Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

26 Juni 2019

Fixed Income Notes 26 Juni 2019

Pada perdagangan kemarin, hari Selasa, tanggal 25 Juni 2019, harga Surat Berharga Negara mengalami kenaikan yang didorong oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat sentimen yang berasal dari domestik maupun global.
 
Pada perdagangan kemarin, hari Selasa, tanggal 25 Juni 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan pada sebagian besar serinya hingga sebesar 47 bps yang mengakibatkan penurunan imbal hasil hingga sebesar 5,6 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) didapati kenaikan harga  hingga sebesar 14 bps yang mendorong turunnya tingkat imbal hasil hingga sebesar 7,7 bps. Sementara itu, untuk tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 6 bps hingga 44 bps yang mengakibatkan penurunan imbal hasil dengan rentang 1,5 bps hingga 8 bps. Adapun untuk tenor panjang (diatas 7 tahun) terpantau mengalami rata-rata kenaikan harga sebesar 61 bps yang berdampak pada turunnya imbal hasil mencapai 36 bps.

Perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hari Selasa, tanggal 25 Juni 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan ditengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Penguatan harga Surat Utang Negara ini diakibatkan dari adanya beberapa sentimen yang berasal dari domestik maupun global. Dari sisi global, semakin dekatnya pertemuan G20 pada akhir pekan ini, para pelaku pasar semakin menantikan perkembangan perang dagang antara Amerika dan China, dimana Donald Trump berencana membahas lebih lanjut mengenai perdagangan dengan China. Sementara itu, dengan kondisi pasar yang kondusif tersebut, para pelaku pasar juga mengamati proses lelang Surat Berharga Negara Syariah (SBSN) yang dilaksanakan oleh pemerintah pada perdagangan kemarin. Pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp8,00 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp40,19 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya yang hanya sebesar Rp20,2 triliun.

Sehingga secara keseluruhan, koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil pada Surat Utang Negara seri acuan. Adapun untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil  masing-masing sebesar 1,5 bps dan 5,4 bps. Sementara itu, untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun juga ikut mengalami penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 2,6 bps dan 4,7 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin lebih besar daripada perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp16,16 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp8,89 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,16 triliun dari 141 kali transaksi di harga rata - rata 105,93% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,71 triliun dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 104,65%. Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp1,52 triliun dari 24 kali transaksi dan diikuti oleh volume seri PBS019 sebesar Rp252,00 miliar dari 11 kali transaksi. Adapun untuk Sukuk Ritel Negara dengan seri SR011 didapati volume sebesar Rp218,76 miliar untuk 11 kali transaksi.
 
Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan mengalami kenaikan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp1,68 triliun dari 57 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap II Tahun 2017 Seri D (BBRI02DCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp166,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) senilai Rp160,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,78% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan III Mandiri Tunas Finance Tahap II Tahun 2017 Seri A (TUFI03ACN2) sebesar Rp100,00 miliar untuk 11 kali transaksi di harga 100,76%.  

Adapun nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 19,00 pts (0,13%) di posisi 14125,00 per dollar Amerika yang bergerak menguat selama sesi perdagangan. Nilai tukar Rupiah tersebut bergerak pada kisaran 14108,00 hingga 14148,00 per dollar Amerika. Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah sebagian besar penguatan nilai mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,26% yang kemudian diikuti oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,13% dan Peso Filipina (PHP) sebesar 0,06%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Ringgit Malaysia (MYR)) sebesar 0,10% dan diikuti oleh Renminbi China (CNY) yang melemah sebesar 0,04%. Selanjutnya, mata uang Dollar Taiwan (TWD) yang didapati bergerak melemah terbatas sebesar 0,02% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan yang terbatas seiring menurunnya persepsi risiko yang tercermin pada turunnya angka Credit Default Swap (CDS). Selain itu, penguatan yang terjadi pada pasar keuangan global kami perkirakan akan berdampak terhadap pasar keuangan domestik termasuk pada pasar Surat Berharga Negara. Adapun pelaku pasar masih akan mencermati perkembangan sentimen domestik terkait rilisnya data inflasi domestik periode Juni 2019 yang akan disampaikan pada pekan depan. Selain itu, naiknya harga minyak yang berdampak pada perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika juga menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan para pelaku pasar ditengah semakin memanasnya hubungan antara Amerika dan Iran. 

Adapun dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan penurunan yang terbatas. Tingkat imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup menurun di level 1,99% seiring dengan tenor 30 tahun yang juga ikut ditutup turun pada level 2,524%. Penurunan tingkat imbal hasil US Treasury tersebut terjadi ditengah penurunan saham utamanya, dimana untuk indeks NASDAQ terpantau turun sebesar 151 bps di level 7884,72 dan indeks DJIA turun sebesar 67 bps di level 26548,22. Adapun untuk imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan pada level 0,794% sejalan dengan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 30 tahun yang turun di level 1,418%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) bertenor 10 tahun ditutup mengalami kenaikan di level –0,328% dan yang bertenor 30 tahun berada di level 0,251%.

Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada perubahan nilai tukar Rupiah. Adapun terbatasnya perubahan harga di pasar sekunder, dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan strategi trading dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seperti seri FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0056, FR0059, FR0064, FR0071, dan FR0073.
 
Pemerintah meraup dana senilai Rp8,00 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 25 Juni 2019 untuk seri SPNS01122019 (reopening), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening) dan PBS015 (reopening).
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group