Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

25 Oktober 2016

Fixed Income Notes 25 Oktober 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 24 Oktober 2016 kembali mengalami penurunan didorong oleh faktor penurunan suku bunga acuan serta meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2,8 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara bertenor 1 - 10 tahun.
 
  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan di awal pekan kembali mengalami kenaikan melanjutkan tren positif dari perdagangan di akhir pekan kemarin dengan didorong oleh katalis positif dari keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan.
 
  • Pada hari Kamis, 20 Oktober 2016, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar 25 bps dari 5,00% menjadi 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility turun sebesar 25 bps menjadi 4,00% dan Lending Facility turun sebesar 25 bps menjadi 5,50%, berlaku efektif sejak 21 Oktober 2016.
 
  • Hal tersebut mendapat respon positif dari pelaku pasar yang terlihat sejak hari Jum'at, yang tercermin pada kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Hanya saja, kenaikan harga belum didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar di tengah masih berlanjutnya aksi jual oleh investor asing.
 
  • Hingga tanggal 21 Oktober 2016, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) Surat Berharga Negara senilai Rp11,49 triliun di bulan Oktober 2016 dimana kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara senilai Rp673,49 triliun atau setara dengan 38,78% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan. Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga didukung oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah serta turunnya imbal hasil surat utang global.
 
  • Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 9 bps di level 6,820% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 4 bps di level 7,011%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan imbal hasil sebesar 3 bps dan 2 bps di level 7,383% dan 7,568%.
 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya bergerak bervriasi dengan kecenderungan mengalami penurunan pada tenor pajang sementara itu terlihat mengalami kenaikan pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 2,325% setelah mengalami kenaikan harga terbatas sebesar 5 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-46 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 4,441% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 25 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-26 mengalami penurunan imbal hasil yang kurang dari 1 bps pada level 3,391%. Sementara itu beberapa seri yang mengalami kenaikan imbal hasil diantaranya adalah INDO17 dan INDO-18.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,8 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,66 triliun. Volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,57 triliun didapati pada Obligasi Negara seri FR0053 dari 26 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 105,68% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 6,818%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp389,90 miliar dari 29 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap II Tahun 2016 Seri A (TELE01ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp127 miliar dari 10 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idA" dan akan jatuh tempo pada 24 Oktober 2017 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,00% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 9,14%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 30,00 pts (0,23%) pada level 13012,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13000,00 hingga 13053,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah sempat mengalami pelemahan di awal perdagangan namun berangsur mengalami penguatan sejak pertengahan hingga berakhirnya sesi perdagangan. Nilai tukar mata uang regional pada perdagangan kemarin bergerak bervariasi dimana penguatan terhadap dollar Amerika dipimpin oleh Baht Thailand (THB) dan Won Korea Selatan (KRW). Sementara itu mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan diantaranya adalah Dollar Taiwan (TWD) dan Yen Jepang (JPY).
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas di awal perdagangan dikarenakan investor yang akan fokus pada pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Pemerintah pada hari ini berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara senilai Rp10 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan melalui lelang.
 
  • Harga Surat Utang Negara berpeluang mengalami tekanan terimbas kenaikan imbal hasil surat utang global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 1,765% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,736% setelah data indek manufaktur Amerika menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya di tengah pelaku pasar yang mencermati beberapa agenda pidato pejabat Bank Sentral Amerika berkaitan dengan kebijakan moneter yang akan mereka terapkan. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama ditutup pada level 0,028% naik dari posisi penutupan sebelumnya meskipun sempat berada di teritori negatif pada awal hingga pertengahan sesi perdagangan.
 
  • Sedangkan secara teknikal, indiaktor tren kenaikan harga terlihat pada Surat Utang Negara dengan tenor 1 - 10 tahun, namun pada tenor panjang masih berada pada tren penurunan. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak pada terbatasnya kenaikan harga Surat Utang Negara bertenor panjang.
 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor dengan horizon investasi jangka pendek untuk menggeser portofolio mereka dari tenor panjang ke tenor pendek guna mengoptimalkan portofolio, sementara itu bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang kami masih menyarankan beli pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik di tengah tren penurunan suku bunga acuan yang akan diikuti oleh penurunan suku bunga deposito perbankan.
 
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN12170804 (Reopening), FR0059 (Reopening), FR0073 (Reopening), FR0072 (Reopening) dan FR0067 (Reopening)   pada hari Selasa, tanggal 25 Oktober 2016. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2016. Target penerbitan senilai Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) dengan jumlah penerbitan maksimal senilai Rp15.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah).
 
  • Pemerintah maraup dana senilai Rp19,69 triliun dari penerbitan Obligasi Negara Ritel seri ORI013. Setelah melalui masa penawaran dari tanggal 29 September  s.d. 20 Oktober 2016, pada hari ini, Senin, 24 Oktober 2015, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko atas nama Menteri Keuangan melaksanakan Penjatahan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia (WNI).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group