Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

19 Maret 2019

Fixed Income Notes 19 Maret 2019

Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 18 Maret 2019 mengalami kenaikan seiring dengan meredanya tekanan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi berkisar antara 10 hingga 55 bps yang berdampak terhadap adanya perubahan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 5 hingga 6,3 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 2,4 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan yang mengalami kenaikan harga tertinggi didapati pada tenor 15 tahun sebesar 56 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 6,3 bps di level 8,054%, dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri acuan bertenor 20 tahun yang mengalami kenaikan harga sebesar 47 bps yang berdampak kepada turunnya tingkat imbal hasil sebesar 4,8 bps di level 8,158%. Selanjutnya, didapati Surat Utang Negara seri acuan  dengan tenor 10 tahun dan 5 tahun, keduanya mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 36 bps dan 22 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil  sebesar 5,1 bps sehingga masing-masing berada di level 7,702% dan 7,280%.

Kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin masih didorong oleh faktor perubahan nilai tukar mata uang Rupiah yang menguat terhadap Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah ini disebabkan para pelaku pasar yang merespon positif terhadap neraca perdagangan yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pekan kemarin dimana neraca perdagangan surplus sebesar US$330 juta. Selain itu, minat investor pada pasar keuangan juga didorong oleh beberapa sentimen positif dari eksternal diantaranya meredanya perang dagang antara Amerika dan China serta jelang diadakannya FOMC Meeting pada pekan ini. Perkembangan hubungan antara Amerika dan China mulai mereda, dilihat dari kedua negara telah membuat kesepakatan dagang yang lebih konkrit dimana China akan menerapkan aturan baru untuk melindungi nilai investasi asing serta tidak diwajibkannya transfer teknologi. Hal ini membuat para pelaku pasar merespon positif dan menciptakan iklim yang nyaman bagi dunia usaha. Disisi lain, para pelaku pasar juga melihat bahwa Bank Sentral Amerika menunjukan sinyal untuk menahan suku acuannya. Hal ini disampaikan pada pernyataan The Fed dimana output industrial Amerika Serikat hanya naik sebesar 0,1% sedangkan konsensus mempredikasi peningkatan output industrial Amerika dapat mencapai hingga 0,4%. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa perekonomian Amerika masih belum pulih seutuhnya, maka kami menilai The Fed berpeluang besar akan menahan suku bunganya. Dari sentimen-sentimen positif tersebut, para pelaku pasar cenderung menginvestasikan modalnya ke negara-negara berkembang, salah satunya termasuk Indonesia. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, harganya masih terlihat mengalami kenaikan. Adapun harga dari seri INDO24 dan INDO29 mengalami rata-rata kenaikan masing-masing sebesar 22 bps dan 51 bps yang mendorong oleh turunnya imbal hasil masing-masing sebesar 4,7 bps di level 3,636% dan 6,2 bps di level 4,067%. Sementara itu, untuk harga dari seri INDO44 dan INDO49 juga turut mengalami kenaikan masing-masing sebesar 59 bps dan 86 bps yang mengakibatkan turunnya tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 3,5 di level 4,938% dan 5,2 bps di level 4,826%. 

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan awal pekan ini, hari Senin, pada tanggal 18 Maret 2019 mengalami penguatan sebesar 23 pts (0,16%) sehingga berada pada level 14239 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ini terjadi sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14220 hingga 14246 per Dollar Amerika, dimana penguatan nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan mayoritas penguatan nilai tukar mata uang regional terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,82% yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) masing-masing sebesar 0,44% dan 0,34%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada nilai tukar mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,08% dan  selanjutnya juga dialami oleh mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,03% terhadap mata uang Dollar Amerika

Adapun Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan terbatas sehingga berada pada level 2,6%. Hal ini tidak terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami kenaikan sehingga di level 3,013%. Perubahan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 34 bps sehingga berada pada level 7714,48 sedangkan untuk indeks DJIA juga turut mengalami kenaikan sebesar 25 bps sehingga berada pada level 25914,10. Sementara itu untuk obligasi Inggris (Gilt) ditutup mengalami penurunan di semua tenornya, baik pada tenor 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing di level 0,928%, 1,195%, dan 1,702%. Sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) mengalami kenaikan untuk semua tenornya baik itu bertenor 10, 20, dan 30 tahun masing-masing dilevel 0,085%, 0,452%, 0,738%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan peluang mengalami kenaikan yang didukung oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Mata uang Dollar Amerika kembali mengalami pelemahan terhadap mata uang utama dunia jelang FOMC Meeting pada pekan ini. Kondisi tersebut dalam jangka pendek akan menjadi katalis positif bagi mata uang negara - negara berkembang. Hanya saja, volume perdagangan kami perkirakan masih akan terbatas di tengah pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi jelang diadakannya FOMC Meeting dan pelaksanaan RDG Bank Indonesia. 

Rekomendasi

Dengan masih bervariasinya arah perubahan harga, maka kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading jangka pendek guna mengoptimalkan potensi kenaikan harga jelang diadakannya FOMC Meeting. Beberapa seri yang kami lihat cukup menarik untuk diperdagangkan adalah seri - seri berikut ini : FR0053, FR0061, FR0056, FR0059, FR0071, FR0068 dan FR0072.

Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 20092019 (New Issuance), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening), PBS022 (Reopening) dan PBS015 (Reopening) pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2019.

Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 19 Maret 2019. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi  sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2019. Target penerbitan adalah senilai Rp8 triliun dengan seri – seri yang akan dilelang adalah sebagai berikut:

- Surat Perbendaharaan Negara seri SPN-S 20092019 (Diskonto; 20 September 2019);

- Project Based Sukuk Seri PBS014 (6,5000%; 15 Mei 2021);

- Project Based Sukuk Seri PBS019 (8,2500%; 15 September 2023);

- Project Based Sukuk Seri PBS021 (8,5000%; 15 November 2026);

- Project Based Sukuk Seri PBS022 (8,6250%; 15 April 2034); dan 

- Project Based Sukuk Seri PBS015 (8,0000%; 15 Juli 2047).

Kami perkirakan jumlah penawaran yang masuk akan berkisar antara Rp15—25 triliun dengan jumlah penawaran terbesar masih akan didapati pada Surat Perbendaharaan Negara serta pada PBS014. Berdasarkan kondisi di pasar sekunder menjelang pelaksanaan lelang, kami perkirakan tingkat imbal hasil yang akan dimenangkan pada lelang hari ini adalah sebagai berikut :

- Surat Perbendaharaan Negara seri SPN-S 20092019 berkisar antara 6,34375 - 6,43750;

- Project Based Sukuk seri PBS014 berkisar antara 7,21875 - 7,31250;

- Project Based Sukuk seri PBS019 berkisar antara 7,37500 - 7,46875;

- Project Based Sukuk seri PBS021 berkisar antara 7,68750 - 7,78125;

- Project Based Sukuk seri PBS022 berkisar antara 8,25000 - 8,34375; dan

- Project Based Sukuk seri PBS015 berkisar antara 8,65625 - 8,75000.

Lelang akan dibuka pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2019 pukul 10.00 WIB dan ditutup pukul 12.00 WIB. Hasil lelang akan diumumkan pada hari yang sama. Adapun setelmen akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 21 Maret 2019 atau 2 hari kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang (T+2).  Di tahun 2019, target penerbitan bersih (net issuance) Surat Berharga Negara senilai Rp389,0 triliun dimana pada kuartal I tahun 2019 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp185,00 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp8,90 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp23,17 triliun. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group