Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

02 Maret 2018

Fixed Income Notes 2 Maret 2018

  • Merespon data Inflasi Februari 2018, imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 1 Maret 2018 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah imbal hasil surat utang global mengalami penurunan. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 8 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 2 - 8 bps didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong olah adanya perubahan harga sebesar 15 dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) juga ditutup dengan perubahan yang bervariasi berkisar antara 1 - 8 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 100 bps. 
  • Terbatasnya perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh hasil pidato dari Presiden Donald Trump dimana pada pidato tersebut Presiden Donald Trump kembali menyampaikan rencana kebijakan mengenai perlambatan ekonomi dengan tarif, adapun keputusan Presiden Trump untuk memberlakukan tarif pada pasar baja dan alumunium asing yang cukup menyeramkan mendorong kecemasan pelaku pasar bahwa tindakan tersebut dapat memicu perang dagang dalam waktu dekat. Hal tersebut mendorong investor untuk kembali pada posisi wait and see sebelum adanya kejelasan yang lebih detail dari kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pemerintah Amerika Serikat. 
  • Terbatasnya pergerakan harga juga turut dipengaruhi faktor nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan yang terbatas di tengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Penguatan dollar Amerika sehingga membatasi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 
  • Sementara itu dari data ekonomi domestik, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada bulan Februari 2018 terjadi inflasi sebesar 0,17%. Inflasi di bulan Februari terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,13 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,43 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,22 persen; kelompok sandang sebesar 0,35 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,26 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,02 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender (YTD) di tahun 2018 sebesar 0,79% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 3,18%. Pelaku pasar tidak banyak terpengaruh oleh data inflasi tersebut dikarenakan data inflasi masih sejalan dengan yang diperkirakan oleh pelaku pasar dimana untuk inflasi bulanan diperkirakan sebesar 0,57% dan inflasi tahunan sebesar 2,58%. 
  • Sehingga secara keseluruhan, kombinasi dari faktor dalam dan luar negeri tersebut menyebabkan terbatasnya perubahan harga yang juga berdampak terhadap terbatasnya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin ditutup bervariasi dengan perubahan imbal hasil yang sebesar 1 bps masing - masing di level 5,987% untuk tenor 5 tahun, di level 6,579% untuk tenor 10 tahun, di level 7,342% untuk tenor 20 tahun. Adapun ditutup turun sebesar 3 bps di level 7,034% untuk tenor 15 tahun. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan mengalami kenaikan pada keseluruhan seri di tengah kenaikan tingkat imbal hasil dari US Treasury seiring dengan meningkatnya ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika di bulan Maret 2017. Imbal hasil dari INDO-20, INDO27 dan INDO-47 mengalami kenaikan sebesar 4 bps masing - masing di level 2,519%, 3,899% dan 4,861% setelah mengalami koreksi harga hingga yang berkisar antara 13-65 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp11,21 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,06 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,98 triliun dari 36 kali transaksi di harga rata - rata 103,63% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp1,09 triliun dari 52 kali transaksi di harga rata - rata 99,05%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp448,15 miliar dari 29 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Chandra Asri Petrochemical Tahap II Tahun 2018 Seri C (TPIA01CCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp110 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,0% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Chandra Asri Petrochemical II Tahun 2018 Seri A (TPIA01ACN2) senilai Rp99 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,0%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 4,00 pts (0,02%) pada level 13748,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan di awal sesi perdagangan namun ditutup mengalami penguatan pada kisaran 13745,00 hingga 13817,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut ditengah pelemahan mata uang regional terhadap mata uang dollar Amerika. Mata uang Dollar Taiwan (TWD) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Yuan China (CNY). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan peluang terjadinya kenaikan harga seiring turunnya imbal hasil surat utang global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun pada level 2,811% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,864%. Penurunan imbal hasil juga terjadi pada surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) yang masing - masing ditutup turun pada level 0,638% dan 1,464% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,655% dan 1,507%. Imbal hasil surat utang regional juga mengalami penurunan dimana penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar surat utang regional kecuali surat utang Thailand dan India yang justru mengalami kenaikan. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara baik yang berdenominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika hingga menjelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika di pertengahan bulan Maret 2018. 
  • Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan data cadangan devisa di akhir Februari 2018 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 7 Maret 2018. Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tren penurunani, sehingga dalam jangka pendek pergerakan harganya masih akan cenderung menurun namun akan dibatasi oleh harga Surat Utang Negara yang sudah berada di area jenuh jual (oversold). 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, peluang adanya koreksi harga dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik seperti seri FR0069, FR0053, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072.  
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 07092018 (new issuance), PBS002 (reopening), PBS004 (reopening), PBS012 (reopening), PBS016 (reopening), dan PBS017 (reopening) pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2018. 
  • Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara seri PBS-016 dan PBS-002 pada tanggal 28 Februari 2018 dengan cara private placement.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group