Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

22 Januari 2019

Fixed Income Notes 22 Januari 2019

  • Perdagangan hari Senin, 21 Januari 2019 masih bergerak dengan mengalami perubahan tingkat imbal hasil dengan kecenderungan mengalami kenaikan ditengah faktor nilai tukar Rupiah yang kembali melemah.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 21 Januari 2019  ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan ditengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Perubahan tingkat imbal hasil hingga mencapai 5 bps didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 35 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara bertenor pendek mengalami kenaikan imbal hasil rata-rata sebesar 3 bps dengan didorong oleh perubahan harga rata-rata sebesar 8,3 bps. Sedangkan untuk Surat Utang Negara bertenor menengah mengalami kenaikan imbal hasil hingga 1 bps dengan didorong perubahan harga hingga sebesar 4,4 bps. Untuk Surat Utang Negara bertenor panjang, lebih dari 7 tahun, mempunyai rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 2 bps yang didorong perubahan harga rata-rata sebesar 19,6 bps. Adapun imbal hasil pada Surat Utang seri acuan juga mengalami kenaikan yang didapati relatif terbatas hingga sebesar 1,2 bps ditengah terbatasnya perubahan harga di pasar sekunder. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor eksternal dan faktor internal. Dari faktor ekstenal perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Penurunan pertumbuhan ekonomi di China ini memiliki risiko yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Data makro di China mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% yang sebelumnya sebesar 6,5%. Selain itu, tingkat pengangguran di China juga meningkat sebesar 4,9%. Dari data tersebut maka para pelaku pasar lebih tertarik kepada mata uang Dollar Amerika ketimbang Yuan China dan berdampak terhadap perdagangan global. Dari faktor domestik, Pemerintah Indonesia berencana untuk menaikkan pajak impor untuk membantu mempersempit defisit neraca perdagangan.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harga mengalami perubahan yang relatif terbatas di tengah kembali turunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Perubahan harga juga didorong oleh relatif stabilnya pergerakan imbal hasil US Treasury. Perubahan harga yang terbatas pada perdagangan kemarin berdampak terhadap terbatasnya perubahan tingkat imbal hasilnya. Harga dari INDO24 berada pada level 108,338% yang berdampak pada tingkat imbal hasil sebesar 4,012%. Adapun harga dari INDO29 dan INDO44 masing-masing berada pada level 103,181% dan 123,477% yang berdampak pada tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 4,356% dan 5,080%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Senin, 21 Januari 2019 senilai Rp 6,96 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan terbesar tercatat pada seri FR0077 yaitu sebesar Rp1,290 triliun dari 31 kali transaksi dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri FR0068 dengan volume perdagangan sebesar Rp1,207 triliun dari 68 kali transaksi. Selanjutnya Surat Utang Negara dengan nilai sebesar 815,19 miliar dari 30 kali transaksi dicatat oleh Surat Utang Negara pada seri FR0078. Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS013 menduduki volume perdagangan tertinggi dengan volume Rp535,00 miliar dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh Sukuk Negara Ritel dengan seri SR008 dan SR009 yang mencapai volume masing-masing sebesar Rp266,65 miliar dari 11 kali transaksi dan Rp58,33 miliar dari 15 kali transaksi.
  • Adapun volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp385,03 miliar dari 28 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank PANIN Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp46,00 miliar dari 9 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap III Tahun 2018 (BMRI01CN3) senilai Rp45,00 miliar dari 3 kali transaksi. Adapun untuk volume perdagangan terbesar urutan ketiga dan keempat berada pada Obligasi Berkelanjutan II Toyota Astra Financial Services Tahap I Tahun 2016 Seri B (TAFS02BCN1) dan Obligasi Berkelanjutan II PNM Tahap II Tahun 2018 Seri B (PNMP02BCN2) yang mempunyai volume perdagangan masing-masing sebesar Rp45,00 miliar dengan 8 kali transaksi dan Rp40,00 miliar dengan 5 kali transaksi.
  • Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah sebesar 49,00 pts (0,35%) di level 14226,50 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14205,00 hingga 14230,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah melemahnya nilai tukar mata uang regional. Mata uang Peso Filipina (PHP) dan mata uang Won Korea Selatan (KRW) merupakan mata uang yang mengalami koreksi terbesar, keduanya melemah sebesar 0,55% terhadap mata uang Dollar Amerika. Sedangkan untuk mata uang Yuan China (CNY) dan mata uang Baht Thailand (THB) mengalami pelemahan masing-masing sebesar 0,27% dan 0,25%. Adapun untuk mata uang Yen Jepang (JPY) merupakan satu-satunya yang mengalami penguatan mata uang regional, yaitu sebesar 0,11% terhadap Dollar Amerika.
  • Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup dengan kondisi melemah terbatas berada pada level 2,777% serta Imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun menguat di level 3,098%. Hal ini seiring dengan menguatnya kondisi pasar saham Amerika Serikat dimana indeks saham utamanya mengalami penguatan sebesar 138 bps di level 24706,35 (DJIA) dan indeks NASDAQ berada pada level 7157,23. Adapun imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun berada pada level 1,324% sedangkan surat utang jerman dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sehingga berada pada level 0,256%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi mengalami penurunan ditengah meningkatnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara - negara berkembang. Namun demikian kami melihat bahwa penurunan harga tersebut akan mulai terbatas, didukung oleh hasil positif dari lelang penjualan Surat Utang Negara. Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
  • Rekomendasi Dengan harga Surat Utang Negara yang masih berpeluang untuk mengalami kenaikan, terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor diatas 7 tahun maka kami menyarankan kepada investor untuk mencermati beberapa Surat Utang Negara dan melakukan strategi trading untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga tersebut. Beberapa seri Surat Utang Negara yang perlu dicermati adalah berikut ini: FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0057 dan FR0065.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group