Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

26 Maret 2019

Fixed Income Notes 26 Maret 2019

Jelang lelang hari ini, Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, hari Senin, tanggal 25 Maret 2019 ditutup melemah ditengah sentimen global dan aksi ambil untung (profit taking) dari para pelaku pasar.

Perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 59 bps dengan rata-rata penurunan sebesar 5,7 bps sehingga berdampak adanya kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 6,7 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara, keseluruhan seri acuannya mengalami penurunan harga yang berkisar antara 14 bps hingga 59 bps mendorong adanya kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 3,2 bps hingga 6,7 bps. Penurunan harga terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan bertenor 15 tahun sebesar 59 bps yang mendorong kenaikan imbal hasil sebesar 6,7 bps di level 8,022% dan diiringi dengan Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun dan 10 tahun yang mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 49 bps dan 27 bps sehingga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil masing-masing sebesar 4,8 bps di level 8,096% dan 3,7 bps di level 7,618%. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan harga hingga sebesar 14 bps sehingga terjadi kenaikan imbal hasil sebesar 13,2 bps di level 7,114%.

Pada perdagangan awal pekan ini, pergerakan harga Surat Utang Negara kembali ditutup dengan mengalami pelemahan setelah kenaikan yang terjadi selama sepekan terakhir. Adapun pelemahan harga Surat Utang Negara terjadi akibat adanya beberapa sentimen global, diantaranya adalah sentimen perkembangan Brexit yang pada pekan ini bertepatan dengan batas akhir perjanjian. Para pelaku pasar merespon bahwa dengan dengan kondisi tersebut risiko yang terjadi di pasar uang Eropa akan semakin meningkat. Selain itu, adanya pelemahan perekonomian yang terjadi di Amerika mendorong para pelaku pasar untuk memilih instrumen jangka panjang akibat kekhawatiran investor terhadap potensi resesi di Amerika. Hal ini membuat kurva imbal hasil obligasi Amerika menjadi terbalik (inversi), dimana untuk tenor yang lebih pendek didapati tingkat imbal hasil yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat imbal hasil obligasi Amerika bertenor yang lebih panjang. 

Penurunan harga juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah meningkatnya persepsi risiko. Penurunan harga didapati pada keseluruhan seri acuan Surat Utang Negara berdonominasi mata uang Dollar Amerika. Imbal hasil INDO24 dan INDO29 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,02 bps di level 3,514% dan 2,22 bps di level 3,945% yang didorong terjadinya koreksi harga sebesar 9,4 bps dan 18,8 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,3 bps di level 4,847% dan  1,9 bps di level 4,747% setelah mengalami adanya penurunan harga sebesar 22,2 bps dan 32,7 bps. 

Volume perdagangan Obligasi Negara yang dilaporkan menurun jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya sebesar Rp11,84 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun untuk volume perdagangan Surat Utang Negara dengan volume tertinggi didapati pada seri FR0078 sebesar Rp2,49 triliun dari 56 kali transaksi dan kemudian dilanjutkan dengan Surat Utang Negara dengan seri FR0059 dan FR0068 masing-masing sebesar Rp1,27 triliun dari 43 kali perdagangan dan Rp992,00 miliar dari 39 kali transaksi. Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, volume Project Based Sukuk terbesar didapati pada seri PBS016 senilai Rp353,80 miliar dari 9 kali transaksi dan diiringi oleh volume Project Sukuk Negara seri PBS005 dan seri PBS013 masing-masing sebesar Rp154,00 miliar dari 2 kali transaksi dan Rp104,00 miliar untuk 2 kali perdagangan.

Pada perdagangan awal pekan ini, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan meningkat dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp1,56 triliun dari 54 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (FIFA03ACN5) senilai Rp410,00 miliar dari 17 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) dan  Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap I Tahun 2018 Seri A (WOMF03ACN1) masing-masing senilai Rp225,00 miliar dari 5 kali transaksi dan Rp100,00 miliar untuk 4 kali transaksi. Adapun, selanjutnya didapati seri Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN2) dengan volume perdagangan sebesar Rp90,00 miliar untuk 4 kali transaksi.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika melemah sebesar 20 pts (0,14%) di level 14185,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut terjadi pada sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14165,00 hingga 14225,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring beragamnya pergerakan nilai tukar mata uang regional terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,26% diiringi dengan mata uang Dollar Singaura (SGD) dan mata uang Renminbi China (CNY) yang juga mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,18% dan 0,08% terhadap Dollar Amerika. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Dollar Hongkong (HKD) dan mata uang Peso Filipina (PHP) yang keduanya melemah sebesar 0,35%. Adapun untuk mata uang Yen Jepang (JPY) dan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) keduanya mengalami pelemahan sebesar 0,16% dan 0,14% terhadap Dollar Amerika.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup mengalami penurunan sehingga berada pada level 2,40%, hal yang sama juga terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penurunan pada level 2,86% ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak beragam. Indeks NASDAQ ditutup melemah sebesar 7 bps sehingga berada pada level 7637,54 sedangkan untuk indeks DJIA ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 6 bps sehingga berada pada level 25516,83. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan masing-masing di level 0,973% dan 1,463%.Adapun obligasi Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan masing-masing di level -0,032% dan 0,574%.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami penurunan seiring dengan sentimen global yang memicu pelaku pasar keuangan menjadi lebih pesimis. Selain itu, perubahan harga tersebut semakin mendorong harga Surat Utang Negara berada pada area jual sehingga akan berpotensi adanya aksi ambil untung (taking profit) dari para investor.

Rekomendasi

Dengan beberapa faktor pertimbangan di atas, harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan, maka kami masih menyarankan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan investasi yang menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik dengan risiko yang moderat. Selain itu, kami juga tetap menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0071, dan FR0073.

Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03190627 (New Issuance), SPN12200313 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), FR0079 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 26 Maret 2019.

Pemerintah akan melakukan lelang penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2019. Target penerbitan senilai Rp15.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah) dengan seri – seri yang akan dilelang adalah sebagai berikut : 

 

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN03190627 (Diskonto; 27 Juni 2019);

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN12200313 (Diskonto; 13 Maret 2020);

- Obligasi Negara seri FR0077 (8,12500%; 15 Mei 2024);

- Obligasi Negara seri FR0078 (8,25000%; 15 Mei 2029);

- Obligasi Negara seri FR0068 (8,37500%; 15 Mei 2034); 

- Obligasi Negara seri FR0079 (8,37500%; 15 April 2039); dan

- Obligasi Negara seri FR0076 (7,37500%; 15 Mei 2048).

 

Kami perkirakan jumlah penawaran yang masuk akan berkisar antara Rp55—65 triliun dengan jumlah penawaran yang cukup besar akan didapati pada instrumen Surat Perbendaharaan Negara serta pada Obligasi Negara seri FR0077 dan FR0078. Adapun berdasarkan kondisi pergerakan harga Surat Utang Negara menjelang pelaksanaan lelang, maka kami perkirakan tingkat imbal hasil yang akan dimenangkan adalah sebagai berikut :

 

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN03190627 berkisar antara 5,71 - 5,81;

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN12200313 berkisar antara 6,03 - 6,12;

- Obligasi Negara seri FR0077 berkisar antara 7,21 - 7,31;

- Obligasi Negara seri FR0078 berkisar antara 7,65 - 7,75;

- Obligasi Negara seri FR0068 berkisar antara 8,03 - 8,12; 

- Obligasi Negara seri FR0079 berkisar antara 8,12 - 8,21; dan 

- Obligasi Negara seri FR0076 berkisar antara 8,37 - 8,46. 

Lelang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Maret 2019, dibuka pukul 10.00 WIB dan ditutup pukul 12.00 WIB. Adapun hasil dari pelaksanaan akan diumumkan pada hari yang sama dan hasil dari lelang akan didistribusikan pada hari Kamis, tanggal 28 Maret 2019. Di tahun 2019, target penerbitan bersih (net issuance) Surat Berharga Negara senilai Rp389,0 triliun dimana pada kuartal I tahun 2019 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp185,00 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang sebelumnya pemerintah meraup dana senilai Rp18,05 triliun dari total penawaran yang masuk mencapai Rp58,31 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group