Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

22 Oktober 2018

Fixed Income Notes 22 Oktober 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 19 Oktober 2018 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya persepsi risiko.
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 12 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 5 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan yang bervariasi hingga sebesar 8 bps dengan adanya perubahan harga yang mencapai 25 bps. Adapun Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 12 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 5 - 50 bps. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan dengan tingkat perubahan berkisar antara 1 - 8 bps yang dipengaruhi oleh adanya pergerakan harga Surat Utang Negara yang mengalami penurunan hingga sebesar 60 bps. Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir pekan kemarin juga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 8,429% dan untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 8 bps di level 8,614%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalmi kenaikan sebesar 3 bps di level 8,796% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 8,984%.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir pekan kemarin didorong oleh meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS) seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham global. Kenaikan CDS 5 tahun pada akhir pekan kemarin mengalami kenaikan di level 149,79 mendorong investor untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder. Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di awal sesi perdagangan yang mencapai level 15225,00 turut berdampak terhadap kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara. Namun demikian, meskipun mengalami kenaikan di akhir pekan, pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara dalam sepekan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan dengan rata - rata penurunan imbal hasil sebesar 5 bps yang didorong oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah yang bergerak dengan mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika.
  • Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika seiring dengan meningkatnya persepsi risiko. Kenaikan imbal hasil didapati pada keseluruhan seri Surat Utang Negara berdenominasi mata uang Dollar Amerika. Imbal hasil dari INDO23  dan INDO43 mengalami kenaikan sebesar 3 bps masing - masing di level 4,291% dan 5,348% setelah mengalami penurunan harga sebesar 10 bps dan 40 bps. Adapun imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 4,760% setelah mengalami adanya koreksi harga sebesar 35 bps. Imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika dalam sepekan terakhir bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury sebagai respon atas kebijakan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika sebagaimana yang tercantum dalam notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes).
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp5,57 triliun dari 39 seri Surat Berharag Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp799,38 miliar. Surat Perbendaharaan Negara seri SPN03181213 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp600,20 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,23% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp508,68 miliar dari 47 kali transaksi di harga rata - rata 97,98%. Sementara itu Sukuk Negara Ritel seri SR010 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp159,61 miliar dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 98,77% dan diikuti oleh perdagangan SR008 senilai Rp52,18 miliar dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 100,41%. 
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,14 triliun dari 36 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia I Tahun 2018 Seri A (SWMEDP01A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp424,0 miliar dari 16 kali transaksi di harga rata - rata 100,24% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap IV Tahun 2018 Seri A (FIFA03ACN4) senilai Rp156,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,07%.
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat terbatas, sebesar 7,50% (0,05%) di level 15187,00 per Dollar Amerika. Dibuka dengan mengalami pelemahan di awal hingga berlanjut pada pertengahan sesi perdagangan, penguatan terbatas nilai tukar Rupiah didapati jelang berakhirnya sesi perdagangan dengan bergerak pada kisaran 15184,00 hingg 15225,00 per Dollar Amerika. Penguatan mata uang Rupiah tersebut seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga bebalik arah mengalami penguatan setelah mengalami pelemahan di awal perdagangan. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,49% yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Dollar Singapura (SGD) yang masing - masing mengalami penguatan sebesar 0,28%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan adalah Yen Jepang (JPY) sebesar 0,15% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,05%. Dalam sepekan mata uang Rupiah terlihat mengalamio penguatan terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,12% di tengah arah pergerakan mata uang regional yang cukup bervariasi. Mata uang Peso Philippina dalam sepekan mengalami penguatan sebesar 0,80% begitu pula Baht Thailand sebesar 0,44%. Adapun mata uang Dollar taiwan (TWD) dalam sepekan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,28% dan diikuti oleh mata uang Yuan China (CNY) sebesar 0,15%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan kecenderungan mengalamni kenaikan ditengah keputusan Bank Sentral Amerika yang masih akan melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuannya yang didukung oleh penguatan di sektor tenaga kerja. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun pada akhir pekan kemarin masing - masing ditutup dengan kenaikan di level 3,186% dan 3,369%. Imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris dengan tenor 10 tahun juga terlihat mengalami kenaikan, masing - masing di level 0,444% dan 1,586%. Surat utang global yang mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan adalah surat utang Singapura yang mengalami penurunan terbatas di level 2,570%. Imbal hasil surat utang negara - negara maju pada sepekan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan investor yang berusaha menempatkan dananya pada aset yang lebih aman (safe haven asset) di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham. 
  • Secara teknikal, koreksi harga yaang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin mendorong harga Surat Utang Negara memasuki area konsolidasi. Hal ini akan membuka peluang terjadinya arah pergerakan harga Surat Utang Negara yang akan cenderung mendatar (sideways). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas dengan peluang mengalami penurunan jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara pada hari Selasa, 23 Oktober 2018. Menjelang pelaksanaan lelang, harga Surat Utang negara akan bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan dikarenakan investor berharap mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi dengan mengikuti lelang penjualan Surat Utang Negara.Selain faktor lelang, beberapa agenda berikut ini perlu dicermati oleh investor, dimana agenda tersebut akan mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang negara dalam sepekan kedepan. Beberapa agenda ekonomi tersebut diantaranya adalah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berlangsung dua hari, tanggal 22 - 23 Oktober 2018. Pelaku pasar memperkirakan bahwa Bank Indonesai akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% meskipun tekanan terhadap nilai tukar Rupiah masih berlanjut, dimana di sepanjang bulan Oktober 2018 telah melemah sebesar 1,87%. Dari eksternal, investor akan mencermati hasil dari pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa yang akan diadakan pada hari Kamis, 25 Oktober 2018. Adapun di akhir pekan, akan disampaikan data GDP Amerika Serikat kuartal 3 tahun 2018. 
  • Rekomendasi :Dengan beberapa faktor pertimbangan di atas, maka kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah dan pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Dengan harga Surat Utang Negara yang masih akan bergerak berfluktuasi dalam jangka pendek, maka kami masih menyarankan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan investasi. Seri - seri tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :* ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0053, FR0061, FR0034, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056, dan FR0042. *
  • Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,41 triliun. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mengafirmasi peringkat PT Batavia Prosperindo Finance Tbk pada peringkat "idBBB".

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group