Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

15 November 2018

Fixed Income Notes 15 November 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 14 November 2018 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan meredanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
  • Kenaikan harga Surat Utang negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didapati pada hampir keseluruhan seri Surat Utang negara dimana hal tersebut mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 9 bps. Harga Surat Utang negara dengan tenor pendek bergerak bervariasi dengan perubahan yang berkisar antara 2 bps hingga 10 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5 bps. Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 40 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 2 bps hingga 7 bps. Sedangkan kenaikan harga hingga sebesar 75 bps yang didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang telah menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 9 bps. Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin juga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 7,983%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami penurunan imbal hasil maisng - masing sebesar 7 bps di level 8,061% dan 8,347%. Sedangkan penurunan imbal hasil sebesar 9 bps didapati pada seri acuan dengan tenor 20 tahun di level 8,519%.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didukug oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah, dimana nilai tukar Rupiah berhasil mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika di sepanjang sesi perdagangan. Setelah mengalami koreksi harga pada perdagangan di hari Selasa, 13 November 2018 di melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin menjadi katalis positif bagi pasar Suat Utang Negara. Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi, tidak didukung oleh meningkatnya volume perdagangan. Hal tersebut memberikan sinyal bahwa pelaku pasar masih menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan disampaikannya data neraca perdagangan bulan Oktober 2018 dan data statistik Utang Luar Negeri (ULN) periode September 2018.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harganya terlihat bervariasi namun dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah meningkatnya persepsi risiko yang tercermnin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Perubahan harga relatif terbatas hingga sebesar 23 bps dimana untuk INDO28 mengalami penurunan harga sebesar 10 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 4,793%. Adapun harga dari INDo43 mengalami penurunan sebesar 8 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasilnya kurang dari 1 bps di level 5,438%. Sedangkan untuk INDO23, pergerakan harganya kurang dari 1 bps sehingga tingkat imbal hasilnya masih berada pada level 4,348%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,24 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp895,97 miliar. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp762,53 miliar dari 37 kali transaksi di harga rata - rata 101,09% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp674,31 miliar dari 40 kali transaksi di harga rata - rata 100,60%. Sementara itu Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp184,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,37% yang diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 senilai Rp150,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,12%. 
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp540,52 miliar dari 35 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi PLN XI Tahun 2010 Seri B (PPLN11B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp160,00        miliar dari 4 kali transaski di harga rata - rata 104,77% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi I Bank Mandiri Taspen POS Tahun 2017 Seri A (BMTP01A) senilai Rp50,00  miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,37%.
  • Dibuka menguat sejak awal perdagangan di level 14782,50 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 
  • 18,50 pts (0,12%) di level 14786,50 per Dollar Amerika. Nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14739,00 hingga 14787,50 per Dollar Amerika di tengah relatif terbatasnya pergerakan mata uang regional terhadap Dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) mengalami  penguatan terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,58% di tengah penurunan harga komoditas minyak meredakan kekhawatiran terhadap melebarnya defisit neraca berjalan (Current Account Deficit) di negara tersebut. Adapun Mata uang Dollar Singapura (SGD) mengalami pelemahan terbatas terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,12% yang diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,11% dan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,08%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan terutama pada surat utang negara - negara maju yang dianggap sebagai safe haven asset. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan yang terbatas di tengah kembali terkoreskinya pasar saham di Amerika serta laju inflasi yang masih tumbuh sesuai dengan perkiraan pelaku pasar. Adapun koreksi yang juga terjadi di pasar saham kawasan Eropa telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman masing - masing di level 1,481% dan 0,393%. Surat utang regional yang mengalami kenaikan imbal hasil adalah surat utang Malaysia yang ditutup dengan kenaikan di level 4,164%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan didukung ole faktor nilai tukar Rupiah yang kami perkirakan akan kembali mengalami penguatan seiring dengan melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Hanya saja, pelaku pasar masih akan mencermati hasil dari RDG Bank Indonesia yang akan berakhir pada hari ini dimana pelaku pasar memperkirakan bahwa RDG Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Selain itu pelaku pasar juga akan menantikan disampaikannya data Neraca Perdagangan yang akan disampaikan oleh Badan Pusat Statistik pada hari ini. Dari faktor eksternal, koresi yang terjadi di pasar saham akan akan berpotensi untuk menaikkan persepsi risiko yang juga akan berpengaruh terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara terutama Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika. 
  • Rekomendasi :Dengan masih terbukanya peluang kenaikan harga, maka kami menyarankan strategi trading jangka pendek dengan pilihan seri - seri yang kami lihat masih cukup menarik untuk diperdagangkan, yaitu :* SR008, SR009, FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0063, FR0070, FR0058, FR0074, FR0068, FR0072 dan FR0075.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menaikkan peringkat PT Mitra Adi Perkasa Tbk beserta obligasi yang diterbitkannya dari peringkat "idAA-" menjadi "idAA".

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group