Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

17 November 2016

Fixed Income Notes 17 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 16 November 2016 kembali mengalami penurunan didukung oleh aksi beli oleh investor di tengah imbal hasil surat utang global yang juga mengalami penurunan. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 2 - 16 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 6,9 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 5 tahun.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 2 - 11 bps setelah adanya perubahan harga yang berkisar antara 5 - 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 4 - 14 bps setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 20 - 55 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 2 - 16 bps setelah mengalami kenaikan harga hingga sebesar 115 bps.
  • Harga Surat Utang Negara yang kembali bergerak dengan mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didukung oleh aksi pembelian oleh investor setelah harga Surat Utang Negara mengalami koreksi harga dalam beberapa perdagangan terakhor pasca pelaksanaan pemilihan umum Presiden Amerika. Kekhawatiran atas kebijakan ekonomi yang akan diimplememtasikan oleh pemerintahan presiden terpilih mendorong ekspektasi kenaikan laju inflasi di Amerika sehingga berpotensi mendorong Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan.
  • Menguatnya nilai tukar rupuah terhadap dollar Amerika juga turut mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
  • Ssecara keseluruhan, kombinasi dari beberapa faktor tersebut telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan 5 tahun dan 10 tahun masing - masing sebesar 14 bps di level 7,506% dan 7,703%. Adpaun imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan sebesar 9 bps dan 8 bps di level 8,126% dan 8,256%.
  • Penurunan imbal hasil juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika seiring dengan membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika mengalami penurunan pada hampir keseluruhan seri dengan penurunan berkisar antara 1 - 14 bps. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 2,895%. Sementara itu imbal hasil dari INDO-26 mengalami penurunan sebesar 9 bps di level 4,130% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 70 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang mengalami penurunan sebesar 7 bps di level 5,136% didorong oleh adanya kenaikan harga yang sebesar 110 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar meskipun terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp10,27 triliun dari 31 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,03 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,51 triliun dari 41 kali transaksi di harga rata - rata 102,71% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0073 senilai Rp1,37 triliun dari 49 kali transaksi di harga rata - rata 105,70%.
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,35 triliun dari 50 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II BFI Finance Indonesia Tahap II Tahun 2015 Seri C (BFIN02CCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp140 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,02% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap II Tahun 2016 Seri A (BIIF01ACN2) senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 101,27%.
  • Di pasar valas, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 24,00 pts (0,18%) pada level 13345,00 per dollar Amerika. Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13318,00 hingga 13415,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sempat dibuka menguat di awal perdagangan namun melemah pada pertengahan perdagangan di tengah - tengah pelemahan nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang regional kembali mengalami pelemahan dipimpin oleh Peso Philippina (PHP) dan diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) serta Baht Thailand (THB).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpotensi mengalami kenaikan meskipun akan dibatasi oleh faktor penguatan dollar Amerika terhadap mata uang global yang kami perkirakan juga akan menekan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini. Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin bergerak cukup bervariasi sebagai respon atas ekspektasi kebijakan presiden terpilih Donald Trump serta kebijakan Bank Sentral Amerika yang akan diambil pada pertemuan di bulan Desember mendatang.
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 2,214% mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya di level 2,220% setelah sempat naik hingga ke level 2,261%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup turun pada level 0,289% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,306% sedangkan imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) justru terlihat naik ke level 1,384% dari posisi penutupn sebelumnya di level 1,377%. Imbal hasil surat utang Jepang juga mengalami kenaikan di level 0,018% setelah Bank Sentral Jepang (BOJ) mengumumkan bahwa tidak ada perubahan kebijakan jumlah pembelian obligasi di pasar sekunder.
  • Sedangkan dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan kebijakn moneter yang akan diambil oleh Bank Indonesia di mana konsensus analis memperkirakan bahwa suku bunga acuan masih akan dipertahankan di posisi 4,75%. Analis juga akan mencermati kebijakan yang akan diambil oleh Bank Indonesia sebagai respon atas fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang cenderung melemah pasca pemilihan umum Presiden Amerika Serikat.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara secara umum masih berada pada tren penurunan meskipun mulai meninggalkan area jenuh jual (oversold) dan level support-nya setelah mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin. Kami perkirakan hal tersebut dalam jangka pendek masih akan membatasi potensi kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder terlebih juga didukung oleh investor asing yang masih menunjukkan penjualan bersih terhadap Surat Utang Negara di bulan November 2016.
  • Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) seperti dana pensiun dan asuransi jiwa, kami masih merekomendasikan beli terhadap Surat Utang Negara di tengah tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang masih cukup menarik  di tengah melandaiya tingkat suku bunga deposito perbankan serta pasar saham yang juga masih bergerak berfluktuasi. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, strategi trading jangka pendek dengan menggeser portolio dari tenor panjang ke tenor pendek akan cukup tepat di tengah kondisi pasar yang cukup berfluktuasi dengan pilihan diantaranya ada pada seri FR0066, FR0069 dan FR0036. 
  • Pencatatan Sukuk Mudharabah Subordinasi I Bank BRISyariah Tahun 2016.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idAA-" terhadap peringkat PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
  • Peringkat PT BCA Finance dipertahankan pada peringkat "idAAA".

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group