Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

18 November 2016

Fixed Income Notes 18 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 17 November 2016 bergerak bervariasi dengan tenor panjang yang masih terlihat mengalami penurunan jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 9 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah cenderung mengalami kenaikan sementara itu pada tenor panjang terlihat mengalami penurunan.

 

  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 9 bps didoorng oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 3 - 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 5 - 20 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 20 tahun) yang cenderung bergerak dengan mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4 bps didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 35 bps.

 

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih terlihat cenderung mengalami kenaikan, terutama pada tenor di atas 10 tahun didorong oleh masih berlanjutnya aksi beli oleh investor di tengah cukup menariknya tingkat imbal hasil Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor di atas 10 tahun rata - rata masih menawarkan tingkat imbal hasil berkisar antara 7,65% - 8,53% dengan rata - rata sebesar 8,23% yang cukup menarik bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang seperti Dana Pensiun dan Asuransi Jiwa di tengah penurunan tingkat suku bunga deposito perbankan.

 

  • Hanya saja kenaikan harga juga masih terbatas ditengah nilai tukar rupiah yang kembali mengalami pelemahan serta investor asing yang belum kembali aktif untuk melakukan pembelian Surat Utang Negara. Bahkan beberapa seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didorong aksi ambil untung oleh investor.

 

  • Sementara itu dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berakhir kemarin, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%. Kebijakan tersebut sejalan dengan kehati-hatian Bank Indonesia dalam merespon meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global pasca pemilihan umum (Pemilu) di AS, di tengah stabilitas makroekonomi dalam negeri yang tetap terjaga sebagaimana tercermin pada inflasi yang rendah dan defisit transaksi berjalan yang terkendali. Keputusan tersebut masih sesuai dengan ekspaktasi pelaku pasar sehingga dampaknya terhadap pasar surat utang relatif terbatas.

 

  • Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 5 bps di level 7,556% dan penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 4 bps di level 8,217%. Sementara itu imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun relatif bergerak terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 7,711% dan 8,125%.

 

  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan kemarin juga terlihat bervariasi dimana untuk tenor pendek terlihat mengalami kenaikan sementara itu pada tenor menengah dan panjang mengalami penurunan dengan tingkat perubahan yang berkisar antara 1 - 12 bps seiring dengan terus membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 2,879% setelah mengalami kenaiakn harga yang terbatas sebesar 3 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-26 mengalami penurunan sebesar 9 bps di level 4,036% didoorng oleh adanya kenaikan harga yang sebesar 70 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang mengalami penurunan sebesar 6 bps di level 5,079% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 100 bps.

 

  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup tinggi, sebesar Rp12,10 triliun dari 32 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,09 triliun. Obligasi Negara seri FR0069 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,51 triliun dari 20 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 101,53% diikuti oleh volume perdagangan dari Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12170106 senilai Rp1,4 triliun dengan harga rata - rata di level 99,18%.

 

  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp637 miliar dari 19 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I SMART Tahap I Tahun 2012 Seri A (SMAR01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp120 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Panin Tahap I Tahun 2012 (PNBN01SBCN1) senilai Rp93 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,60%.

 

  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 28,00 pts (0,21%) di level 13373,00 per dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan pada kisaran 13331,00 hingga 13436,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah pergerakan nilai tukar mata uang regional yang cukup bervariasi terhadap dollar Amerika. Pelemahan mata uang regional pada perdagangan kemarin dipimpin oleh Ringgit Malaysia (MYR) setelah Bank Sentral Malaysia (BNM) menyatakan bahwa Bank Sentral masih akan membatasi aktivitas perdagangan yang mendorong spekulasi mata uang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Peso Philippina. Adpaun mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional diikuti oleh Yuan China (CNY) dan Baht Thailand (THB).

 

  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak bervariasi dengan potensi terjadinya koreksi setelah imbal hasil surat utang global yang kembali mengalami kenaikan merespon komentr dari Gubernur Bank Sentral Amerika.

 

  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik ke level 2,324% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,223% sebagai respon atas komentar Gubernur Bank Sentral Amerika, Janet Yellen, yang menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan akan dilakukan dalam waktu dekat seklaigus menambahkan bahwa kondisi akan cukup berbahaya apabila terlalu lama menunda untuk menerapkan kebijakan moneter ketat (tight monetary policy).

 

  • Imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga terlihat mengalami kenaikan di level 1,418% dari posisi sebelumnya di level 1,381% adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) terlihat mengalami penurunan terbatas di level 0,292% setelah sempat turun hingga level 0,278% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,296%.

 

  • Sementara itu kami melihat bahwa keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% sudah cukup tepat guna mengantisipasi ketidakpastian di pasar keuangan global pasca pelaksanaan pemilihan umum maupun jelang Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika pada bulan Desember 2016.

 

  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tern penurunan harga dengan kondisi telah meninggalkan area jenuh jual (oversold). Selain itu beberapa seri Surat Utang Negara telah menjauhi level support menunjukkan meredanya tekanan jual oleh investor yang saat ini justru mulai kembali melakukan akumulasi pembelian. Dalam jangka pendek, peluang koreksi harga masih terbuka di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

 

  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pegerakan harga Surat Utang Negara dengan strategi trading bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek memanfaatkan harga Surat Utang Negara yang begerak berfluktuasi. Bagi investor dengan horizon invesasi jangka panjang seperti Dana Pensiun, Asuransi Jiwa tingkat imbal hasil dari Surat Utang Negara yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan untuk kembali melakukan akumulasi secara bertahap dengan pilihan pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 10 tahun. Data dari Kementrian Keuangan menunjukkan bahwa di saat investor asing keluar dari pasar Surat Berharga Negara, investor asuransi dan dana pensiun cukup aktif melakukan pembelian Surat Berharga Negara selain kelompok investor perbankan.

 

  • Ekspektasi meningkatnya laju inflasi di Amerika pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat dorong investor asing untuk keluar dari pasar Surat Utang Negara.

 

  • Rencana Penerbitan Obligasi PT Hutama Karya (Persero) dengan menggunakan skema Jaminan Pemerintah.

 

  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menaikkan peringkat PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dari peringkat "idA" menjadi "idA+".

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group