Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

15 November 2016

Fixed Income Notes 15 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 14 November 2016 kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah masih kuatnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 30 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 9,6 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor 3 - 8 tahun.
 
  • Imabl hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 22 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 3 - 50 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 13 - 30 bps setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 140 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami kenaikan imbal hasil berkisar antara 1 - 25 bps dengan adanya koreksi harga yang berkisar antara 10 - 135 bps.
 
  • Berlanjutnya koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu ekspektasi kenaikan inflasi di Amerika serikat yang berimbas terhadap kenaikan imbal hasil dari US Treasury berdampak terhadap kenaikan imbal hasil surat utang global.
 
  • Ekspektasi kenaikan laju inflasi di Amerika Serikat tidak lepas dari kebijakan presiden terpilih Donald Trump di saat kampanye yaitu akan mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melalui belanja infrastruktur dan beberapa kebijakan fiskal lainnya seperti pemangkasan pajak bagi perusahaan maupun perorangan. Dengan kebijakan tersebut diharapkan dapat memicu laju pertumbuhan ekonomi serta tingkat konsumsi rumah tangga. Hanya saja kebijakan tersebut akan mendorong laju inflasi yang cukup tinggi dan akan diikuti oleh kebijakan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika yang berdampak negatif terhadap pasar surat utang global.
 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika juga turut memberikan tekanan terhadap pasar Surat Utang Negara dimana pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sempat kembali berada pada level di atas 13500 per dollar Amerika. Namun demikian, koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin tidak sebesar pada perdagangan di akhir pekan di tengah pelaku pasar yang tidak terlalu agresif melakukan penjualan Surat Utang Negara.
 
  • Secara keseluruhan, pergerakan harga yang mengalami penurunan pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 13 bps di level 7,623% dan tenor 10 tahun sebesar 3 bps di level 7,877%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 9 bps di level 8,299% dan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 8,368%.
 
  • Koreksi harga juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika di tengah tren kenaikan imbal hasil surat utang global serta masih tingginya persepsi resiko yang tercermin pada kenaikan angka CDS. Koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika sebesar 17 - 35 bps. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 31 bps di level 2,988% setelah mengalami koreksi harga sebesar 100 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-26 mengalami kenaikan sebesar 34 bps di level 4,494% setelah mengalami koreksi harga sebesar 260 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang mengalami kenaikan sebesar 30 bps di level 5,524% setelah mengalami koreksi harga sebesar 465 bps.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp15,66 triliun, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp9 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjad Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,719 triliun dari 52 kali transaksi diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp2,717 triliun dari 69 kali transaksi.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,049 triliun dari 35 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Ijarah TPS Food II Tahun 2016 (SIAISA02) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 101,22% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Bank Sulselbar Tahap I Tahun 2016 (BSSB01CN1) senilai Rp250 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 8,00 pts (0,06%) dilevel 13375,00 per dollar Amerika. Bergerak pada rentang perubahan yang cukup lebar pada kisaran 13301,00 hingga 13585,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah sempat mengalami lonjakan pelemahan di awl sesi perdagangan namun cenderung stabil pada pertengahan hingga akhir perdagangan setelah Bank Indonesia kembali masuk untuk melakukan intervensi di pasar valas. Nilai tukar mata uang regional pada perdagangan kemarin bergerak dengan mengalami pelemahan seiring dengan menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang global di tengah spekulasi kebijakan ekonomi presiden terpilih Donald Trump akan mendorong laju inflasi yang lebih cepat di Amerika Serikat. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Won Korea Selatan (KRW).
 
  • Dengan pelemahan nilai tukar mata uang regional yang terjadi dalam sepekan terakhir, maka mata uang JPY telah melamh sebesar 3,22%; mata uang MYR melemah sebesar 2,76% dan mata uang KRW melemah sebesar 2,45%. Adapun mata uang rupiah dalam sepekan telah melemah sebesar 2,07% terhadap dollar Amerika.
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berada dalam tekanan di tengah kembali neiknya imbal hasil dari US Treasury setelah libur perdagangan di akhir pekan kemarin.
 
  • Setelah pasar surat utang Amerika kembali dibuka di hari Senin, imbal hasil dri US Treasury dengan tenor 10 tahun kembali ditutup dengan kenaikan di level 2,254% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,151% setelah sempat menyentuh level 2,239% di tengah ekspaktasi kenaikan inflasi di Amerika. Adapun untuk US Treasury dengan tenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 3,01%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga mengalami kenaikan masing - masing di level 0,323% dan 1,411%. Kenaikan imbal hasil dari surat utang global tersebut kami perkirakan akan memberikan dampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi rupiah maupun dollar Amerika.
 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara secara keseluruhan masih berada pada tren penurunan sehingga masih terbuka untuk melanjutkan tren penurunan dalam jangka pendek.
 
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan dari beberapa faktor tersebut maka kami sarnkan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor denga horizon investasi jangka panjang maupun Industri Keuangan Non Bank (IKNB), koreksi harga yang terjadi saat ini merupakan momentum yang tepat untuk kembali melakukan akumulasi pembelian secara bertahap guna memenuhi ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang rata - rata telah berada di atas 7,5% untuk tenor di atas 5 tahun, cukup menarik dibandingkan dengan tingkat imbal hasil yang ditawarkan oleh produk deposito perbankan. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diakumulasi diantaranya adalah FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0059, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, kami masih merekomendasikan strategi trading jangka pendek di tengah fluktuasi harga Surat Utang Negara dengan opsi untuk menggeser portofolio dari tenor panjang ke tenor pendek.
 
  • Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara mengalami penurunan pasca pelaksanaan pemilihan umum Presiden Amerika Serikat.
 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idBBB" terhadap peringkat Medium Term Note PT Len Industri (Persero) yang akan jatuh tempo.
 
  • Peringkat PT Bank Resona Perdania dipertahankan pada peringkat "idAA-" oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia.
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group