Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

24 Oktober 2016

Fixed Income Notes 24 Oktober 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 21 Oktober 2016 mengalami penurunan didorong oleh keputusan Bank Indonesia yang kembali menurunkan suku bunga acuannya. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2,3 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek.
  • Harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir pekan didukung oleh keputusan dari Bank Indonesia yang kembali menurunkan suku bunga acuan BI 7 Day RR Rate sebesar 25 bps di level 4,75% seiring dengan terjaganya stabilitas ekonomi. Keputusan tersebut direspon positif oleh pelaku pasar dengan melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terjadinya kenaikan harga. Namun demikian, kenaikan harga Surat Utang Negara dibatasi oleh masih berlangsungnya aksi jual oleh investor asing serta nilai tukar rupiah yang cenderung mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika.
  • Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 6 bps dan 4 bps untuk seri acuan 5 tahun di level 6,90% dan 10 tahun di level 7,05%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan terbatas sebesar 1 bps di level 7,41% dan 7,59%.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya juga terlihat mengalami penurunan meskipun masih terbatas kurang dari 1 bps. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup turun pada level 2,352% dan imbal hasil dari INDO-26 ditutup turun pada level 3,399%. Sedangkan imbal hasil dari INDO-46 dtutup dengan penurunan di level 4,455%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan tidak begitu besar dengan didominasi oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 yaitu senilai Rp1,28 triliund ari 124 kali transaksi. Obligasi Negara yang akan menjadi seri acuan pada tahun 2017 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,37%.
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan juga masih terbatas dengan volume perdagangan terbesar didapati pada Obligasi Berkelanjutan I BII Finance Tahap I Tahun 2015 Seri A (BIIF01ACN1). Obligasi dengan peringkat "AA+(idn)" dan akan jatuh tempo pada 12 Nopember 2018 tersebut diperdagangkan sebesar Rp140 miliar dari 23 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,61%.
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 35,00 pts (0,27%) pada level 13042,00 per dollar Amerika. Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13007,00 hingga 13068,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan seiring dengan pelemahan yang terjadi pada sebagian besar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) dan diikuti oleh Peso Philippina (PHP) serta Baht Thailand (THB). Adapun mata uang regional yang terlihat menguat terhadap dollar Amerika adalah Yen Jepang (JPY).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan kembali berpeluang untuk mengalami penguatan didorong oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Dari dalam negeri, faktor penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia masih akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara.
  • Sementara itu dari faktor eksternal, kenaikan harga Surat Utang Negara akan didorong oleh kembali turunnya tingkat imbal hasil surat utang global serta membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS).
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan di akhir pekan ditutup turun pada level 1,736% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,757%. Sedangkan imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama kembali berada pada teritori negatif yatu -0,002% setelah bergerk cukup berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan dengan menyentuh level tertingginya di kisaran 0,018%. Adapun untuk imbal hasil surat utang Jepang ditutup dengan kenaikan di level -0,061% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,070%.
  • Meskipun berpeluang untuk melanjutkan tren positif, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan dibatasi oleh faktor pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan diadakan pada hari Selasa, 25 Oktober 2016 serta faktor teknikal yang masing mengidikasikan adanya tren penurunan harga untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Adapun untuk tenor pendek, tren pergerakan harga berpeluang untuk mengalami perubahan dari pola mendatar menjadi naik dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor  untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah masih bergejolaknya harga Surat Utang Negara dalam sepekan kedepan merespon faktor eksternal. Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang kami masih merekomendasikan beli terhadap Surat Utang Negara terutama yang menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi di tengah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, seperti FR0068, FR0072, FR0045 dan FR0067.
  • Pada sepekan kedepan terdapat dua surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp9,53 triliun.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idA" terhadap Obligasi PT Indomobil Finance Indonesia yang akan jatuh tempo.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idAAA" terhadap rencana penerbitan obligasi dan "idAAA(sy)" terhadap rencana penerbitan sukuk oleh PT Angkasa Pura I (Persero).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group