Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

26 Januari 2018

Fixed Income Notes 26 Januari 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 25 Januari 2018 kembali ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan imbal hasil di tengah terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 –4 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami penurunan imbal hasil, sementara itu pada tenor menengah dan panjang cenderung mengalami kenaikan. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 5 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami penurunan sebesar 1 - 2 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 10 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang ditutup naik berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 20 bps. 
  • Terbatasnya perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh cukup bervariasinya katalis dari dalam maupun dari luar negeri. Pelaku pasar global masih menantikan perkembangan GDP kuartal IV Amerika yang akan di rilis pada perdagangan esok hari. Adapun ECB yang mempertahankan kebijakannya mendorong kenaikan imbal hasil surat utang eropa di tengah penurunan imbal hasil US Treasury. Adapun dari dalam negeri minimnya katalis mendorong terbatasnya pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara 
  • Terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga berdampak terhadap minimnya perubahan imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan. Imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 2 bps di level 5,613% dan 10 tahun ditutup dengan penurunan sebesar 1 bps di level 6,154%. Adapun untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 1,5 bps pada level 6,634% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 6,957%.
  • Sedangkan dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup mengalami kenaikan seiring surat utang global yang mengalami kenaikan di tengah US Treasury yang mengalami penurunan. Perubahan harga dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika cenderung mendatar (sideways) sehingga berpengaruh terhadap terbatasnya perubahan tingkat imbal hasilnya. Imbal hasil dari INDO-23 ditutup pada level 3,089% dan INDO-28 pada level 3,591% serta INDO-38 pada level 4,451% setelah mengalami kenaikan imbal hasil yang kurang dari 1 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-48 ditutup pada level 4,364% dengan tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Kamis masih cukup besar, senilai Rp15,87 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,78 triliun. Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,08 triliun dari 115 kali transaksi di harga rata - rata 112,33% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,90 triliun dari 102 kali transaksi di harga rata - rata 106,15%. Kedua seri Obligasi Negara tersebut juga menjadi Surat Utang Negara yang paling sering diperdagangkan yaitu 115 kali dan 102 kali transaksi.
  • Adapun Volume perdagangan Project Based Sukuk yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,92 triliun dari 4 seri Project Based Sukuk yang diperdagangkan. Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,74 triliun dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 101,24% diikuti oleh Project Based Sukuk seri PBS017, senilai Rp105 miliar dari 14 kali transaksi di harga rata - rata 99,01%. 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, terjadi peningkatan volume perdagangan dari pelaporan sebelumnya, yaitu senilai Rp917,55 miliar dari 60 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank UOB Indonesia Tahap I Tahun 2016 Seri C (BBIA01CCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp90 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 103,33% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap I Tahun 2016 (PNBN02CN1) senilai Rp70 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 103,55%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas di level 13289,00 per dollar Amerika, mengalami penguatan sebesar 25,00 pts (0,18%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak pada kisaran 13263,00 hingga 13300,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjadi seiring menguatnya seluruh nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) dan Ringgit Malaysia (MYR). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan mengalami kenaikan di pasar sekunder didorong oleh berlanjutnya penguatan nilai tukar rupiah serta meningkatnya volume perdagangan pada perdagangan kemarin, mengindikasikan masih menariknya Surat Utang Indonesia. 
  • Adapun, di tengah masih tingginya aliran modal asing yang masuk di pasar Surat Utang Negara, akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 22 Maret 2017, investor asing mencatatkan peningkatan sebesar Rp44,05 triliun dibandingkan dengan posisi di akhir 2017. 
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun di level 2,615% serta tenor 30 tahun yang ditutup pada level 2,879% di tengah pelaku pasar yang menantikan rilisnya data pertumbuhan GDP pada kuartal IV Amerika. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga terlihat mengalami kenaikan terbatas masing - masing pada level 0,606% dan 1,414%. 
  • Adapun dari faktor teknikal, harga Surat Utang Negara maish bergerak pada tren penurunan harga sehingga masih terbuka peluang terjadinya koreksi harga dalam jangka pendek. Namun demikian, pelaku pasar juga perlu mewaspadai terjadinya koreksi harga di tengah harga Surat Utang Negara yang berada pada area jenuh beli (overbought). Hal tersebut kami perkirakan akan membatasi kenaikan harga yang terjadi di pasar sekunder. 
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami melihat beberapa seri Surat Utang Negara yang masih cukup menarik untuk diperdagangkan di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang mulai terbatas, yaitu seri FR0069, FR0053, FR0061, ORI013, FR0073, FR0058, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072. 
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03180430 (New Issuance), SPN12190131 (New Issuance), FR0063 (Reopening), FR0064 (Reopening) dan FR0065 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 30 Januari 2018.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menegaskan peringkat “idA+” dan “idA+(sy)” untuk Obligasi dan Sukuk PT Summarecon Agung Tbk yang akan jatuh tempo. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat “idA+(sy)(cg)” terhadap MTN Syariah Ijarah I MNC Picture Tahun 2018.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group