Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

16 Desember 2016

Fixed Income Notes 16 Desember 2016

·         Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 15 Desember 2016 mengalami kenaikan didorong oleh keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan serta kembali melahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 20 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 10 bps dimana kenaikan imbal hasil hampir terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara.

 

·         Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 11 - 20 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 7 - 15 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga sebesar 30 - 60 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang terlihat mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 17 bps dengan adanya koreksi harga hingga 175 bps.

 

·         Sempat bergerak bervariasi di awal sesi perdagangan, harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Kamis ditutup dengan mengalami penurunan. Penurunan harga Surat Utang Negara tersebut tidak lepas dari keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada kisaran 0,50% - 0,75% serta proyeksi bahwa Bank Sentral Amerika akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali di tahun 2017. Proyeksi kenaikan suku bunga acuan dari Bank Sentral Amerika tersebut yang menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara, mengingat kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps di bulan Desember 2016 telah diperkirakan oleh pelaku pasar. Selain itu, faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang global juga turut mendorong terjadinya koreksi harga di pasar sekunder.

 

·         Data neraca perdagangan di bulan November 2016 yang mengalami surplus sebesar US$838 juta tidak cukup mampu menahan koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa nilai ekspor di bulan November 2016 mencapai  mencapai US$13,50 miliar atau tumbuh 5,91% dibanding ekspor Oktober 2016 dan juga dibanding November 2015 yang meningkat sebesar 21,34%. Sementara itu nilai impor di bulan November 2016 mencapai US$12,66 miliar atau naik 10,00% apabila dibandingkan Oktober 2016, demikian pula jika dibandingkan November 2015 yang naik sebesar 9,88%. Dengan surplus tersebut, maka hingga bulan November 2016, neraca perdagangan mencatatkan surplus sebesar US$7,79 miliar yang diperolah dari nilai ekspor sebesar US$130,65 miliar dan nilai impor sebesar US$122,86%.

 

·         Selain data neraca perdagangan, juga disampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, dimana RDG Bank Indonesia memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,75%. Kebijakan tersebut konsisten dengan upaya mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

 

·         Secara keseluruhan, koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 15 bps di level 7,684% dan seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 14 bps di level 7,912%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 11 bps masing - masing di level 8,121% dan 8,140%.

 

·         Koreksi harga juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana koreksi harga terjadi pada keseluruhan seri dengan penurunan harga yang cukup besar terjadi pada tenor menengah dan panjang sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 10 bps pada level 2,853% setelah mengalami koreksi harga sebesar 30 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27 mengalami kenaikan sebesar 22 bps di level 5,425% dengan mengalami koreksi sebesar 210 bps dan imbal hasil dari INDO-47 yang mengalami kenaikan sebesar 17 bps di level 5,388% setelah mengalami koreksi harga sebesar 250 bps.

 

·         Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp8,69 triliun dari 31 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangannya senilai Rp2,08 triliun. Perdagangan kemarin didominasi oleh Obligasi NEgara Ritel seri ORI013 yang mencapai Rp2,79 triliun dari 1569 kali transaksi di harga rata - rata 100,14% diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0056, senilai Rp1,56 triliun dari 35 kali transaksi di harga rata - rata 103,12%.

 

·         Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,36 triliun dari 15 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Sinar Mas Multifinance III Tahun 2016 (SMMF03) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1 triliun dari 2 kali transaksi di harga 100,00% diikuti oleh Obligasi Subordinasi III Bank OCBC NISP Tahun 2010 (NISP03SB) senilai Rp93 miliar dari 14 kali transaksi dengan harga rata - rata 101,62%.

 

·         Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 90,00 pts (0,68%) di level 12384,00 per dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13325,00 hingga 13413,00 per dollar Amerika, pelemahan rupiah terjadi seiring dengan mata uang regional yang juga melemah ditengah menguatnya dollar Amerika pasca keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Yen Jepang (JPY) diikuti oleh nilai tukar rupiah dan Won Korea Selatan (KRW).

 

·         Pada perdagangan hari ini, peluang koreksi harga masih terbuka seiring dengan masih berlanjutnya koreksi harga surat utang global pasca keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaiikan suku bunga acuan dan memberikan sinyal adanya kenaikan sebanyak tiga kali di tahun 2017.

 

·         Kekhawatiran atas agresifnya Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan, mendorong investor menjual portofolio mereka dan masuk ke instrumen saham yang diperkirakan akan mendapatkan manfaat dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah Presiden Donald Trump. Analis memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga acuan di Amerika pada tahun 2017 akan terjadi pada bulan Juni 2017. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,586% setelah sempat naik hingga level 2,618% yang merupakan posisi tertingginya sejak September 2014.

 

·         Imbal hasil Surat Utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga terlihat mengalami kenaikan di level 0,364% dan 1,493%. Kenaikan imbal hasil surat utang global tersebut kami perkirakan juga akan berdampak terhadap koreksi harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika terlebih dengan didukung oleh kembali menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang global dimana indeks Dollar pada perdagangan kemarin mencapai posisi tertingginya dalam 14 tahun terakhir. Sementara itu secara teknikal, sinyal perubahan tren pergerakan harga Surat Utang Negara mulai terlihat seiring dengan koreksi harga Surat Utang Negara dalam beberapa hari terakhir jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.

 

·         Rekomendasi : Dengan kombinasi beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading dengan pilihan pada tenor pendek seperti ORI013, FR0038, FR0069, FR0031 dan FR0034. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dan bagi Industri Keuangan Non Bank (IKNB) yang belum memenuhi persyaratan kewajiban penempatan dana investasi di Surat Berharga Negara, momentum koreksi dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi dengan pilihan pada seri FR0074 yang akan menjadi seri acuan pada tahun 2017, seri FR0065, FR0068, FR0062 dan FR0067.

 

·         Bank Indonesia memperkirakan bahwa inflasi 2016 diperkirakan cukup rendah sekitar 3,0-3,2% atau berada di batas bawah kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group