Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

25 Januari 2019

Fixed Income Notes 25 Januari 2019

Imbal Hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 24 Januari 2019 bergerak bervariasi ditengah pelaku pasar yang mengantisipasi lelang penjualan Surat Utang Negara dan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting).* 

Tingkat imbal hasil pada perdagangan hari Kamis, tanggal 24 Januari 2019 mengalami perubahan hingga 3 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang mencapai 15 bps. Adapun untuk Surat Berharga Negara seri acuan kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri hingga sebesar 2 bps.  Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 1,4 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 1,7 bps. Sedangkan kenaikan harga  dengan rata-rata berkisar 1,9 bps telah mendorong penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah hingga mencapai 0,3 bps. Sementara itu harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami perubahan harga yang bervariasi dengan perubahan hingga sebesar 195 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 21 bps. Dari Surat Utang Negara seri acuan, perubahan harga yang terjadi juga bervariasi, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps yang mendorong penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,5 bps di level 7,954% dan untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan harga sebesar 15 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2 bps di level 8,081%. Sementara itu pada seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun tidak banyak mengalami perubahan harga dan imbal hasil.

Berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara di pasar sekunder. Selain faktor penguatan Rupiah, penurunan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di bawah level 3,00% turut berdampak positif bagi pasar surat utang di dalam negeri. Hanya saja kenaikan harga Surat Utang Negara mulai terlihat terbatas terutama pada seri - seri acuan dikarenakan para pelaku pasar masih akan mencermati disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) yang akan disampaikan pada pekan depan. Selain itu, para pelaku pasar juga masih mengantisipasi dengan adanya rencana lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 29 Januari 2019. Dengan kondisi tersebut, para pelaku pasar lebih memilih untuk melakukan aksi wait and see terlebih dahulu. 

Pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika masih menunjukkan tren kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury dan terus membaiknya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global. Kenaikan harga terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika. Harga INDO24 mengalami kenaikan sebesar 28,60 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 6,07 bps di level 3,898%. Sementara itu INDO29 mengalami kenaikan harga sebesar 42,70 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 5,17 bps di level 4,287%. Adapun untuk INDO44 mengalami kenaikan harga sebesar 41,60 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 2,53 bps di level 5,054%.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Kamis, 24 Januari 2019 senilai Rp9,37 triliun dari 41 seri Surat Berharga Negara. Adapun untuk Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp1,041 triliun dari 30 kali transaksi di harga rata - rata 101,43% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp810,11 miliar dari 73 kali transaksi di harga rata - rata 92,25%. Sementara itu dari perdagangan Surat Pebendaharaan Negara Syariah seri SPNS11042019 didapati volume perdagangan terbesar senilai Rp600,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,82% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR008 senilai Rp401,35 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 99,98%

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp653,59 miliar dari 38 seri surat utang korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Panin Tahap I Tahun 2012 (PNBN01SBCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp92,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,78% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC  Tahap 1 Tahun 2008 Seri A (NISP03ACN1) senilai Rp90 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,49%. Selanjutnya untuk volume obligasi korporasi sebesar Rp65,00 miliar untuk 2 kali transaksi didapati pada Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A  (MEDC03ACN2).

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari Kamis, tanggal 23 Januari 2019 ditutup menguat sebesar 17,50 pts (0,12%) di level 14170,00 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan di sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14126,50 hingga 14174,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah beragamnya nilai tukar mata uang regional. Mata uang Rupee India (INR) dan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) merupakan mata uang yang mengalami penguatan tertinggi , penguatan keduanya sebesar 0,13%. Selanjutnya, mata uang Dollar Taiwan (TWD) mengalami penguatan mata uang regional sebesar 0,03% yang diiringi dengan penguatan mata uang Baht Thialand (THB) sebesar 0,02% terhadap mata uang Dollar Amerika. Sedangkan arah pergerakan yang berlawanan terjadi pada mata uang Peso Filipina (PHP) dan Ringgit Malaysia (MYR). Keduanya mengalami pelemahan nilai tukar terhadap mata uang regional masing-masing sebesar 0,23% dan 0,18%

Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup dengan kondisi mengalami pelemahan terbatas sebesar 92 bps berada pada level 2,72%, serta Imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun juga melemah di level 3,03%. Namun, kondisi pasar saham Amerika Serikat dimana indeks saham utamanya mengalami pergerakan yang beragam. Indeks DJIA melemah sebesar 9 bps di level 24553,24, sedangkan untuk indeks NASDAQ menguat sebesar 68 bps di level 7073,46. Adapun untuk imbal hasil surat utang Inggris dan surat utang Jerman bertenor 10 tahun mengalami penurunan sehingga masing-masing berada pada level 1,255% dan 0,171%.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpotensi untuk mengalami kenaikan yang kami perkirakan akan didukung oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah seiring dengan pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Pelaku pasar masih akan mencermati disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) yang akan disampaikan pada pekan depan. Kami perkirakan pelaku pasar juga akan berusaha untuk menjaga kinerja portofolionya, sehingga akan menyebabkan pergerakan harga Surat Utang Negara akan cenderung menguat.

Rekomendasi Dengan kondisi tersebut, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dimana pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika masih menjadi salah satu faktor yang perlu dicermati. Adapun beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini: FR0053, FR0061, FR0072, FR0063, FR0068 dan FR0059.

Pemerintah akan melakukan Lelang Surat Utang Negara seri SPN03190430 (New Issuance), SPN12200130 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening) dan FR0079 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 29 Januari 2019.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group