Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

23 September 2016

Fixed Income Notes 23 September 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 22 September 2016 mengalami penurunan didukung oleh keputusan Bank Sentral Amerika serta keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 13 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 5,4 bps dimana penurunan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 13 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 5 - 30 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 5 - 6 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 20 - 30 bps. Sedangkan Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 10 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 15 - 75 bps.
  • Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didorong oleh keputusan Bank Sentral Amerika untuk mempertahankan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) pada kisaran 0,25% - 0,50% serta hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.
  • Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diadakan pada tanggal 21-22 September 2016 tersebut memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate  (BI 7-day RR Rate) sebesar 25 bps dari 5,25% menjadi 5,00%, dengan suku bunga Deposit Facility turun sebesar 25 bps menjadi 4,25% dan Lending Facility turun sebesar 25 bps menjadi 5,75%, berlaku efektif sejak 23 September 2016. Pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan BI 7-day RR Rate tersebut sejalan dengan berlanjutnya stabilitas makroekonomi, yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil. Bank Indonesia melihat bahwa di tengah masih lemahnya perekonomian global, pelonggaran kebijakan moneter tersebut diharapkan dapat lebih memperkuat upaya untuk mendorong permintaan domestik guna terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia juga meyakini bahwa pelonggaran kebijakan moneter tersebut akan memperkuat kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui percepatan implementasi reformasi struktural.
  • Keputusan dari kedua Bank Sentral tersebut direspon positif oleh pelaku pasar yang tercermin pada kenaikan harga Surat Utang Negara serta meningkatnya volume perdagangan Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kenaikan harga Surat Utang Negara tersebut kembali mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dimana untuk tenor 5 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 6,674% dan 7,324%. Adapun untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 10 bps di level 6,836% dan tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 8 bps di level 7,183%.
  • Keputusan dari Bank Senral Amerika untuk mempertahankan suku bunga acuannya juga berdampak positif terhadap Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika yang pada perdagangan kemarin harganya bergerak dengan mengalami kenaikan terutama pada tenor menengah dan panjang. Harga dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 20 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 6 bps pada level 2,138%. Adapun harga dari INDO-26 mengalami kenaikan sebesar 110 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 13 bps di level 3,211% dan harga dari INDO-46 mengalami kenaikan sebesar 240 bps sehingga mendorong imbal hasilnya untuk turun sebesar 12 bps di level 4,292%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,74 triliun dari 31 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan volume perdagangannya senilai Rp5,52 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,30 triliun dari 68 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 111,00% dengan tingkat imbal hasil sebesar 6,835% dan diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,67 triliun dari 56 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,97% dengan tingkat imbal hasil sebesar 6,86%.
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp663,95 miliar dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap III Tahun 2016 Seri A (BBRI01ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp110 miliardari 2 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idAAA" dan akan jatuh tempo pada 30 Mei 2017 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,12% dengan tingkat imbal hasil sebesar 7,30%.
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 63,00 (-0,48%) pada level 13074,00 per dollar Amerika seiring dengan melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang global setelah Bank Sentral Amerika memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya. Bergerak pada kisaran 13048,00 hingga  13108,00 nilai tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan sebagimana yang terjadi pada penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Selain rupiah, mata uang regional yang menunjukkan penguatan terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin diantaranya adalah Won Korea Selatan (KRW), Ringgit Malaysia (MYR) dan Rupee India (INR). Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) terlihat mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami kenaikan di pasar sekunder dengan didorong oleh keputusan Bank Sentral kemarin serta peluang kembali menguatnya nilai tukar rupiah seiring dengan pelemahan dollar Amerika terhadap mata uang global. Selain itu kenaikan harga Surat Utang Negara juga didukung oleh kembali turunnya persepsi resiko utang Indonesia yang tercermin pada penurunan angka CDS.
  • Adapun dari perdagangan surat utang global, penurunan imbal hasil yang terjadi pada surat utang global juga akan menjadi jatalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara baik yang berdenominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun pada level 1,627% dari posisi penutupan sebelumya di level 1,652% dan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup turun pada level -0,084% dari posisi penutupan sebelumnya yang berada pada level 0,001%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jepang terlihat mengalami kenaikan pada level -0,032% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,068%.
  • Rekomendasi : Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan setelah indikator menunjukkan adanya sinyal tren kenaikan, sehingga hal tersebut dalam jangka pendek akan mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara. Namun demikian kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan dibatasi oleh rencana lelang penjualan Surat Utang Negara oleh pemerintah yang akan dilaksanakan pada hari Selasa pekan depan dimana pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara senilai Rp12 triliun dari empat seri Surat Utang Negara yang akan dilelang. Dengan demikian kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga dengan pilihan pada seri FR0053, FR0064, FR0068 dan FR045.
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN12170608 (Reopening), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening) dan FR0072 pada hari Selasa, tanggal 27 September 2016. 
    Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2016. Target penerbitan senilai Rp12.000.000.000.000,00 (dua belas triliun rupiah) dengan jumlah penerbitan maksimal senilai Rp18.000.000.000.000,00 (delapan belas triliun rupiah).
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Surya Semesta Internusa Tahap I Tahun 2016.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group