Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

15 Desember 2016

Fixed Income Notes 15 Desember 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 14 Desember 2016 kembali bergerak dengan mengalami kenaikan jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 15 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 3,7 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 5 - 10 tahun.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) cenderung mengalami penuruan hingga sebesar 11 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga berkisar antara 5 - 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami kenaikan berkisar antara 7 - 10 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 45 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami perubahan hingga sebesar 15 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 100 bps.
 
  • Harga Surat Utang Negara yang kembali mengalami penurunan sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih dipengaruhi oleh aksi jual oleh investor jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Meskipun investor telah memperkirakan bahwa Bank Sentral Amerika akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut, namun demikian investor masih mengantisipasi kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika di tahun 2017 terlebih untuk mengantisipasi kenaikan laju inflasi seiring dengan program kerja pemerintahan Presiden Donald Trump. Hal tersebut mendorong spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika akan cukup agresif menaikkan suku bunga acuan di tahun 2017.
 
  • Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan CDS pada perdagangan kemarin tidak cukup mampu menahan koreksi harga Surat Utang Negara.
 
  • Sehingga secara keseluruhan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun sebesar 9 bps, masing - masing di level 7,53% dan 7,77%. Adapun untuk tenor 15 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 8,01% dan tenor 20 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 8,032%. Hanya saja koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin masih belum diikuti oleh peningkatan volume perdagangan yang mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih menahan diri untuk melakukan transaksi menantikan hasil pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan dimana perubahan imbal hasil yang terjadi berkisar antara 1 - 7 bps. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan penurunan sebesar 3 bps di level 2,769% didorong oleh kenaikan harga yang sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-27 terlihat mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 4,353% yang didorong oleh kenaikan harga sebesar 45 bps dan imbal hasil dari INDO-47 yang mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 5,227% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 70 bps.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp7,22 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,55 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,49 triliun dari 36 kali transaksi di harga rata - rata 102,84% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 senilai Rp1,28 triliun dari 220 kali transaksi di harga rata - rata 100,11%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp284,55 miliar dari 19 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Subordinasi Bank Capital II Tahun 2015 (BACA02SB) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp74 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,21% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap I Tahun 2014 Seri A (ISAT01ACN1) senilai Rp42,4 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 102,23%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 31,00 pts (0,23%) pada level 13294,00 per dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13267,00 hingga 13306,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjadi di tengah nilai tukar mata uang yang cukup bervariasi. Penguatan mata uang regional diantaranya didapati pada mata uang Peso Philippina (PHP) dan Dollar Taiwan. Sementara itu mata uang yang mengalami pelemahan diantaranya adalah Won Korea Selatan (KRW) dan Ringgit Malaysia (MYR).
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpotensi untuk mengalami kenaikan terimbas oleh hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
 
  • Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang berakhir pada hari Rabu waktu setempat memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 0,25% - 0,50% menjadi 0,50% - 0,75%. Keputusan tersebut sesuai dengan estimasi pelaku pasar yang memperkirakan bahwa akan terjadi kenaikan sebesar 25 bps.
 
  • Selain menaikkan suku bunga acuan di bulan Desember 2016, Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika memberikan sinyal bahwa akan kembali menaikkan suku bunga acuan di tahun 2017 sebanyak tiga kali, sebanyak 2 atau 3 kali di tahun 2018 dan sebanyak 3 kali di tahun 2019 dengan target suku bunga acuan untuk jangka panjang naik dari 2,9% menjadi 3,0%. Hal yang mempengaruhi pergerakan pasar keuangan global adalah ekspektasi adanya kenaikan sebayak tiga kali di tahun 2017, dimana hal tersebut mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun di level 2,563%.
 
  • Namun demikian, keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan justru mendorong terjadinya penurunan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dimana masing - masing ditutup turun pada level 0,301% dan 1,382% setelah koreksi yang terjadi di bursa saham Eropa mendorong investor untuk sementara waktu masuk pada aset yang lebih aman (save haven asset).
 
  • Kenaikan imbal hasil dari US Treasury di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan sebayak 3 kali di tahun 2017 akan mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara baik yang denominasi rupiah maupun dollar Amerika terlebih dollar Amerika yang terlihat mengalami penguatan terhadap mata uang global akan turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tren kenaikan namun dengan adanya sinyal pembalikan arah setelah mengalami koreksi dalam beberapa hari terakhir jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
 
  • Rekomendasi : Dengan beberapa faktor tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi dengan pilihan pada Surat Utang Negara tenor pendek dan menengah seperti seri FR0032, FR0038, FR0069, ORI013, FR0036 dan FR0070.
 
  • Investor asing di bulan Desember mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga Negara senilai Rp9,96 triliun.
 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idBBB" terhadap peringkat PT Hasnur Jaya International.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group