Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

25 Maret 2019

Fixed Income Notes 25 Maret 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 22 Maret 2019 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan menurunnya persepsi risiko akibat beberapa sentimen global.

Rata-rata harga Surat Utang Negara mengalami perubahan sebesar 27,3 bps yang berdampak terhadap perubahan tingkat imbal hasil yang mengalami rata-rata penurunan sebesar 3,7 bps. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan harga hingga sebesar 9,5 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 4,6 bps. Sementara itu, surat utang bertenor menengah, 5 hingga 7 tahun, mengalami turunnya harga di kisaran 0,5 bps hingga 6,8 bps sehingga berdampak pada rata-rata tingkat imbal hasil yang turun sebesar 0,7 bps. Adapun untuk surat utang bertenor panjang mengalami rata-rata kenaikan harga sebesar 39 bps yang mengakibatkan penurunan imbal hasil hingga sebesar 88 bps.  

Pada perdagangan di akhir pekan kemarin, hari Jumat, tanggal 22 Maret 2019 pergerakan harga Surat Utang Negara bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan menurunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan Credit Default Swap (CDS). Angka CDS 5 tahun mengalami penurunan sebesar 171 bps di level  90,39 ditengah kondisi pasar keuangan yang membaik akibat melemahnya prospek perekonomian Amerika. Hal ini mendorong investor global untuk mencari instrumen yang menawarkan imbal hasil lebih baik dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi pada akhir pekan kemarin tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa investor masih menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder.

Harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan di tengah menurunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Harga dari INDO24 mengalami kenaikan harga sebesar 5,4 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,1 bps di level 3,499%. Sedangkan untuk harga dari INDO29 mengalami koreksi sebesar 1,6 bps yang menyebabkan kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 0,2 bps di level 3,923%. Adapun untuk INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 15,5 bps dan 1 bps yang mendorong penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,9 bps di level 4,834% dan 0,1 bps di level 4,728%. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat, tanggal 22 Maret 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp19,45 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara pada seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,77 triliun dari 24 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Surat Utang Negara seri FR0078 senilai Rp1,88 triliun dari 45 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp835,00 miliar dari 14 kali transaksi kemudian dikuti oleh seri PBS015 dengan volume sebesar Rp285,00 miliar untuk 7 kali transaksi.

Volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,10 triliun dari 47 kali transaksi. Adapun obligasi negara dengan volume tertinggi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Pupuk Indonesia Tahap II Tahun 2017 Seri B (PIHC01BCN2) sebesar Rp 200,00 miliar untuk 5 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (FIFA03ACN5) sebesar Rp160,00 miliar dari 9 kali perdagangan. Selanjutnya, untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VIII Tahun 2019 Seri B (SMFP04BCN8) sebesar Rp127,70 miliar dari 3 kali perdagangan yang diiringi dengan volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri B (WSKT03BCN2) sebesar  Rp74,00 miliar dari 9 kali transaksi.

Pada perdagangan di akhir pekan kemarin, nilai tukar Rupiah melemah sebesar 25 pts (0,18%) di level 14165. Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14135 hingga 14185. Adapun pada awal perdagangan Rupiah sempat menguat lalu kembali melemah hingga perdagangan di tutup. Pelemahan Rupiah tersebut terjadi ditengah mayoritas nilai tukar mata uang regional yang mengalami pelemahan, dimana pelemahan tertinggi didapati pada nilai tukar mata uang Won Korea Selatan sebesar 0,23% dan diikuti oleh melemahnya mata uang Reminbi China sebesar 0,20%. Selanjutnya, pelemahan nilai tukar terjadi pada mata uang Rupiah Indonesia sebesar 0,18% dan mata uang Rupee India sebesar 0,15%. Adapun nilai tukar mata uang regional yang memimpin penguatan didapati pada mata uang Peso Filipina sebesar 0,79% dan mata uang Yen Jepang sebesar 0,33% terhadap mata uang Dollar Amerika. 

Imbal hasil surat utang global pada perdagangan akhir pekan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami koreksi. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami pelemahan sehingga masing - masing berada pada level 2,44% dan 2,87%. Penurunan imbal hasil US Treasury terjadi di tengah kondisi pasar saham Amerika yang sedang lesu, dimana untuk indeks NASDAQ ditutup melemah sebesar 250 bps di level 7642,67 dan indeks DJIA melemah sebesar 177 bps di level 25502,32. Namun, imbal hasil  yang terjadi pada surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan masing-masing di level 1,017% dan 1,492%. Adapun yang terjadi pada surat utang Jerman (Bund) didapati mengalami kenaikan untuk tenor 10 tahun dan 30 sehingga masing-masing berada di level -0,019% dan 0,596%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali bergerak terbatas dengan arah perubahan harga yang bervariasi. Menurunnya persepsi risiko yang didorong oleh membaiknya pasar saham global akan menjadi katalis positif bagi pasar Surat Utang Negara. Selain itu, penurunan imbal hasil surat utang global akan menjadikan imbal hasil Surat Utang Negara cukup menarik untuk diakumulasi. Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi pada Surat Utang Negara telah berlangsung selama sepekan terakhir ketika The Fed menyatakan untuk lebih bersabar menaikan suku bunga acuannya (dovish). Hal ini akan membuat para investor untuk melakukan aksi ambil untung (taking profit) terlebih dahulu sebelum melanjutkan tren kenaikan harga yang terjadi. 

Rekomendasi

Dengan pertimbangan beberapa faktor di atas kami masih menyarankan kepada investor untuk mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik, yaitu: FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0059, FR0071 dan FR0068.

Pada sepekan kedepan terdapat satu surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp450 miliar. Surat utang tersebut merupakan surat utang korporasi. 

Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara mengalami kenaikan senilai Rp 1,77 triliun. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group