Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

21 Maret 2019

Fixed Income Notes 21 Maret 2019

Pada perdagangan hari Rabu, 20 Maret 2019, harga Surat Utang Negara kembali bergerak dengan mengalami kenaikan yang terbatas ditengah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang menguat serta adanya beberapa sentimen global.

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi hingga sebesar 112 bps yang berdampak terhadap adanya perubahan rata-rata tingkat imbal hasil yang mengalami penurunan sebesar 3,5 bps. Adapun Surat Utang Negara seri acuan dengan perubahan harga tertinggi didapati pada tenor 20 tahun sebesar 58 bps sehingga berdampak pada penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5,8 bps di level 8,097%. Selanjutnya, Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun dan 15 tahun yang mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 22 bps dan 16 bps sehingga mendorong penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 5 bps di level 7,226% dan 2 bps di level 8,023%. Adapun harga Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 12 bps mengakibatkan turunnya tingkat imbal hasil sebesar 1,7 bps di level 7,684%.

Pada perdagangan hari Rabu, tanggal 20 Maret 2019 pergerakan harga Surat Utang Negara bergerak dengan mengalami kenaikan terbatas yang kembali didorong oleh faktor nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana perubahan nilai tukar tersebut akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dibandingkan dengan faktor domestik. Dari faktor domestik pergerakan harga Surat Utang Negara dipengaruhi oleh prediksi Bank Indonesia yang akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,00% yang akan di rilis pada hari ini. Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya karena kondisi ekonomi Indonesia yang masih stabil dan pasar yang relatif cukup optimis. Adapun dari faktor eksternal datang dari optimisnya para pelaku pasar akan terciptanya kesepakatan damai perang dagang antara Amerika dan China. Selain itu, jelang disampaikannya FOMC Meeting berdampak pada aksi para investor dimana mereka cenderung wait and see terhadap kondisi pasar saat ini. Hal ini terindikasi dari volume perdagangan SUN pada perdagangan kemarin yang mengalami penurunan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, walaupun sebenarnya pelaku pasar memprediksi bahwa The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dilevel 2,25% hingga 2,50%.

Tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami perubahan yang beragam dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah naiknya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Harga dari INDO24 mengalami koreksi sebesar 4,6 bps yang mendorong terjadinya peningkatan tingkat imbal hasil sebesar 1 bps di level 3,587%. Hal yang sama juga dialami oleh seri INDO29 dan INDO49 yang mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 12,6 bps dan 4,5 bps sehingga berdampak pada meningkatnya tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 1,5 bps di level 4,055% dan 0,2 bps di level 4,807%. Sedangkan, untuk seri INDO44 mengalami kenaikan harga sebesar 13,3 bps yang menyebabkan penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,8 bps di level 4,916%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Rabu, tanggal 20 Maret 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp13,17 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara pada seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,42 triliun dari 53 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Surat Utang Negara seri FR0078 senilai Rp1,72 triliun dari 19 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp618,00 miliar dari 25 kali transaksi kemudian diiringi oleh Project Based Sukuk seri  PBS015 dengan volume sebesar Rp381,46 miliar untuk 19 kali transaksi. 

Volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,48 triliun dari 47 seri surat utang korporasi yang ditransaksikan. Adapun untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap I Tahun 2018 (TPIA02CN1) didapati surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu sebesar Rp400,55 miliar dari 6 kali transaksi. Selanjutnya volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap IV Tahun 2018 Seri A (BBRI02ACN4) sebesar Rp104,00 miliar dari 3 kali perdagangan dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri B (WSKT03BCN2) sebesar Rp98,00 miliar untuk 4 kali transaksi. Berikutnya, untuk surat utang korporasi dengan volume Rp90,00 miliar dari 3 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1).

Nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sebesar 45 pts (0,31%) di level 14188. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14178 hingga 14235. Adapun penguatan tersebut terjadi sepanjang sesi perdagangan. Rupiah mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika ini ditengah penguatan sebagian besar nilai tukar mata uang regional dimana penguatan nilai tukar mata uang tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,31% yang kemudian diikuti oleh penguatan mata uang Renminbi China (CNY) dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) masing-masing sebesar 0,26% dan 0,22%. Sedangkan untuk mata uang yang mengalami pelemahan didapati pada pelemahan mata uang Baht Thailand (THB) dan mata uang Yen Jepang (JPY) masing-masing sebesar 0,24% dan 0,13% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan terutama pada surat utang dari negara-negara maju yang dianggap sebagai safe haven asset di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing di level 2,524% dan 2,97%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan di level 0,078% sedangkan yang bertenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 0,738%. Hal yang sama juga terjadi pada surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun yang mengalami penurunan masing-masing di level 1,146% dan 1,626%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan berpeluang untuk mengalami penurunan yang didorong oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, kami perkirakan pada perdagangan hari ini adanya para pelaku pasar yang melakukan aksi ambil untung (taking profit) di tengah kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi sejak pekan lalu. Selain itu, jelang disampaikannya suku bunga acuan Bank Indonesia pada hari ini, para pelaku pasar memperkirakan bahwa Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,00% seiring dengan cukup terjaganya kondisi ekonomi domestik. 

Rekomendasi

Dari beberapa faktor tersebut maka kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung bergerak terbatas. Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Kami juga masih merekomendasikan seri - seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar yang masih berfluktuasi, yaitu seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0059, FR0071, FR0058, dan FR0068.

Peringkat MTN yang diterbitkan Perumnas ditetapkan pada rating “idBBB+”

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group