Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

24 November 2016

Fixed Income Notes 24 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 23 November 2016 melanjutkan tren kenaikan seiring dengan berlanjutnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 19 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 6 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 1 - 11 tahun.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 7 - 19 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga berkisar antara 10 - 50 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 5 - 12 bps didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 20 - 55 bps dan imbal hasil tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 12 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4 bps didorong oleh adanya koreksi harga hingga 80 bps.
 
  • Koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih dipengaruhi oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan penguatan dollar Amerika terhadap mata uang global yang berada pada posisi tertingginya sejak tahun 2003. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut mendorong investor asing untuk kembali melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, dimana berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 21 November 2016, investor asing telah mencatatkan penjualan bersih (net sell) Surat Berharga Negara senilai Rp16,90 triliun sepanjang bulan November 2016. Dengan koreksi yang terjadi pada perdagangan kemarin, maka dalam sepekan imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata telah mengalami kenaikan sebesar 26,38 bps.
 
  • Kami melihat bahwa koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi saat ini lebih dipengaruhi oleh prospek pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dimana hal tersebut tercermin pada meningkatnya resiko nilai tukar di tengah penurunan angka CDS serta imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika yang justru mengalami penurunan.
 
  • Secara keseluruhan, koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 7 bps di level 7,958% dan seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 10 bps di level 7,991%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 8,280% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 8,343%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan kemarin melanjutkan penurunan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global serta membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS. Penurunan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri dengan perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi berkisar antara 1 hingga 5 bps. Imbal hasil dari INDO-20 dan INDO-46 masing - masing mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 2,889% dan 5,006% setelah masing - masing mengalami kenaikan harga sebesar 15 bps dan 60 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-26 mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 4,077% yang didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 40 bps.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan cukup besar, senilai Rp12,42 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,53 triliun. Obligasi Negara seri FR0061 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,35 triliun dari 22 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 95,77% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0056 senilai Rp1,88 triliun dari 29 kali transaksi di harga rata - rata 102,37%. Adapun Surat Utang Negara yang paling sering ditarnsaksikan adalah Obligasi Negara seri FR0072 yaitu sebanyak 108 kali transaksi dengan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,07 triliun di harga rata - rata 99,06%.
 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,47 triliun dari 47 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap III Tahun 2016 Seri A (BEXI03ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Adira Finance Tahap IV Tahun 2014 (ADMF02BCN4) senilai Rp160 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 102,16%.
 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup melemah sebesar 47,00 pts (0,35%) pada level 13490,00 per dollar Amerika. Bergerak berfluktuasi pada kisaran 13434,00 hingga 13495,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terlihat mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang juga cenderung mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Ringgit Malaysia (MYR) yang mengalami pelemahan hingga level terendahnya dalam 14 bulan terakhir diikuti oleh Baht Thailand (THB) dan Rupee India (INR). Adapun mata uang regional yang mengalami penguatan terhadap dollar Amerika adalah Dollar Taiwan (TWD) dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY). Dalam sepekan terakhir, mata uang MYR telah mengalami pelemahan sebesar 2,13% terhadap dollar Amerika dan diikuti oleh mata uang JPY yang mengalami pelemahan sebesar 1,71%.
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpotensi mengalami pelemahan ditengah naiknya imbal hasil surat utang global merespon notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Senral Amerika (FOMC Minutes).
 
  • Imbal hasil dari US Treasury pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,355% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,313% setelah FOMC Minutes dari pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) di awal November 2016 menunjukkan bahwa anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika secara umum sepakat bahwa peluang kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) mengalami peningkatan meskipun di saat yang sama juga menyatakan bahwa perlu bukti yang lebih kuat bahwa tingkat inflasi mengalami kenaikan. Probailitas kenaikan FFR di bulan Desember 2016 berdasarkan konsensus analis telah mencapai 100,00% yang memberikan indikasi bahwa pelaku pasar yakin bahwa kenaikan FFR akan dilakukan pada saat pelaksanaan FOMC Meeting di tanggal 13 - 14 Desember 2016.
 
  • Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga terlihat mengalami kenaikan masing - masing ditutup pada level 0,257% dan 1,449% dimana kenaikan Gilt dipengaruhi oleh rencana pemerintah Inggris berencana untuk menambah jumlah utang guna meningkatkan belanja pemerintah di tengah upaya pemerintah Inggris untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
 
  • Tren kenaikan imbal hasil surat utang global kami perkirakan akan turut mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika pada perdagangan hari ini. Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tren penurunan memberikan sinyal bahwa haga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami pelemahan dalam jangka pendek.
 
  • Di tengah masih menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang global, maka kami perkirakan kombinasi dari beberapa faktor tersebut masih akan mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utag Negara pada perdagangan hari ini. Indeks dollar Amerika pada perdagangan kemarin berada pada posisi tertingginya sejak tahun 2003.
 
  • Rekomendasi : Dengan demikian, kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading dengan pilihan pada Surat Utang Negara tenor pendek dimana saat ini juga telah menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan dengan rata - rata deposito perbankan setelah mengalami koreksi harga dalam beberapa hari perdagangan terakhir dengan pilihan diantaranya pada seri FR0069, FR0036 dan FR0053. Bagi investor Industri Keuangan Non Bank (IKNB), koreksi harga yang terjadi saat ini merupakan peluang yang cukup tepat guna memenuhi kewajiban penempatan dana investasi di Surat Berharga Negara yang diatur dalam Peraturan OJK.
 
  • Sepanjang November 2016, investor asing telah mencatatkan penjualan bersih (Net Sell) Surat Berharga Negara senilai Rp16,90 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group