Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

17 November 2017

Fixed Income Notes 17 November 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 16 November 2017 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan didorong oleh stabilnya nilai tukar rupiah di tengah tren kenaikan imbal hasil surat utang global . 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 7 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1,1 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 5 bps dengan adanya kenaikan harga hingga sebesar 7 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps dengan adanya kenaikan harga hingga sebesar 7 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang cenderung bergerak dengan mengalami penurunan berkisar antara 1 - 7 bps setelah didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 80 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didukung oleh stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah mata uang regional yang juga mengalami pergerakan bervariasi terhadap dollar Amerika. Investor juga terlihat tidak cukup aktif melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terjadinya pergerakan imbal hasil yang bervariasi. 
  • Adapun dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yanga berakhir pada hari Kamis kemarin kembali memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,25%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,50% dan Lending Facility tetap sebesar 5,00%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendoorn laju pemulihan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik. Bank Indonesia tetap mewaspadai dan mencermati sejumlah risiko dalam jangka pendek ke depan, baik yang bersumber dari global maupun domestik. Risiko yang berasal dari global antara lain terkait kenaikan inflasi global, arah kebijakan ekonomi dan perdagangan AS, dan dampak lanjutan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta risiko geopolitik di Eropa. Hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap pasar surat utang, mengingat pelaku pasar telah memperkirakan bahwa Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan serta hasil dari pertemuan yang di sampaikan jelang berakhirnya sesi perdagangan. 
  • Selain itu, penurunan imbal hasil juga didorong oleh masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing dimana pada pertengahan bulan November 2017, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Utang Negara senilai Rp14,7 triliun. 
  • Adapun kombinasi dari beberapa faktor tersebut mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada sebagian besar tenor, namun imbal hasil seri acuan dengan tenor 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing - masing ditutup relatif terbatas kurang dari 1 bps di level 6,253%, 6,641%, 7,114% dan 7,312% 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya masih terlihat mengalami penurunan di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 masing - masing mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 3,672% dan 4,587% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 2 dan 14 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 2,291% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 3 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin tidak cukup besar, senilai Rp8,55 triliun dari 31 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,81 triliun. Obligasi Negara seri FR0075 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,84 triliun dari 109 kali transaksi di harga rata - rata 103,18% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp1,38 triliun dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 104,10%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,11 triliun dari 34 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap II Tahun 2017 Seri D (BBRI02DCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp665 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 102,52% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap II Tahun 2017 Seri A (SMII01ACN2) senilai Rp140 miliar dari 2 kali transaksi di harga 100,04%. 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mampu ditutup dengan mengalami pelemahan terbatas sebesar 9,00 pts (0,06%) pada level 13542,00 per dollar Amerika setelah bergerak berfluktuasi pada kisaran 13533,00 hingga 13551,00 per dollar Amerika. Pelemahan terbatas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang juga didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Peso Philippina (PHP) dan Baht Thailand (THB). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak berfluktuasi dengan berpeluang untuk mengalami koreksi di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global seiring dengan tidak adanya katalis positif untuk menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 2,375% mengalami kenaikan dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,322%. Imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan mengalami kenaikan masing - masing di level 0,381% dan 1,302%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan kembali membuka peluang terjadinya koreksi harga terhadap Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi sehingga dalam jangka pendek harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak mendatar (sideways).  
  • Rekomendasi : Dengan demikian, kami masih menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek hingga menengah seperti seri FR0066, FR0069, FR0053, FR0071, ORI013, FR0073, FR0068, dan FR0072. 
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 08052018 (reopening), PBS011 (reopening), PBS012 (reopening), PBS013 (reopening), dan PBS014 (reopening) pada hari Selasa tanggal 21 November 2017.
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap IV Tahun 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group