Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

17 Oktober 2016

Fixed Income Notes 17 Oktober 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 14 Oktober 2016 bergerak terbatas dengan mengalami penurunan pada sebagian besar Surat Utang Negara didukung oleh aksi beli selektif oleh pelaku pasar. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor 1 - 10 tahun.
 
  • Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didorong oleh aksi beli selektif oleh pelaku pasar setelah harga Surat Utang Negara mengalami penurunan sepanjang pekan sebelumnya. Investor kembali melakukan pembelian Surat Utang Negara secara bertahap di tengah tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang cukup menarik untuk diakumulasi setelah pada dua pekan terakhir bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan.
 
  • Namun demikian, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan masih terbatas dimana pelaku pasar juga masih mencermati beberapa pidato dari pejabat Bank Sentral Amerika yang disampaikan pada hari Jum'at waktu setempat.
 
  • Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 2 bps untuk tenor 5 tahun di level 6,893% dan sebesar 4 bps untuk tenor 10 tahun di level 6,997%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 7,301% dan 7,467%.
 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya cenderung bervariasi dengan perubahan tingkat imbal hasil yang relatif terbatas. Imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 1 bps masing - masing pada level 3,476% dan 4,521% setelah mengalami koreksi harga sebesar 10 bps dan 20 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-20 terlihat mengalami penurunan terbatas kuran dari 1 bps di level 2,403%.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp8,43 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan pada hari Kamis. Adapun untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,95 triliun menunjukkan peningkatan dari posisi di hari Kamis. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,48 triliun dari 18 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 105,40% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0056 senilai Rp1,07 triliun dari 32 kali transaksi di harga rata - rata 109,71%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp437,60 miliar dari 22 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II WOM Finance Tahap I Tahun 2016 Seri A (WOMF02ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp80 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,48% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Bank CIMB Niaga Tahap I Tahun 2012 Seri B (BNGA01BCN1) senilai Rp75 miliar dari 9 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,19%.
 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat terhadap dollar Amerika,  sebesar 40,00 pts (0,31%) di level 13033,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13021,00 hingga 13089,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah cenderung mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan seiring dengan  penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Baht Thailand (THB) memimpin penguatan mata uang regional diikuti oleh Rupee India (INR) dan Ringgit Malaysia (MYR). Hanya saja, dalam sepekan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika masih mengalami pelemahan seiring dengan menguatnya mata uang dollar Amerika di tengah spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) pada akhir tahun 2016.
 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara kembali akan berpeluang untuk mengalami penurunan didorong oleh sentiman kenaikan imbal hasil surat utang global.
 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan di akhir pekan ditutup naik pada level 1,805% yang merupakan posisi tertingginya sejak 3 Juni 2016 sebagai respon atas pidato dari pejabat Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa seiring dengan meningkatnya kondisi ekonomi Amerika serikat, maka kenaikan suku bunga acuan setidaknya akan dilakukan pada akhir tahun 2016. Imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga mengalami kenaikan di level 0,069% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,037%. Adapun untuk surat utang Jepang, imbal hasilnya mengalami kenaikan terbatas di level -0,059% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,061%. Spekulasi terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika serta koreksi harga yang terjadi pada pasar surat utang global kami perkirakan juga akan mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini terlebih persepsi resiko investor yang tercermin pada angka Credit Default Swap (CDS) juga mengalami peningkatan.
 
  • Sementara itu dari dalam negeri, pada hari ini Badan Pusat Statistik akan menyampaikan data neraca perdagangan bulan September 2016 dimana analis memperkirakan akan terjadi surplus sebesar US$572 juta. Pada bulan Agustus 2016, neraca perdagangan mencatatkan surplus senilai US$294 juta.
 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area konsolidasi setelah mengalami kenaikan harga di akhir pekan. Beberapa seri Surat Utang Negara menunjukkan sinyal perubahan tren dari turun menjadi naik, sementara itu seri lainnya menunjukkan tren penurunan namun mulai menjauhi area jenuh jual (oversold).
 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari data eksternal dan faktor teknikal, maka kami sarankan kepada pelaku pasar untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Bagi  investor jangka panjang serta Industri Keuangan Non Bank (IKNB), peluang adanya koreksi harga dapat dimanfaatkan untuk kembali melakukan pembelian secara bertahap di tengah terbatasnya pasokan Surat Berharga Negara di pasar perdana. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diakumulasi diantaranya adalah FR0069, FR0053, FR0061, FR0046 dan FR0068.
 
  • Penawaran Obligasi Negara Ritel Seri ORI013. Pada hari Kamis, 29 September 2016 hingga 20 Oktober 2016, pemerintah   menawarkan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 melalui agen penjual yang telah ditunjuk.  Tujuan penerbitan ORI013 adalah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2016 dan mengembangkan pasar Surat Utang Negara domestik melalui diversifikasi instrumen sumber pembiayaan dan perluasan basis investor.
 
  • Pada sepekan kedepan terdapat satu surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp2 triliun.
 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mempertahankan peringkat Medium Term Note I Tahun 2015 yang diterbitkan oleh PT Mitsubishi UFJ Lease & Finance Indonesia pada peringkat "idAAA(cg)".
 
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap II Tahun 2016.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group