Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

17 Juni 2019

Fixed Income Notes 17 Juni 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 14 Juni 2019 kembali ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah ekspektasi penurunan suku bunga global akibat penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
 
Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1–45 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami kenaikan imbal hasil yang terbatas, sementara itu pada tenor menengah dan panjang cenderung mengalami penurunan. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya rata-rata perubahan harga sebesar 4,5 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami perubahan sebesar 3 - 5 bps yang didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 28 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang bergerak  menurun berkisar antara 1 - 45 bps dengan didorong oleh adanya rata-rata perubahan harga sebesar 74 bps.

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh minimnya katalis dari dalam dan luar negeri yang mendorong investor untuk melakukan transaksi di pasar sekunder. Pelaku pasar global masih mencermati perkembangan kebijakan moneter yang akan diambil oleh pemerintah Amerika Serikat terutama kebijakan penentuan suku bunga acuan oleh The Fed ditengah ekspektasi penurunan suku bunga global akibat adanya penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Adapun kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga diikuti oleh kenaikan harga surat utang negara berkembang lainnya.

Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar juga mencermati pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN2019. Pemerintah akan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada hari Selasa, tanggal 18 Juni 2019 dari tujuh seri surat utang yang ditawarkan.

Berlanjutnya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga berdampak terhadap perubahan imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan. Imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing sebesar 4,2 bps di level 7,164% dan 7,657%. Adapun untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 3 bps pada level 7,985% dan untuk tenor 20 tahun relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 8,136%.

Sedangkan dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan arah perubahan yang mengalami penurunan pada semua serinya. Perubahan harga dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika cenderung didapati tren naik selama seminggu terakhir ini sehingga berpengaruh terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya. Imbal hasil dari INDO24 ditutup pada level 3,131% dan INDO29 pada level 3,494% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO49 ditutup pada level 4,309% dengan tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Kamis masih cukup besar meskipun terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan yang dilaporkan di hari Kamis, senilai Rp11,39 triliun dari 38 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,24 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,36 triliun dari 73 kali transaksi di harga rata - rata 103,25% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp795,87 miliar dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 103,27%. Sementara itu, dari Surat Berharga Syariah Negara dengan volume terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 senilai Rp1,39 triliun dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh volume Sukuk Ritel Negara dengan seri SR011 sebesar Rp904,76 miliar untuk 172 kali pedagangan.

Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, terjadi penurunan volume perdagangan dari pelaporan sebelumnya, yaitu senilai Rp761,4 miliar dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank Danamon Tahap I Tahun 2019 Seri B (BDMN01BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150 miliar dari  3 kali transaksi di harga rata - rata 100,04% yang diikuti oleh perdagangan  Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (WOMF03ACN2) senilai Rp118 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 100,24%.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah terbatas di level 14325,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 45,00 pts (0,31%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak pada kisaran 14275,00 hingga 14325,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjadi di tengah bervariasinya arah pergerakan nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Baht Thailand (THB) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,29% yang diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,14%. Sedangkan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Rupee India (INR) keduanya memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,31% yang kemudian diikuti oleh mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,30% dan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,19% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas di pasar sekunder jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan pekan ini. Pada hari Selasa, 18 Juni 2019 pemerintah berencana untuk mengadakan lelang penjualan Surat Utang Negara dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang pelaksanaan lelang, harga Surat Utang Negara bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami pelemahan dikarenakan investor yang berharap untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih menarik melalui lelang.

Namun demikian, di tengah masih tingginya aliran modal asing yang masuk di pasar Surat Utang Negara, akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 12 Juni 2019, investor asing mencatatkan pembelian bersih senilai Rp891,00 miliar dibandingkan dengan posisi di tanggal 11 Juni 2019. 

Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup mengalam penurunan terbatas di level 2,087% serta tenor 30 tahun ikut ditutup menurun pada level 2,587% di tengah pelaku pasar yang menantikan FOMC Meeting yang dilaksanakan oleh The Fed pada tanggal 18-19 Juni 2019 besok. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun terpantau mengalami kenaikan masing - masing pada level –0,254% dan 0,85%.

Rekomendasi
Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami melihat beberapa seri Surat Utang Negara yang masih cukup menarik untuk diperdagangkan di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang mulai terbatas, yaitu seri FR0053, FR0061, FR0063, FR0056, FR0059, FR0064, FR0071, FR0073 dan FR0058.
 
Pada sepekan kedepan terdapat empat surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,05 triliun.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group