Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

18 Oktober 2016

Fixed Income Notes 18 Oktober 2016

  •   Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 17 Oktober 2016 mengalami kenaikan di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global serta masih berlanjutnya aksi jual oleh investor asing. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 7 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara bertenor pendek.

 

  •   Koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin terimbas terkoreksinya harga surat utang global di tengah menguatnya sinyal kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) di akhir tahun 2016. Selain itu koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin juga masih dipengaruhi oleh masih berlanjutnya aksi jual Surat Utang Negara oleh investor asing.

 

  •   Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 14 Oktober 2016, investor asing telah mencatatkan penjualan bersih (net sell) Surat Berharga Negara senilai Rp5,01 triliun di bulan Oktober 2016 dengan kepemilikan di Surat Berharga Negara senilai Rp679,98 triliun. Data neraca perdagangan di bulan September 2016 yang kembali mengalami surplus tidak cukup kuat untuk menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.

 

  •   Badan Pusat Statisitk menyatakan bahwa pada bulan September 2016 terjadi surplus neraca perdagangan senilai US$1,21 miliar dengan nilai ekspor yang senilai US$12,51 miliar dan nilai impor yang senilai US$11,30 miliar. Surplus neraca perdagangan tersebut lebih tinggi dari estimasi analis yang sebesar US$588 juta dan naik dibandingkan surplus periode Agustus 2016 yang sebesar US$363 juta.

 

  •   Sehingga secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing sebesar 5 bps pada level 6,946% dan 7,050%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami kenaikan sebesar 4 bps dan 3 bps di level 7,339% dan 7,497%.

 

  •   Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, imbal hasilnya juga mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan tenor dengan kenaikan yang berkisar antara 1 - 9 bps. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 2,418% setelah mengalami koreksi harga sebesar 8 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 6 bps di level 3,532% dan 4,579% setelah mengalami koreksi harga sebesar 50 bps dan 100 bps.

 

  •   Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,37 triliun dari 29 seri Surat Utang Negara dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,99 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai RP1,19 triliun dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 109,29% dan diikuti oleh volume perdagangan seri FR0061 senilai Rp976,5 miliar dari 32 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,11%.

 

  •   Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp464 miliar dari 17 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi I Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2016 Seri A (IIFF01A) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300 miliar dari 5 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,06%.

 

  •   Adapun nilai tukar rupiah  terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 36,00 pts (0,28%) pada level 13069,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13037,00 hingga 13079,00 nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan di tengah pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Dollar Taiwan (TWD).

 

  •   Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak bervariasi dengan meredanya tekanan jual setelah imbal hasil surat utang global kembali mengalami penurunan pada perdagangan di hari Senin. 

 

  •   Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun pada level 1,768% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,799% di tengah pelaku pasar yang masih mencari sinyal kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Jermen (Bund) dengan tenor yang sama pada perdagangan kemarin ditutup turun terbatas di level 0,052% dari posisi penutupan di akhir pekan di level 0,056% setelah sempat menyentuh level tertingginya pada perdagangan kemarin di kisaran 0,10% yang merupakan posisi tertingginya dalam empat bulan terakhir. Adapun imbal hasil surat utang Jepang ditutup naik terbatas di level -0,057% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,059%.

 

  •   Sedangkan dari faktor domestik, pelaku pasar akan menantikan pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 - 20 Oktober 2016 dimana analis memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,00%. Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren penurunan sehingga kami perkirakan dalam jangka pendek harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami penurunan.

 

  •   Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor di atas kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi pasar Surat Utaang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Adapun bagi investor yang berencana untuk menempatkan dananya pada instrumen Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat mengikuti pelaksanaan lelang hari ini, dimana pemerintah berencana menerbitkan SBSN senilai Rp3 triliun dari empat seri SBSN yang ditawarkan kepada investor.

 

  •   Penawaran Obligasi Negara Ritel Seri ORI013. Sejak hari Kamis, 29 September 2016, pemerintah mulai  menawarkan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 melalui agen penjual yang telah ditunjuk.  Tujuan penerbitan ORI013 adalah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2016 dan mengembangkan pasar Surat Utang Negara domestik melalui diversifikasi instrumen sumber pembiayaan dan perluasan basis investor.

 

  •   Rencana lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara Seri SPN-S 19042017  (new issuance), PBS013 (reopening), PBS014 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 18 Oktober 2016.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group