Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

26 November 2018

Fixed Income Notes 26 November 2018

  • Berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan hari Jum'at, 23 November 2018 dukung terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
  • Kenaikan harga yang terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara pada akhir pekan kemarin berkisar antara 5 bps hingga 80 bps dimana kenaikan harga yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 15 bps sehingga menyebabkan terjadinya perubahn tingkat imbal hasilnya yang berkisar antara 2 bps hingga 5 bps. Adapun kenaikan harga yang berkisar antara 10 bps hingga 20 bps pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya berkisar antara 2 bps hingga 4 bps. Sedangkan pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang, kenaikan harga yang terjadi mencapai 80 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan berkisar antara 1 bps hingga 8 bps. Dengan adanya kenaikan harga pada kahir pekan kemarin, mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 3 bps sehingga dalam sepekan terakhir, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara secara keseluruhan telah mengalami penurunan imbal hasil rata - rata sebesar 7 bps. Pada Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan harga terbesar didapati pada tenor 20 tahun, yaitu sebesar 60 bps sehingga mendorong penurunan  tingkat imbal hasilnya sebesar 7 bps di level 8,317%. Adapun kenaikan harga pada seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 10 bps yang mendorong penurunan tingkat imbal hasilnya sebesar 3 bps di level 7,881%. Sementara itu kenaikan harga pada tenor 10 tahun dan 15 tahun pada perdagangan di akhir pekan kemarin masing - masing sebesar 30 bps dan 40 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan masing - masing sebesar 5 bps di level 7,864% dan 8,213%.
  • Tren kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan pekan kemarin didukung oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, kenaikan harga Surat Utang Negara didukung oleh keputusan pemerintah untuk membatalkan sisa jadwal lelang di tahun 2018, sehingga mendorong investor yang membutuhkan penempatan dananya di Surat Berharga Negara untuk melakukan pembelian di pasar sekunder, sehingga mendorong terjadinya kenaikan harga. Sisa target lelang Surat Berharga Negara yang dibatalkan di tahun 2018 kurang lebih senilai Rp47,65 triliun dari total target penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang di kuartal IV tahun 2018 yang sebesar Rp142,72 triliun. Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika juga berdampak terhadap berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing yang juga turut mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Hingga tanggal 21 November 2018, investor asing mencatatkan akumulasi pembelian bersih Surat Berharga Negara di sepanjang bulan November 2018 senilai Rp24,90 triliun dan di tahun 2018 senilai Rp53,07 triliun.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, kenaikan harga juga terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara dimana kenaikan harga yang cukup besar juga didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Harga dari INDO22 mengalami kenaikan sebesar 9 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya sebesar 3 bps di level 4,289%. Adapun harga dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 7 bps yang mendorong penurunan tingkat imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 4,724%. Penurunan imbal hasil sebesar 2 bps di level 5,663% didapati pada INDO44 setelah mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp10,55 triliun dari 37 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,61 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,180 triliun dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 91,68% yang diikuti oleh perdagangan Pbligasi Negara seri FR0078 senilai Rp2,048 triliun dari 80 kali transaksi dengan harga tertinggi yang dilaporkan di level 102,65%. Project Based Sukuk seri PBS019menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp315,00 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 99,88% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS012 senilai Rp93,00 miliar dari 16 kali transaksi di harga rata - rata 100,80%. 
  • Adapun dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp774,7 miliar dari 34 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC Tahap I Tahun 2018 seri A (NISP03ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp140,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 99,28% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri A (SMLPPI01A) senilai Rp100,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,0%. Rata - rata volume perdagangan surat utang korporasi pada sepekan kemarin sebesar Rp519,59 miliar, mengalami penurunan dibandingkan dengan rata - rata volume perdagangan pada pekan sebelumnya yang sebesar Rp923,30 miliar.
  • Mata uang Rupiah memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, setelah pada akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 36,00 pts (0,25%) di level 14544,00 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14512,5 hingga 14556,50 per Dollar Amerika, penguatan nilai tukar Rupiah pada akhir perkan kemarin terjadi di tengah pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bervariasi terhadap Dollar Amerika. Selain Rupiah, mata uang regional yang mengalami penguatan diantaranya adalah Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,13% dan Yen Jepang (JPY) sebesar 0,10%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, dipimpin oleh mata uang Yuan China (CNY) sebesar 0,22% dan diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,18%. Adapun dalam sepekan terakhir, mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, yaitu sebesar 1,74% dan diikuti oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,51%. Adapun mata uang Rupiah dalam sepekan terlihat mengalami penguatan sebesar 0,50% terhadap Dollar Amerika.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan ditengah gejolak yang terjadi di pasar saham global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup turun di level 3,048% dan 3,306% setelah indeks sahamnya mengalami penurunan yang didorong oleh penurunan harga saham sektor teknologi dan penurunan harga komoditas minyak. Sementara itu imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman juga ditutup dengan penurunan, masing - masing di level 1,384% dan 0,343%. Dengan penurunan imbal hasil di akhir pekan kemarin, maka sebagian besar imbal hasil surat utang global mengalami penurunan dengan persentase penurunan terbesar didapati pada imbal hasil surat utang Jepang, yang turun dari level 0,104% ke level 0,093% dan diikuti oleh surat utang Jerman yang turun dari level 0,366% ke level 0,343%. 
  • Indikator teknikal menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga, sehingga masih terbuka peluang terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek dan menengah. Hanya saja harga Surat Utang Negara yang telah memasuki area jenuh beli (overbought) akan membatasi potensi kenaikan harga Surat Utang Negara terutama pada Surat Utang negara dengan tenor 10 tahun hingga 15 tahun.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan yang akan didukung oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah serta berakhirnya jadwal lelang Surat Berharga Negara yang membatasi pasokan Surat Berharga Negara di pasar sekunder. Dari faktor domestik, agenda ekonomi yang akan disampaikan pada pekan ini adalah data Perkembangan Uang Beredar Oktober 2018 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari Jum'at, tanggal 30 November 2018. Adapun dari faktor eksternal, beberapa agenda yang akan dicermati pelaku pasar data ekonomi Amerika diantaranya adalah data pertumbuhan ekonomi Amerika kuartal III 2018 (estimasi kedua) yang akan disampaikan pada hari Rabu waktu setempat yang akan diikuti oleh data Personal Income & Spending yang akan disampaikan pada hari Kamis. Di akhir pekan, pelaku pasar akan menatikan notulen rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes). 
  • Pada sepekan kedepan terdapat satu surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp3,0 triliun.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idBBB" terhadap PT Kapuas Prima Coal Tbk.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group