Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

20 Januari 2017

Fixed Income Notes 20 Januari 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 19 Januari 2017 cenderung mengalami  kenaikan ditengah kenaikan imbal hasil surat utang global jelang pelantikan Presiden Amerika Serikat. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 1,4 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada sebagian besar Surat Utang Negara bertenor panjang.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 4 bps dengan didoorng oleh adanya perubahan harga sebesar 15 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 2 - 4 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 10 - 20 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) cenderung mengalami kenaikan dengan perubahan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 50 bps.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak dengan mengalami penurunan pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh faktor ambil untung oleh investor sebagai antisipasi tehadap kondisi pasar keuangan pasca pelantikan Presiden Amerika Serikat di hari Jum'at, 20 Januari 2017. Selain itu, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin juga dipengaruhi oleh pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung bergerak dengan kenaikan dan nilai tukar rupiah yang melanjutkan pelamahan terhadap dollar Amerika.
  • Sementara itu keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahakan suuku bunga acuan (BI 7-day Reverse Repo) sebesar 4,75% tidak banyak mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara mengingat keputusan tersebut sesuai dengan estimasi pelaku pasar. Keputusan RDG Bank Indonesia tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
  • Dengan demikian, secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami koreksi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 2 bps di level 7,176% dan tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 7,820%. Adapun untuk tenor 10 tahun dan 20 tahun tingkat imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 5 bsp masing - masing di level 7,522% dan 8,030%.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya juga terlihat mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan tenor, seiring dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang juga mengalami kenaikan. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 2,599% setelah mengalami koreksi harga terbatas sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 7 bps dan 4 bps masing - masing di level 4,102% dan 5,00% setelah mengalami koreksi harga sebesar 60 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin cukup besar, senilai Rp8,36 triliun dari 32 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,13%. Obligasi Negara seri FR0071 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,25 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 107,82% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,12 triliun dari 90 kali transaksi di harga rata - rata 96,28%.
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp360 miliar dari 19 seri obligasi korporsi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Modernland Realty Tahap I Tahun 2015 Seri B (MDLN01BCN1) senilai Rp50 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 102,46% dan Obligasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap II Tahun 2016 (PNBN02CN2) senilai Rp50 miliar dari dua kali transaksi di harga rata - rata 97,01% menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar.
  • Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali mengalami pelemahan dimana pada perdagangan kemarin mengalami pelemahan sebesar 29,00 pts (0,22%) di level 13376,00 per dollar Amerika setelah bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13347,00 hingga 13392,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan mata uang regional yang juga cenderung mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika dimana pelemahan tersebut dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) yang diikuti oleh Peso Philippina (PHP). Adapun mata unag regional yang terlihat mengalami penguatan terhadap dollar Amerika adalah Dollar Singapura (SGD).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang untuk mengalami penurunan seiring dengan koreksi harga yang terjadi pada pasar surat utang global sebagai respon atas pidato yang disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral Amerika.
  • Harga Surat Utang Global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan, sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil setelah pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika mengindikasikan bahwa ekonomi Amerika telah mendekati target dari Bank Sentral sehingga membuka peluang bagi Bank Sentral Amerika untuk kembali menaikkan suku bunga acuan setelah menaikkan suku bunga sebesar 25 bps di bulan Desember 2016. Data ekonomi Amerika tersebut diantaranya adalah data inflasi di bulan Desember 2016 yang mulai menunjukkan kenaikan seiring dengan naiknya harga komoditas minyak.
  • Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan di level 2,47% begitu pula dengan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup naik masing - masing di level 0,381% dan 1,411%. Imbal hasil surat utang regional juga naik, dimana untuk surat utang Thailand ditutup naik di level 2,646% dan surat utang India diutup naik di level 6,467%. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini yang juga bertepatan dengan pelantikan Presiden Amerika Serikat.
  • Sementara itu secara teknikal, pergerakan harga Surat Utang Negara dengan tenor 1 - 10 tahun telah menunjukkan adanya sinyal pembalikan arah tren dari tren kenaikan harga menuju tren penurunan harga sehingga hal tersebut kami perkirakan akan membuka peluang terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara pada tenor tersebut yang sejak awal tahun terlihat mengalami kenaikan harga. Adapun pada tenor panjang (di atas 10 tahun), indikator terknikal masih menunjukkan arah pegerakan dengan tren penurunan.
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuas di tengah ketidakpastian pasar keuangan global terutama menjelang pelantikan Presiden Amerika Serikat. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, peluang koreksi harga Surat Utang Negara pada tenor panjang dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi secara bertahap terutama pada seri - seri yang menawarkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito perbankan seperti seri FR0064, FR0073, FR0058, FR0065, FR0068 dan FR0067 maupun pada SBSN dengan tenor panjang seperti PBS011 dan PBS012 yang akan dilelang pada pekan depan.
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 11072017 (reopening), PBS011 (reopening), PBS012(reopening), PBS013 (reopening), dan PBS0124 (reopening) pada tanggal 24 Januari 2017. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 24 Januari 2017. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2017. Target penerbitan adalah senilai Rp6 triliun.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringat "idAA-" terhadap rencana 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group