Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

17 Juli 2017

Fixed Income Notes 17 Juli 2017

  • Aksi jual di pasar sekunder mendorong imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 14 Juli 2017 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan di     tengah penurunan imbal hasil yang terjadi di pasar surat utang global. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin berkisar antara 1 - 7 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 6 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) cenderung mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 - 6 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 30 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak cukup bervariasi dengan perubahan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 7 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 80 bps. 
  • Harga Surat Utang Negara yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan kemarin didorong oleh aksi jual oleh pelaku pasar yang mewaspadai kenaikan imbal hasil dari US Treasury sebagai respon atas kemungkinan Bank Sentral Eropa  yang akan mengurangi stimulusnya di bulan September. Imbal hasil surat utang global di Eropa dan Amerika mengalami kenaikan sebagai respon atas rencana kebijakan ECB tersebut. 
  • Sehingga secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak dengan mengalami penurunan pada perdagangan di hari Jum'at telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 1 bps di level 6,772%. Sedangkan untuk tenor 10 dan 15 tahun masing - masing mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 6,936% dan 7,423%. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor 20 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 7,703%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, keseluruhan tenor mengalami kenaikan imbal hasil ditengah penurunan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 2,260% setelah mengalami kenaikan harga terbatas sebesar 2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 terlihat megalami kenaikan masing - masing sebesar 3 bps di level 3,827% dan 4,667% setelah mengalami koreksi harga sebesar 25 dan 50 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-37 terlihat mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 4,717%. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp8,15 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,75 triliun. Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,48 triliun dari 89 kali transaksi di harga rata - rata 106,33% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,24 triliun dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 100,8%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp621,35 miliar dari 25 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Subordinasi Bank Panin III Tahun 2010 (PNBN04SB)  mejadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp162 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 101,07% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Bank Victoria II Tahun 2012 (BVIC02SB) senilai Rp100 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,2%.
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 9,00 pts di level 13339,00 per dollar Amerika setelah bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13329,00 hingga 13352,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak cukup bervariasi terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) yang diikuti oleh Baht Thailand (THB) dan Rupiah Indonesia (IDR). Adapun mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan tehadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan diantaranya adalah Peso Philippina (PHP), Dollar Taiwan (TWD) dan Dollar Singapura (SGD). 
  • Dalam sepekan terakhir, mata uang regional bergerak dengan kecenderungan mengalami penguatan dengan dipimpin oleh penguatan Won Korea Selatan dan Baht Thailand seiring dengan pelemahan dollar Amerika terhadap mata uang dunia. 
  • Pelaku pasar pada hari ini akan menantikan disamlaikannyabdata neraca lerdagangan oleh Badan Pusat Statistik. Data neraca perdagangan tersebut akan cukup penting mengingat aktifitas perdagangan ekspor dan impor menjadi penunjuang pertumbuhan ekonomi di kiartal I 2017 dimana pada saat itu pertumuhan dari sektor konsumsi justru mengalami penurunan.
  • Adapun dari faktor eksternal, data inflasi Amerika di bulan Juni 2017 yang tidak mengalami perubahan divandingkan dengan bulan Mei 2017 dengan laju inflasi tahunan sebesar 1,6% serta data penjualan ritel yang mengalami penurunan di bulan Juni 2017 memudarkan ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan kemabli FFR di tahun 2017. Respon pelaku pasar terhadap kedua data ekonomi amerika di akhir pekan kemarin terlihat pada penurunan US Treasury di semua tenor, dimana hal tersebut kami perkirakan juga akan berdampak positif terhadap pergerakan harga surat utang negara baik mata uang rupiah maupun denominasi mata uang asing. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun terbatas di level 2,33% serta tenor 30 tahun juga mengalami penurunan di level 2,91%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1 bps di level 0,59% sedangkan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup dengan mengalami kenaikan di level 1,31%. 
  • Adapun secara teknikal, pergerakan harga Surat Utang Negara masih berada pada tren sideways, pelaku pasar cenderung menahan diri untuk melakukan perdagangan di pasar sekunder. Dengan kondisi tersebut maka terbuka peluang harga Surat Utang Negara untuk mengalami kenaikan terlebih didukung dengan potensi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah tren pelemahan nilai tukar dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia yang terjadi sejak awal tahun 2017 serta secara keseluruhan seri - seri Surat Utang Negara sudah mulai menjauhi area jenuh beli (overbought).  
  • Rekomendasi : Kombinasi dari beberapa faktor tersebut kami perkirakan akan berdampak positif terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini sehingga kami sarankan kepada investor untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan strategi trading. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, kami masih merekomendasikan beberapa seri Surat Utang Negara yang masih memberikan tingkat imbal hasil yang cukup menarik seperti seri FR0069, FR0036, FR0031, FR0034, FR0050 dan FR0057. Adapun ORI103 masih memberikan tingkat imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan  dengan Obligasi Negara dengan tenor yang sama. 
  • Pada sepekan kedepan terdapat dua surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp2,5 triliun. 
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan III Adira Finance Tahap VI Tahun 2017 pada tanggal 17 Juli 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group