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,03%.
  • Sementara itu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas sebesar 9,50 pts (0,06%) di level 15187,50 per Dollar Amerika. Dibuka melemah pada awal perdagangan, pergerakan nilai tukar Rupiah cukup berfluktuasi pada kisaran 15187,50 hingga 15215,00 per Dollar Amerika dan ditutup dengan penguatan menjelang berakhirnya sesi perdagangan di tengah nilai tukar mata unag regional yang cenderung bergerak mengalami pelemahan. Mata unag Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,52% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Dollar taiwan (TWD) sebesar 0,16% dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,14%. Adapun mata uang Dollar Singapura (SGD) memimpin penguatan mata uang regional, dengan mengalami penguatan sebesar 0,13%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan imbal hasil. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup turun di level 3,107% dan 3,336% meskipun pasar saham Amerika telah mengalami kenaikan setelah pada perdagangan sebelumnya mengalami koreksi yang cukup besar. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman ditutup dengan mengalami kenaikan terbatas di level 0,396% dan imbal hasil surat utang Inggris yang justru terlihat mengalami penurunan terbatas di level 1,44%. Selain Surat Utang negara, surat utang regional yang mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin adalah surat utang Thailand yang ditutup naik di level 2,859% dimana pada saat yang sama imbal hasil surat utang Jepang ditutup dengan penurunan di level 0,111%.
  • Secara teknikal, indikator menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi yang akan berdampak terhadap pergerakan harganya yang akan cendeurng mendatar (sideways) dengan tingkat perubahan harga yang relatif terbatas. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan perubahan harga yang relatif terbatas. Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB Meeting) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 0,00% namun kembali menyampaikan bahwa rencana pengurangan stumulus akan terus dilanjutkan. Nilai pembelian aset yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa diturnkan menjadi EUR15 miliar hingga akhir Desember 2018 serta peluang kenaikan suku bunga acuan akan mulai terlihat di tahun 2019. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap pasar surat utang global yang juga terhadap pasar Surat Utang Negara. 
  • Rekomendasi : Dengan masih terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek, maka kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga di pasar sekunder. Surat Berharga Negara dengan tenor pendek dan menengah masih kami rekomendasikan dengan pilihan beberapa seri diantaranya sebagai berikut : *ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0063, FR0070, FR0077, FR0056 dan FR0042. *
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 01052019 (new issuance), SPN-S 01082019 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS017 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa tanggal 30 Oktober 2018.
  • Bank Indonesia melihat bahwa nilai tukar Rupiah masih mengalami depresiasi namun dengan volatilitas yang terjaga.
  •  

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group