Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

19 Februari 2019

Fixed Income Notes 19 Februari 2019

Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 18 Februari 2019 mengalami kenaikan ditengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi berkisar antara 1 hingga 10 bps yang berdampak terhadap adanya perubahan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 1 hingga 12 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 10 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil rata-rata sebesar 1 bps. Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 bps hingga 8 bps yang berdampak terhadap penurunan imbal hasil hingga sebesar 1,7 bps. Sedangkan untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami pergerakan harga yang cenderung mengalami kenaikan hingga sebesar 75 bps sehingga mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 hingga 12 bps. 

Kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor eksternal dimana harga surat utang global yang mengalami kenaikan ditengah meningkatnya permintaan instrumen yang lebih aman seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham. Selain itu, perubahan harga saham juga dipengaruhi oleh faktor nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang mengalami penguatan sepanjang perdagangan kemarin. Hanya saja, aktivitas perdagangan kemarin menurun jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya yang tercermin pada rendahnya volume perdagangan yang dilaporkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri guna melakukan transaksi di pasar sekunder dan melakukan aksi wait and see menjelang diadakannya lelang Surat Berharga Syariah Negara pada hari ini. Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, tidak terjadi perubahan harga seiring dengan liburnya pasar keuangan Amerika dalam rangka hari ulang tahun Washington

Volume perdagangan Obligasi Negara yang dilaporkan pada perdagangan di awal pekan, hari Senin, tanggal 18 Februari 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp5,27 triliun dari 40 seri Obligasi Negara yang diperdagangkan. Adapun Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Obligasi Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,55 triliun dari 29 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp876,79 dari 46 kali perdagangan. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp250 miliar dari 3 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS016 sebesar Rp182,00 miliar untuk  5 kali transaksi.

Volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan meningkat daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,09 triliun dari 39 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Adapun untuk Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri A (SIEXCL02ACN2) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp216,00 miliar dari 12 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A (ADMF04ACN3) senilai Rp214,00 miliar dari 2 kali perdagangan. Selanjunya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp200,00 miliar dari 7 kali transaksi didapati pada perdagangan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B).

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan awal pekan ini, hari Senin, pada tanggal 18 Februari 2019 mengalami penguatan sebesar 42 pts (0,30%) sehingga berada pada level 14107 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ini terjadi sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14087 hingga 14117 per Dollar Amerika, dimana penguatan nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan penguatan nilai tukar mata uang regional terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun penguatan nilai tukar mata uang regional tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia sebesar 0,30% yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan dan mata uang Peso Filipina masing-masing sebesar 0,28% dan 0,18%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada nilai tukar mata uang Rupee India sebesar 0,18% dan  selanjutnya juga dialami oleh mata uang Yen Jepang sebesar 0,07%.

Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah liburnya pasar keuangan Amerika Serikat. Imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman untuk tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami penurunan, masing - masing di level 1,165% dan 0,109% meskipun pasar saham di kedua negara tersebut mengalami penurunan yang cukup besar di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap perkembangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat. 

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas jelang pelaksanaan lelang penjualan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara). Pada hari ini pemerintah berencana untuk mengadakan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara dengan target penerbitan senilai Rp8 triliun dari lima seri Surat Berharga Syariah Negara yang ditawarkan kepada investor. Kami perkirakan pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder.  

Rekomendasi Dari keadaan tersebut, harga Surat Utang Negara masih akan bergerak berfluktuasi dalam jangka pendek, maka kami masih menyarankan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan investasi. Selain itu, kami juga tetap menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0069, FR0061, FR0077, FR0068, dan FR0059. 

Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 01082019 (Reopening), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening) dan PBS022 (Reopening) pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2019.

Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 19 Februari 2019. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi  sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2019. Target penerbitan adalah senilai Rp8 triliun dengan seri – seri yang akan dilelang adalah sebagai berikut:

Surat Perbendaharaan Negara seri SPN-S 01082019 (Diskonto; 1 Agustus 2019);

Project Based Sukuk Seri PBS014 (6,5000%; 15 Mei 2021);

Project Based Sukuk Seri PBS019 (8,2500%; 15 September 2023);

Project Based Sukuk Seri PBS021 (8,50000%; 15 November 2026); dan 

Project Based Sukuk Seri PBS022 (8,6250%; 15 April 2034).

 

Kami perkirakan jumlah penawaran yang masuk akan berkisar antara Rp15—25 triliun dengan jumlah penawaran terbesar masih akan didapati pada Surat Perbendaharaan Negara serta pada PBS014. Berdasarkan kondisi di pasar sekunder menjelang pelaksanaan lelang, kami perkirakan tingkat imbal hasil yang akan dimenangkan pada lelang hari ini adalah sebagai berikut :

Surat Perbendaharaan Negara seri SPN-S 01082019 berkisar antara 6,40625 - 6,50000;

Project Based Sukuk seri PBS014 berkisar antara 7,65625 - 7,75000;

Project Based Sukuk seri PBS019 berkisar antara 7,81250 - 7,90625;

Project Based Sukuk seri PBS021 berkisar antara 8,31250 - 8,40625; dan

Project Based Sukuk seri PBS022 berkisar antara 8,50000 - 7,59375.

 

Lelang akan dibuka pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2019 pukul 10.00 WIB dan ditutup pukul 12.00 WIB. Hasil lelang akan diumumkan pada hari yang sama. Adapun setelmen akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 21 Februari 2019 atau 2 hari kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang (T+2).  Di tahun 2019, target penerbitan bersih (net issuance) Surat Berharga Negara senilai Rp389,0 triliun dimana pada kuartal I tahun 2019 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp185,00 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp10,12 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp21,60 triliun. 

 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group