Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

16 Mei 2018

Fixed Income Notes 16 Mei 2018

  • Defisitnya neraca perdagangan di bulan April 2018 serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dukung kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 15 Mei 2018. 
  • Kenaikan imbal hasil berkisar antara 1 - 2 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 2 - 7 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 3 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 10 - 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 - 3 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 1,1 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 4 - 25 bps. 
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh aksi wait and see sebagai respon atas Rapat Dewan Bank Indonesia yang akan menentukan kebijakannya mengenai suku bunga acuannya. Adapun kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara juga didorong oleh data neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa di bulan April 2018 terjadi defisit neraca perdagangan sebesar US$1,63 miliar yang diperoleh dari nilai ekspor yang sebesar US$14,47 miliar dan nilai impor yang sebesar US$16,09 miliar. Dengan defisitnya neraca perdagangan di bulan April 2018 tersebut, maka neraca perdagangan tahun berjalan (YTD) mencatatkan defisit sebesar US$1,31 miliar. Hal tersebut menjadi katalis negatif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara dimana dengan adanya defisit tersebut akan mendorong penurunan cadangan devisa sehingga akan mengurangi kemampuan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ekspektasi penguatan dollar Amerika di tengah kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. 
  • Selain itu, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga didukung oleh pelemahan nilai tukar rupiah jelang dimulainya Rapat Dewan Gubernur Bank Indoneisia pada perdagangan esok hari. Sehingga secara keseluruhan, kenaikan imbal hasil pada perdagangan kemarin telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun berada pada level 6,716 % (+3 bps), tenor 10 tahun berada pada level 7,047% (+1 bps), tenor 15 tahun berada pada level 7,518% (+3,5 bps) dan tenor 20 tahun berada pada level 7,630% (-1 bps). 
  • Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah tren pergerakan imbal hasil surat utang global yang bergerak naik. Imbal hasil dari INDO-23 mengalami kenaikan yang cukup terbatas kurang dari 1 bps di level 4,012% setelah mengalami koreksi harga sebesar 3 bps. Adapun imbal hasil INDO-28 dan INDO-38 masing - masing ditutup naik sebesar 3,5 bps di posisi 4,430% dan 5,002% setelah mengalami koreksi harga sebesar 25 dan 45 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-48 ditutup naik sebesar 5 bps di level 4,902% didorong oleh koreksi harga sebesar 75 bps.  
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,93 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,12 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,48 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 109,6% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,08 triliun dari 105 kali transaksi di harga rata - rata 99,6% 
  • Sedangkan volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,11 triliun dari 47 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi III Bank BTPN Tahap II Tahun 2017 Seri B  (BTPN03BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp225 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,22% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN2) senilai Rp74 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,82%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 65,00 pts (0,46%) pada level 14037,00 per dollar Amerika setelah bergerak pada kisaran 13989,00 hingga 14037,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tersebut seiring dengan pelemahan mata uang regional di tengah penguatan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Rupiah Indonesia (IDR). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak bervariasi sebagai respon ditengah pelaku pasar yang masih menantikan dimulainya rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Adapun harga Surat Utang Negara kami perkirakan cenderung mengalami penurunan ditengah adanya peluang pelemahan nilai tukar dan kenaikan imbal hasil surat utang global maupun regional. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 3,071% setelah sempat berada pada kisaran 3,000%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup naik pada level 0,640% dan 1,518%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan berdampak negatif terhadap perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi rupiah maupun dollar Amerika pada perdagangan hari ini, terlebih dengan adanya sinyal penguatan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara mulai menunjukkan sinyal tren kenaikan harga pada keseluruhan tenor memberikan peluang kembali terjadinya kenaikan harga pada perdagangan hari ini. Adapun kenaikan harga juga akan didukung oleh adanya sinyal bahwa beberapa seri Surat Utang Negara dengan tenor panjang masih berada di area jenuh jual (oversold). 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum tren kenaikan harga. Beberapa pilihan yang masih menarik adalah seri FR0069, FR0073, ORI013, FR0058, FR0074, FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0075.  
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp4,055 triliun dari lelang penjualan Sukuk Negara seri SPN-S 03112018 (reopening), PBS002 (reopening), PBS004 (reopening), PBS012 (reopening), PBS016 (reopening), dan PBS017 (reopening) pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group