Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

23 Februari 2017

Fixed Income Notes 23 Februari 2017

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 22 Februari 2017 bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.

 

*     Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 5 - 10 tahun.

 

*     Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak terbatas dengan mengalami perubahan hingga sebesar 1 bps di tengah perubahan harga yang hanya berkisar antara 1 - 3 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami penurunan berkisar antara 2 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 25 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 6 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps.

 

*     Setelah bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan imbal hasil sejak awal pekan, imal hasil Surat Utang Negara mulai menunjukkan adanya penurunan meskipun penurunan imbal hasil tersebut masih terbatas untuk sebagian besar seri Surat Utang Negara. Penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin didukung oleh meredanya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, meskipun di saat yang sama dollar Amerika menunjukkan penguatan terhadap mata uang utama dunia.

 

*     Namun demikian, penurunan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin tidak didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada hari Rabu waktu setempat. Pelaku pasar masih mencermati sinyal kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika pada pertemuan di akhir Januari 2017. Seiring dengan membaiknya sektor tenaga kerja serta Amerika serta data inflasi yang juga mulau menunjukkan peningkatan, pelaku pasar berspekulasi bahwa Bank Sentral Amerika akan kembali menaikkan suku bunga acuan di bulan Maret 2017 lebih awal dari estimasi sebelumnya di bulan Mei - Juni 2017.

 

*     Sehingga secara keseluruhan, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hanya mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang  Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun sebesar 2 bps masing - masing di level 7,239%, 7,539% dan 8,104%. Adapun terhadap seri acuan dengan tenor 15 tahun imbal hasilnya relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 7,847%.

 

*     Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan demominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan harganya cenderung mengalami kenaikan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil di tengah membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS. Penurunan imbal hasil hingga sebesar 5 bps dimana tenor panjang mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-27 mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 3,910% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 20 bps dan imbal hasil dari INDO-47 yang ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 4,885% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 75 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 2,490%.

 

*     Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp5,79 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,84 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,17 triliun dari 46 kali transaksi di harga rata -rata 105,58% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,16 triliun dari 86 kali transaksi di harga rata - rata 96,27%.

 

*     Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp627,5 miliar dari 24 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap I Tahun 2016 Seri A (SMII01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp170 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,15% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Protelindo Tahap I Tahun 2016 Seri A (PRTL01ACN1) senilai Rp134 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,14%.

 

*     Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas sebesar pts 4,00 pts (0,03%) pada level 13368,00 per dollar Amerika setelah mengalami pelemahan berturut - turut dalam tiga hari terakhir. Bergerak dengan mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13344,00 hingga 13371,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Yen Jepang (JPY) dan diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) serta Dollar Singapura (SGD).

 

*     Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan arah pergerakan harga yang bervariasi sebagai respon atas notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes). FOMC Minutes yang disampaikan kemarin memberikan sinyal bahwa suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat (fairly soon) apabila didukung oleh kondisi sektor tenaga kerja serta data inflasi terus mengalami penguatan sesuai dengan ekspektasi dari Bank Sentral Amerika. Dengan sinyal tersebut, pelaku pasar akan mencermati data sektor tenaga kerja Amerika di bulan Februari 2017 yang akan disampaikan pada hari Jum'at 10 Meret 2017 dan data inflasi di tanggal 15 Maret 2017 menjelang  pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang akan dilaksanakan pada hari Selasa - Rabu, 14 - 15 Maret 2017.

 

*     Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun di level 2,415% sebagai respon atas FOMC Minutes dan pelaksanaan lelang US Treasury tenor 5 tahun senilai US$34 miliar dengan tingkat imbal hasil sebesar 1,937%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) masing - masing ditutup turun pada level 0,28% dan 1,203% yang ditengah kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian politik di negara Perancis, mendorong investor untuk melakukan pembelian aset yang lebih aman (safe haven asset). Dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan mengalami penurunan serta membaiknya persepsi resiko, maka akan berpeluang untuk mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika.

 

*     Adapun harga Surat Utang Negara dengan denomiansi mata uang rupiah kami perkiarakan masih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek, dimana secara teknikal sebagian besar seri Surat Utang Negara berada pada area konsolidasi. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati beberapa data dari dalam dan luar negeri sebelum kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara.

 

*     Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai portofolio trading seperti seri FR0066, FR0038, FR0048, FR0069,FR0036, FR0031 serta ORI013. Adapun untuk tenor panjang dapat diakumulasi secara bertahap saat terjadi koreksi dengan pilihan pada seri FR0052, FR0073, FR0054, FR0058, FR0074, FR0065 dan FR0068.

 

*     PT Pemeringkat Efek Indonesia mempertahankan peringkat PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan & Sulawesi Barat pada peringkat "idA+.

 

*     PT Pemeringkat Efek Indonesia menurunkan peringkat PT Perkebunan Nusantara X dari "idBBB+" menjadi "idBBB" dengan prospek stabil.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group