Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

16 Maret 2018

Fixed Income Notes 16 Maret 2018

  • Menurunnya angka defisit neraca perdagangan di bulan Februari 2018 dukung penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 15 Maret 2018 seiring dengan penurunan surat utang regional. 
  • Penurunan imbal hasil berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor 5 - 12 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 1 - 10 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 3 - 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami penurunan yang berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 1 - 60 bps. 
  • Bervariasinya pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh aksi pembelian investor sebagai respon atas data neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa di bulan Februari 2018 masih terjadi defisit neraca perdagangan sebesar US$0,12 miliar yang diperoleh dari nilai ekspor yang sebesar US$14,10 miliar dan nilai impor yang sebesar US$14,21 miliar. Dengan defisit neraca perdagangan di bulan Februari 2018 tersebut, maka neraca perdagangan tahun berjalan (YTD) mencatatkan defisit sebesar US$0,80 miliar. Namun defisit neraca perdaganga tersebut dibawah ekspekstasi para ekonom sehingga hal tersebut menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara dimana dengan adanya penurunan angka defisit tersebut akan mendorong surplusnya neraca perdagangan di bulan Maret 2018 sehingga akan mendukung peningkatan cadangan devisa sehingga akan menambah kemampuan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ekspektasi penguatan dollar Amerika di tengah kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. 
  • Selain itu, penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin tidak didukung oleh pelemahan nilai tukar rupiah jelang dimulainya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika pada pekan depan. Sehingga secara keseluruhan, penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun berada pada level 6,107 % (-1 bps), tenor 10 tahun berada pada level 6,669% (1 bps), tenor 15 tahun berada pada level 6,950% (-5,5 bps) dan tenor 20 tahun berada pada level 7,291% (1,5 bps). 
  • Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah tren pergerakan imbal hasil surat utang regional yang bergerak turun. Imbal hasil dari INDO-23 dan INDO-28 masing - masing ditutup turun sebesar 3 bps di posisi 3,741% dan 4,080% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 12 dan 20 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-38 ditutup turun sebesar 4 bps di level 4,761% didorong oleh kenaikan harga sebesar 60 bps. Sementara itu INDO-48 imbal hasilnya didututp turun sebesar 4,5 bps di level 4,700% dengan didukung oleh kenaikan harga sebesar 65 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp17,19 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp8,50 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,87 triliun dari 116 kali transaksi di harga rata - rata 96,86% yang diikuti oleh perdagangan Surat Perbendahraan Negara seri SPN03180430 senilai Rp1,96 triliun dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 99,50% 
  • Sedangkan volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp758 miliar dari 34 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III BFI Finance Indonesia Tahap IV Tahun 2018 Seri C (BFIN03CCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp350 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II SAN Finance Tahap I Tahun 2016 Seri B (SANF02BCN1) senilai Rp60 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 102,50%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 15,00 pts (0,10%) pada level 13749,00 per dollar Amerika setelah bergerak pada kisaran 13738,00 hingga 13758,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tersebut seiring dengan pelemahan mata uang regional di tengah penguatan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan Peso Philippina (PHP). Adapun mata uang Ringgit Malaysia (MYR) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) dan Baht Thailand (THB). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak bervariasi jelang Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika pada pekan depan. Adapun harga Surat Utang Negara kami perkirakan akan cenderung mengalami koreksi harga pada hari ini di tengah pelemahan nilai tukar rupiah serta surat utang global yang kembali mengalami kenaikan imbal hasil. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 2,829% setelah sempat berada pada kisaran 2,800% serta tenor 30 tahun ditutup naik di level 3,058%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup naik pada level 0,574% dan 1,434%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan berdampak negatif terhadap perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi rupiah maupun dollar Amerika pada perdagangan hari ini, terlebih dengan adanya sinyal penguatan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara mulai menunjukkan sinyal tren kenaikan harga pada keseluruhan tenor memberikan peluang kembali terjadinya kenaikan harga pada perdagangan hari ini. Adapun kenaikan harga akan juga akan didukung oleh adanya sinyal bahwa beberapa seri Surat Utang Negara dengan berbagai tenor masih berada di area jenuh jual (oversold). 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum tren kenaikan harga. Beberapa pilihan yang masih menarik adalah seri FR0069, FR0053, ORI013, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072. 
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 07092018 (reopening), PBS002 (reopening), PBS004 (reopening), PBS012 (reopening), PBS016 (reopening), dan PBS017 (reopening) pada hari Selasa tanggal 20 Maret 2018.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menegaskan peringkat “idA-” untuk PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan obligasi perusahaan.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group