Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

18 September 2018

Fixed Income Notes 18 September 2018

  • Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 17 September 2018 bergerak bervariasi di tengah menguatnya mata uang Dollar Amerika serta defisit neraca perdagangan bulan Agustus 2018.
  • Pada perdagangan kemarin, arah perubahan harga cukup bervariasi dimana pada tenor pendek pergerakan harga cenderung mengalami penurunan, sementara itu untuk tenor menengah justru terlihat mengalami kenaikan. Penurunan harga hingga sebesar 10 bps pada Surat Utang Negara bertenor pendek telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 5 bps. Sementara itu adanya kenaikan harga pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah yang berkisar antara 10 - 35 bps telah mendorong terjadinya penurunan imabl hasil yang berkisar antara 2 - 7 bps. Adapun pada tenor panjang, arah pergerakan harga yang terjadi cukup bervariasi dengan perubahan harga yang berkisar antara 5 - 70 bps sehingga mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil sebesar 1 - 7 bps. 
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh kembali menguatnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang regional, termasuk terhadap mata uang Rupiah. Kondisi tersebut kembali mendorong kekhawatiran investor terhadap pasar Surat Uatng Negara, terlebih data neraca perdagangan di bulan Agustus 2018 kembali mengalami defisit. Badan Pusat Statistik menyampaikan bahwa nilai ekspor di bulan Agustus 2018 sebesar US$15,82 miliar dengan nilai impor senilai US$16,83 miliar sehingga neraca perdagangan di bulan Agustus 2018 mengalami defisit sebesar US$1,02 miliar. Angka defisit tersebut melebihi estimasi analis yang memperkirakan tejadinya defisit sebesar US$674 juta. Dengan angka defisit tersebut maka sepanjang tahun 2018, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan defisit sebesar US$4,08 miliar. Adanya defisit neraca perdagangan tersebut turut berdampak terhadap penurunan angka cadangan devisa dimana pada saat yang sama penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi oleh keluarnya aliran modal investor asing di pasar keuangan Indonesia serta ditengah upaya intervensi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin relatif bergerak terbatas dengan perubahan yang terjadi hingga sebesar 1 bps. Imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps di level 8,278% dan 8,374%. Adapun imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun tidak banyak mengalami perubahan, dengan tingkat imbal hasilnya masing - masing sebesar 8,623% dan 8,929%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, perubahan tingkat imbal hasilnya mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan  tenor seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO23 dan INDO43 mengalami kenaikan sebesar 3 bps masing - maisng di level 4,095% dan 5,084% setelah mengalami koreksi harga sebesar 10 bps dan 45 bps. Adapun imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 4,508% setelah mengalami koreksi harga sebesar 30 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan adanya peningkatan, yaitu senilai Rp12,23 triliun dari 36 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,13 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,52 triliun dari 33 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 90,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp983,0 miliar dari 37 kali transaksi di harga rata - rata 84,97%. Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR010 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,18 triliun dari 14 kali transaksi di harga rata - rata 96,00% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS005 senilai Rp507,58 miliar dari 14 kali transaksi di harga rata - rata 97,09%. 
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,72 triliun dari 38 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap II Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp500 miliar dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Indomobil Finance Tahap III Tahun 2018 Seri B (IMFI03BCN3) senilai Rp272 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,35%.
  • Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup pada level 14880,00 per Dollar Amerika, mengalami penurunan sebesar 73,50 pts (0,50%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak pada kisaran 14862,80 hingga 14915,00 per Dollar Amerika, nilai tukar rupiah terlihat mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan seiring dengan penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang regional. Mata unag Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika dengan mengalami pelemahan sebesar 0,98% dan diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,80%. Adapun pelemahan mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika semakin diperparah dengan data defisitneraca perdagangan di bulan Agustus 2018 yang lebih besar dari perkiraan. 
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya juga terlihat bervariasi. Imbal hasil dari US Terasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan sedikit mengalami penurunan di level 2,981% dengan tenor 30 tahun ditutup pada level 3,124%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman ditutup naik pada level 0,462% begitu pula dengan imbal hasil surat utang Inggris yang ditutup dengan kenaikan di level 1,535%. Sedangkan imbal hasil surat utang India ditutup turun di level 8,106% begitu pula dengan imbal hasil surat utang Malaysia yang ditutup turun di level 4,090%. 
  • Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi, dengan adanya perubahan sinya pada Surat Utang Negara dengan tenor hingga 10 tahun yang mulai menunjukkan arah perubahan tren dari penurunan menjadi tren kenaikan harga. Selain itu harga Surat Utang Negara secara rata - rata telah meninggalkan area jenuh jual (oversold) seiring dengan adanya kenaikan harga yang terjadi pada beberapa hari perdagangan terakhir.  
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan perhatian investor tertuju pada rencana dikenakannya tarif perdagangan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap baranng - barang yang berasal dari China. Mata uang Dollar Amerika terlihat melemah jelang pengumuman tarif perdagangan tersebut sehingga membuka peluang penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika pada perdagangan hari ini. Sementara itu pemerintah pada hari ini berencana untuk melakukan lelang penjualan Sukuk Negara dengan target penerbitan sebesar Rp4 triliun. 
  • Rekomendasi : Dengan masih cukup berfluktuasinya pergerakan harga Surat Utang Negara ditengah meningkatnya tensi perang dagang, maka kami masih menyarankan kepada investor untuk mencermati harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah yang telah membentuk tren kenaikan harga. Beberapa pilihan untuk seri - seri tersebut adalah *ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0036, FR0031, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046,  dan FR0070*. Adapun bagi investor yang ingin menempatkan dananya pada instrumen Sukuk, dapat mengikuti lelang penjualan Sukuk Negara yang dilakukan oleh pemerintah pada hari ini. 
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 05032019
  • (reopening), PBS016 (reopening), PBS002 (reopening), PBS017 (reopening),PBS012 (reopening) dan PBS015 (reopening) pada hari Selasa tanggal 18 September 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group