Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

20 Desember 2017

Fixed Income Notes 20 Desember 2017

  • Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing dorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 19 Desember 2017.
  •  Penurunan imbal hasil berkisar antara 1 - 7 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana penurunan imbal hasil tersebut terlihat pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan sebesar 1 - 7 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 3 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 3 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 15 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang masih mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia menyusul beberapa ketidakpastian bahwa RUU tersebut memang akan disahkan, dan beberapa ketaguan mengenai efek pendukung pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh UU perpajakan tersebut. 
  • Selain itu, penurunan imbal hasil juga didukung dengan masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing di Surat Berharga Negara, dimana hingga tanggal 18 Desember 2017, investor asing telah melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara di bulan Desember 2017 senilai Rp3,12 triliun dan di sepanjang tahun 2017 senilai Rp168,12 triliun dengan jumlah kepemilikan senilai Rp833,93 triliun atau setara dengan 39,62% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan. Dengan kembali ketidakjelasan mengenai pemotongan pajak di Amerika, mendorong investor asing untuk masuk pada instrumen yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi seperti yang ditawarkan oleh Surat Utang Negara. 
  • Dengan adanya penurunan imbal hasil tersebut, maka imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun berada pada level 6,008% (1 bps), tenor 10 tahun berada pada level 6,461% (-1 bps), tenor 15 tahun di level 7,030% (-1 bps), dan tenor 20 tahun di level 7,231% (-1 bps). 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya juga terlihat mengalami penurunan di tengah naiknya imbal hasil dari US Treasury. Penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara bertenor panjang. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup naik terbatas kurang dari 1 bps di level 2,357% setelah mengalami koreksi harga sebesar 1 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27, INDO-37, dan INDO-47 mengalami penurunan terbatas kurang dari 1 bps dengan didorong oleh kenaikan harga yang juga terbatas berkisar antara 1 - 5 bps. 
  • Volume perdagangan yang dilaporkan pada perdagangan kemarin cukup besar dan mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan di awal pekan, yaitu senilai Rp10,97 triliun dari 32 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,23 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,54 triliun dari 46 kali transaksi di harga rata - rata 103,44% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp1,22 triliun dari 26 kali transaksi di harga rata - rata 103,81%. 
  • Adapun Volume perdagangan Project Based Sukuk yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp543,48 miliar dari 6 seri Project Based Sukuk yang diperdagangkan. Project Based Sukuk seri PBS009 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp316 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,36% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS014 senilai Rp146 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 100,83%
  •  Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,71 triliun dari 58 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III BFI Finance Indonesia Tahap III Tahun 2017 Seri C (BFIN03CCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp324 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Lautan Luas Tahap II Tahun 2017 Seri A (LTLS02ACN2) senilai Rp238 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,37%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 6,00 (0,04%) di level 13576,00 per dollar Amerika setelah bergerak berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13565,00 hingga 13591,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Mata uang Baht Thailand (THB) dan Yen Jepang (JPY) terlihat mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika, sementara itu mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Rupee India (INR) dan Yuan China (CNY). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didukung oleh stabilnya nilai tukar rupiah serta kembali turunnya imbal hasil surat utang regional menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder terlebih dengan didukung oleh masih derasnya aliran modal asing yang masuk di pasar Surat Utang Negara. 
  • Sementara itu katalis negatif pada perdagangan hari ini berasal dari faktor eksternal dimana imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan kenaikan dibandingkan pada perdagangan awal pekan ini. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,454% dari posisi penutupan di awal pekan yang berada pada kisaran 2,394% begitu pula dengan imbal hasil US Treasury tenor 30 tahun yang ditutup naik pada level 2,808% di tengah investor yang masih menantikan keputusan RUU mengenai perpajakan Amerika. Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,387 dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,313% dan imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup naik pada level 1,225%. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren sideways, masih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek. Adapun harga Surat Utang Negara berada pada area jenuh beli (overbought) sehingga akan membuka peluang adanya aksi ambil untung oleh investor pada perdagangan hari ini. 
  • Rekomendasi : Dengan beberapa pertimbangan di atas, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami melihat beberapa seri Surat Utang Negara yang belum mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi di saat seri lainnya telah mengalami kenaikan sehingga menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik diantaranya adalah seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0058, ORI013, FR0068, dan FR0072.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia memberikan peringkat “idAA-” untuk MTN I/2017 Bank Jateng dan “idAA-(sy)” untuk MTN Syariah I/2017.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat “idA” kepada PT Semen Baturaja (Persero) Tbk dan MTN.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group