Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

19 Desember 2016

Fixed Income Notes 19 Desember 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 16 Desember 2016 bergerak bervariasi dengan kecenderungan masih mengalami kenaikan sebagai dampak dari kemungkinan kembali dinaikkannya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika sebanyak tiga kali di tahun 2017. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 8 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sbesar 2,3 bps dengan kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapti pada tenor 10 - 20 tahun.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pedek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 3 - 5 bps didorong oleh adanya perubahan harga hingga 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5 - 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps dengan adanya perubahan harga hingga 15 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang masih cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 8 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 85 bps.
 
  • Perubahan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan kemarin masih dipengaruhi oleh kekhawatiran investor terhadap proyeksi dari Bank Sentral Amerika, dimana mereka berencana untuk kembali menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) sebanyak tiga kali di tahun 2017 setelah kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps di bulan Desember 2016 yng merupakan kenaikan yang kedua setelah berakhirnya program Quantitative Easing (QE). Koreksi harga Surat Utang Negara juga didorong oleh faktor nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang kembali menembus level 13400 per dollar Amerika.
 
  • Akibat dari koreksi harga di kahir pekan, maka imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun ditutup naik sebesar 2 bps di level 7,703% dan tenor 10 tahun ditutup naik sebesar 1 bps di level 7,925%. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 8179% dan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 6 bps di level 8,227%.
 
  • Adanya koreksi harga pasca keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan, mendorong terjadnya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara dalam sepekan, dengan rata - rata telah mengalami kenaikan sebesar 26 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor pendek dan menengah.
 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara didukung oleh membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS serta imbal hasil surat utang global yang juga cenderung mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 masing - masing mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 4,525% dan 5,353% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 20 bps dan 55 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 2,856%.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara pada akhir pekan mengalami lonjakan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp45,69 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,29 triliun. Lonjakan volume perdagangan didominasi oleh perdagangan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 yang mencapai Rp38,89 triliun dari 94 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,27% yang diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp2,53 triliun dari 27 kali transaksi di harga rata - rata 102,46%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp160,8 miliar dari 20 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 Seri B (SSMM01B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp30 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,41% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Mitra Adiperkasa Tahap III Tahun 2014 Seri B (MAPI01BCN3) senilai Rp24 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 103,97%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup melemah sebesar 12,00 pts (0,09%) pada level 13395,00 per dollar Amerika. Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13365,00 hingga 13432,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah cenderung mengalami pelemahan hampir pada keseluruhan sesi perdagangan meskipun sempat menguat terbatas jelang berakhirnya sesi perdagangan di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional yang diiktui oleh Dollar Singapura (SGD) dan Rupee India (INR). Sementara itu Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR).
 
  • Dalam sepekan terakhir, mata uang regional mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika seiring dengan penguatan mata uang dollar Amerika terhadap mata uang global pasca keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan. Yen Jepang memimpin pelemahan mata uang regional (2,25%) yang diiktui oleh Won Korea Selatan (1,51%) dan Ringgit Malaysia (1,19%).
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak bervariasi dengan perubahan harga yang relatif terbatas ditengah investor yang masih akan menantikan beberapa agenda ekonomi yang akan disampaikan dalam sepekan kedepan. Dari dalam negeri, Bank Indonesia akan menyampaikan data Statistik Utang Luar Negeri (ULN) untuk periode Oktober 2016 dimana pada akhir kuartal III 2016, Utang Luar Negeri Indonesia tercatat sebesar USD325,3 miliar atau tumbuh 7,8% (yoy).
 
  • Sementara itu dari eksternal, dalam sepekan kedepan terdapat beberapa agenda yang akan dicermati oleh investor diantaranya adalah Pidato Gubernur Bank Sentral Amerika pada tanggal 19 Desember 2016, data GDP Amerika kuartal III 2016 (final) serta data Inflasi dan Personal Income and Outlays di tanggal 22 Desember 2016.
 
  • Adapun dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global di akhir pekan kemarin bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 2,599% dimana imbal hasil US Treasury sempat turun hingga ke level 2,559% setelah sempat mengalami lonjakan kenaikan imbal hasil pasca keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) ditutup turun masing - masing pada level 0,314% dan 1,438% setelah mengalami lonjakan kenaikan akibat keputusan dari Bank Sentral Amerika. Meredanya tekanan jual dari surat utang global kami perkirakan akan berdampak positif terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara baik yang denominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika. Hanya saja kami juga memperkirakan volume perdagangan masih akan terbatas di tengah investor yang masih akan mencermati beberapa agenda ekonomi dalam sepekan kedepan.
 
  • Secara teknikal, harga Surat Utang Negara mulai menunjukkan adanya sinyal pembalikan arah dari tren kenaikan menjadi penurunan setelah mengalami koreksi harga dalam beberapa hari terakhir. Hal tersebut memerlukan konfirmasi dalam beberapa hari perdagangan kedepan apakah harga Surat Utang Negara akan kembali pada tren kenaikan atau justru akan berbalik arah menjadi tren penurunan.
 
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Seiring dengan mulai dapat ditransaksikan di pasar sekunder, Obligasi Negara Ritel seri ORI013 akan mendominasi volume perdagangan dalam beberapa hari kedepan. Dengan tenor yang pendek serta tingkat imbal hasil yang menarik, ORI013 dapat menjadi alternatif pilihan bagi investor untuk menempatkan dananya di Surat Berharga Negara terlebih ditengah kondisi harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. 
     
  • Pada sepekan kedepan terdapat empat surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp2,348 triliun.
 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mempertahankan peringkat "idAAA" terhadap Obligasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang akan jatuh tempo senilai Rp808 miliar.
 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idAAA(gg)" terhadap peringkat Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2016 yang akan diterbitkan oleh PT Hutama Karya (Persero) dan mempertahankan peringkat "idA-" terhadap peringkat PT Hutama Karya (Persero) dan obligasi yang telah diterbitkan perseroan.
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group