Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

23 Agustus 2016

Fixed Income Notes 23 Agustus 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 22 Agustus 2016 mengalami kenaikan di tengah meningkatnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah jelang pidato Gubernur Bank Sentral Amerika. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 4 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor 3 - 10 tahun.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami lenaikan berkisar antara 4 - 10 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 5 - 30 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan sebesar 3 - 10 dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 15 - 40 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 10 bps dengan didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 5 - 80 bps.
 
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah spekulasi pelaku pasar terhadap rencanan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) sebagai respon atas pidato dari beberapa anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Spekulasi terhadap kenaikan FFR kembali meningkat setelah salah satu anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dalam pidatonya menyampaikan bahwa ekonomi Amerika cukup kuat sehingga hal tesebut mendukung untuk kenaikan FFR. Dampak dari pidato tersebut mendorong menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang global yang juga berdampak terhadap instrumen surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir pekan.
 
  • Secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 10 bps untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun di level 6,66% dan 6,91%. Adapun untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 7,22% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 7,35%.
 
  • Kenaikan imbal hasil juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika. Pada perdagangan kemarin, keseluruhan seri mengalami kenaikan imbal hasil, dimana untuk seri INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 2 bps pada level 2,126%. Adapun untuk seri INDO-26 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 7 bps pada level 3,216% didorong oleh koreksi harga yang sebesar 65 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang ditutup dengan kenaikan sebesar 4 bps pada level 4,287% didorong oleh adanya koreksi harga sebesar 80 bps.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp9,23 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,93 triliun. Obligasi Negara seri FR0069 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,00 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata - rata 103,26%. Adapun Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara yang paling aktif diperdagangkan, sebenyak 95 kali transaksi dengan volume perdagangan senilai Rp1,17 triliun.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,47 triliun. Obligasi Berkelanjutan III Adira Finance Tahap IV Tahun 2016 Seri B (ADMF03BCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp611 miliar sekaligus menjadi obligasi korporasi yang paling sering diperdagangkan yaitu sebanyak 11 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idAAA" dan akan jatuh tempo pada 26 Juli 2019 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,10% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 8,709%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 63,00 pts (0,48%) pada level 13226,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13160,00 hingga 13255,00 per dollar Amerika dan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika dan diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan rupiah. Pelemahan mata uang regional terjadi seiring dengan penguatan dollar Amerika terhadap mata uang global di tengah spekulasi terhadap kenaikan FFR.
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak berfluktuasi dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan harga di tengah pelaku pasar yang menantikan pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika pada akhir pekan ini. Spekulasi terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate) telah mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara yang terlihat sejak akhir pekan kemarin. Namun demikian, pada perdagangan hari ini kami perkirakan tekanan jual akan mereda dengan volume perdagangan yang tidak begitu besar di tengah pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi hingga kejelasan arah kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika. Pelaku pasar berharap arah kebijakan tersebut setidaknya secara tersirat akan disampikan oleh Gubernur Bank Sentral Amerika pada pidatonya di akhir pekan ini.
 
  • Meredanya tekanan jual pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh hasil dari perdagangan surat utang global yang pada perdagangan kemarin imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan setelah sempat naik di akhir pekan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 1,5509% dari posisi penutupan di akhir pekan di level 1,579%. Adapun imbal hasil surat uatng Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan penurunan imbal hasil pada level -0,084% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,034%. Sementara itu imbal hasil surat utang Jepang justru terlihat mengalami kenaikan di level -0,075% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,083%.
 
  • Adapun secara teknikal, koreksi harga yang terjadi dalam dua hari perdagangan terakhir telah mendorong timbulnya sinyal tren penurunan harga Surat Utang Negara, sehingga dalam jangka pendek harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami koreksi.
 
  • Rekomendasi : Dengan demikian, maka kami menyarankan kepada pelaku pasar untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan menalukan strategi trading di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, koreksi harga yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk mulai kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara di tengah peluang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik bagi investor, diantaranya adalah seri FR0071, FR0052, FR0073, FR0054, FR0058, FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0067. Selain itu investor dapat pula megikuti lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diadakan oleh pemerintah pada hari ini, dimana pemerintah berencana menerbitkan SBSN senilai Rp4 triliun dari lima seri SBSN yang ditawarkan kepada investor.
 
  • Penawaran Sukuk Tabungan Seri ST-001 Tahun 2016. Masa penawaran Sukuk Tabungan seri ST-001 Tahun 2016 dimulai pada tanggal 22 Agustus s.d. 2 September 2016. Sukuk Tabungan seri ST-001 memiliki jangka waktu 2 tahun dan memberikan tingkat imbalan sebesar 6,9% per tahun. Pembayaran imbalan dilakukan secara bulanan dalam jumlah tetap (fixed).
 
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara Seri SPN-S24022017 (new issuance), PBS009 (reopening), PBS006 (reopening), PBS011 (reopening), dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 23 Agustus 2016. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 23 Agustus 2016. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S dan SBSN PBS berbasis proyek (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2016. Target penerbitan adalah senilai Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group