Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

20 Juli 2017

Fixed Income Notes 20 Juli 2017

  • Stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing dorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 19 Juli 2017 jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa. 
  • Penurunan imbal hasil berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 4 bps dimana penurunan imbal hasil tersebut terlihat pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan sebesar 4 - 10 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 35 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 20 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 2 - 10 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 55 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang masih mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didukung oleh stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 
  • Selain itu, penurunan imbal hasil juga didukung dengan masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing di Surat Berharga Negara setelah mengalami penjualan pada awal Juli, dimana hingga tanggal 18 Juli 2017, namun hingga tanggal 18 Juli 2017 akumulasi penjualan sudah mengalami penurunan menjadi senilai Rp6,49 triliun dibandingkan dengan di awal Juli yang mengalami akumulasi penjualan hingga Rp14,31 triliun dan di sepanjang tahun 2017 senilai Rp98,25 triliun dengan jumlah kepemilikan senilai Rp764,06 triliun atau setara dengan 39,19% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan. Belum adanya sinyal bahwa Bank Sentral Amerika kembali menaikkan suku bunga acuan, mendorong investor asing untuk masuk kembali pada instrumen yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi seperti yang ditawarkan oleh Surat Utang Negara. 
  • Dengan adanya penurunan imbal hasil tersebut, maka imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun berada pada level 6,719% (-2,5 bps), tenor 10 tahun berada pada level 6,901% (-2,5 bps), tenor 15 tahun di level 7,351% (-4,5 bps), dan tenor 20 tahun di level 7,602% (-5,5 bps). 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya cenderung terlihat mengalami penurunan ditengah tidak bergeraknya imbal hasil dari US Treasury. Penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara bertenor panjang. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup tidak bergerak di level 2,252% dari perdagangan sebelumnya. Adapun imbal hasil dari INDO-27 ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 2,5 bps pada level 3,754% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps dan imbal hasil dari INDO-47 mengalami penurunan sebesar 3,5 bps di level 4,595% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 60 bps. Adapun untuk INDO-37 mengalami penurunan imbal hasil sebesar  5 bps di level 4,624% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 74 bps. 
  • Volume perdagangan yang dilaporkan pada perdagangan kemarin cukup besar serta terlihat mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan di hari Selasa, yaitu senilai Rp13,62 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,44 triliun. Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,17 triliun dari 154 kali transaksi di harga rata - rata 105,93% dan diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPN03170907 senilai Rp1,42 triliun dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 99,36%.
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp465,40 miliar dari 35 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi I Bank Mandiri Taspen Pos Tahun 2017 Seri A (BMTP01A) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp375 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,06% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) senilai Rp230 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 97,66%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 12,00 di level 13321,00 per dollar Amerika setelah bergerak bervariasi sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13291,00 hingga 13322,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Yen Jepang (JPY) terlihat mengalami penguatan terhadap dollar Amerika, sementara itu mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Yuan China (CNY) dan Dollar Taiwan (TWD). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan investor masih akan mencermati agenda dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia serta Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa. Kami perkirakan Rapat Dewan Gubernur akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% seiring dengan masih terjaganya laju inflasi. Adapun dari hasil Rapat Dewan Gubernur dari Bank Sentral Eropa, pelaku pasar akan mencermati kebijakan dari bank sentral tersebut, terutama mengenai rencana Bank Sentral Eropa untuk mengurangi stimulusnya Hal tersebut kami perkirakan akan berdampaknya pada terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini namun kembalinya aliran modal asing yang masuk di pasar Surat Utang Negara menjadi katalis positif untuk pergerakan Surat Utang Negara. 
  • Sementara itu katalis positif pada perdagangan hari ini juga berasal dari faktor eksternal dimana imbal hasil dari US Treasury tidak bergerak dibandingkan perdagangan sebelumnya. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup tidak bergerak pada level 2,27% begitu pula dengan imbal hasil US Treasury tenor 30 tahun yang ditutup tidak bergerak pada level 2,85% di tengah investor yang masih mencermati beberapa agenda ekonomi yang akan disampaikan pada pekan ini. Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,54% dan imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup turun pada level 1,19%. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren konsolidasi, namun kebanyakan seri - seri Surat Utang Negara sudah menjauhi area jenuh beli (overbought) sehingga akan mendorong harga Surat Utang Negara cenderung naik dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan beberapa pertimbangan di atas, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami melihat beberapa seri Surat Utang Negara yang belum mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi di saat seri lainnya telah mengalami kenaikan sehingga menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik diantaranya adalah seri FR0069, FR0036, FR0031, FR0034, dan ORI013 untuk tenor pendek. Adapun untuk tenor menengah adalah seri FR0037. 
  • Transaksi penjualan Surat Utang Negara dalam denominasi US Dollar sebesar US$2,0 miliar dan Euro sebesar EUR€1,0 miliar. 
  • Peringkat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditegaskan di “idA”.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group